Shadow of Love

Menemukan jalan pulang



Menemukan jalan pulang

0Sambil menangis terisak, Anita menerima satu mangkok ice-cream barunya dari Chen, Air matanya tidak berhenti mengalir, terus menatap ice-cream itu dengan wajah penuh kesedihan, hatinya seperti sangat terluka, dan seperti tak bisa terobati, "Oh sayang.... maafkan aku... sungguh maafkan aku... aku janji gak akan jail lagi sama kamu, aku beneran janji, gak akan pernah mengulanginya lagi yah... cup... cup... udah dong, ... jangan nangis lagi dong, khan aku udah ganti ice-cream nya ...", ucap Chen penuh penyesalan, membujuk Anita agar berhenti menangis, ia mengusap air mata yang berderai membasahi wajah Anita dengan sabar,     

Tapi Anita seperti terlanjur murka, ia terus menangis sesenggukkan, hingga tubuhnya tampak terguncang oleh isak tangisnya,     

Chen menatap Anita dengan kalut, ia merasa kesal pada dirinya sendiri, dan tidak tahu lagi bagaimana cara menghibur Anita, agar perasaannya baik kembali, tapi instinctnya langsung mengambil alih, Chen memeluk Anita dengan erat, untuk memberinya rasa aman, memastikan perasaan Anita, bahwa ia akan selalu ada untuk bersamanya,     

Chen tidak mengerti mengapa kali ini Anita bereaksi luar biasa sedih, padahal ia juga telah mengganti ice-cream itu dengan yang baru, meskipun anehnya, Anita-pun sama sekali tidak mau mencicipi ice-cream itu sedikitpun, saat Chen mencoba menyuapinya dengan ice-cream extra yang dibelinya untuk dimakan bersama, Anita dengan tegas menolak memakannya,     

Chen menggaruk kepalanya, berusaha memahami sikap aneh Anita itu, ia hanya pasrah dan membiarkan saja, ketika Anita terus memegangi ice-creamnya itu hingga menjelang jam tidurnya, Anita seperti berniat untuk tidur dengan mangkuk ice-cream itu tetap berada disisinya,     

Anita seolah ingin menjaga ice-cream itu untuk dinikmati seseorang yang sangat disayanginya, dan meskipun ice-cream itu kini telah meleleh, dan berubah bentuk mencair , Chen tidak berani menyentuhnya sedikitpun, ia menempatkan caregiver yang membantu menjaga Anita, untuk mengawasi tidur Anita, berjaga disekelilingnya agar ice-cream itu tidak tumpah, Chen melarangnya keras mengambil ice-cream itu dari sisi Anita tanpa seijinnya,     

.     

.     

"Bryan sayang.... ini daddy.... daddy datang untuk menjengukmu nak....", Hans meletakkan rangkaian bunga mawar putih dalam pelukannya ke depan nisan berukirkan nama puteranya,     

Dalam balutan setelah jas hitamnya, Hans tampak begitu tampan, meskipun wajahnya kini ditumbuhi berewok yang menghias lebat di dagu dan kedua pinggir pipinya, tapi seolah tetap tidak melunturkan kharisma flamboyant darinya, Hans sengaja tidak mengancing kedua kancing bagian atas kemejanya, hingga tanpa sengaja justru menambah kesan masculin padanya,     

Hans duduk dipinggir pusara puteranya dengan wajah lesu, tangan kanannya tampak mencabut rumput liar yang tumbuh disekitar makam puteranya itu, gurat kesedihan terlihat jelas diwajahnya, dengan kalut Hans mengusap nisan puteranya itu dengan lembut, "Maafkan daddy yah, karena belum bisa menemukan mommy untukmu... dad tahu, kamu pasti sangat merindukannya khan ?.....", Hans menghentikan ucapannya, hatinya terasa hancur, Air matanya jatuh tanpa dapat dicegahnya lagi,     

Hans buru-buru memalingkan wajahnya kebelakang, menghapus air matanya dengan kasar, Ia lalu tersenyum kecil, dan kembali menatap pusara puteranya itu dengan penuh kasih, "Bryan sayang... kamu tenang saja, dad baik-baik kok...", ucap Hans dengan manis, "Dad hanya... merasa sangat rindu padamu nak... dan juga mommy....", ucapnya terbata-bata, ia kembali memalingkan wajahnya kebelakang, seolah sedang menghindari tatapan puteranya itu padanya, Hans tidak ingin Bryan menyaksikan kesedihannya itu,     

"Bryan sayang... bisakah Bryan memberitahu mommy, kalau dad sangat merindukannya....", tangis Hans akhirnya pecah, ia seolah tidak dapat menyembunyikan kesedihannya dihadapan pusara puteranya itu, sambil terisak pilu ia melanjutkan ucapannya ,"Bryan bantulah mommy untuk menemukan jalan pulang nak ... daddy berharap mom baik-baik saja, katakan padanya, dad sangat mencemaskannya, dad selalu menunggu mommy pulang kerumah... untuk berkumpul kembali dan menengok Bryan disini yah. ..",     

Hans menundukkan kepalanya kebawah, rasa rindu yang hebat seolah merobek hatinya, penyesalan yang panjang seakan merenggut nafasnya, mengutuknya untuk hidup dalam kesedihan yang tak bertepi...     

.     

.     

Anita tiba-tiba terbangun dari tidurnya, wajahnya tampak berubah pucat pasi, keringat dingin membasahi wajahnya, dengan wajah putus asa ia menatap kesekitarnya kebingungan, matanya memencar keseluruh penjuru kamar, seolah sedang mencari sesuatu yang hilang darinya, "Nona ice-cream anda ada disini, saya tidak mengambilnya...", ucap pelayan itu dengan lembut, sambil menyodorkan ice-cream mencair itu kehadapannya,     

Tapi Anita tampak tidak peduli lagi pada ice-cream itu, seolah bukan ice-cream itu yang dicarinya kini, dengan kaki telanjang, Anita langsung turun dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar, "Nona, nona mau kemana ? ini masih jam tiga pagi, Anda harus kembali kekamar sekarang, udara disini sedang turun, anda bisa kedinginan nanti....",     

Anita menoleh sejenak, menatap pelayan itu dengan wajah frustasi, ia lalu menangis dengan sedih....     

"Nona jangan menangis, nanti tuan akan ikut sedih jika melihat nona menangis begini ... katakan pada saya, apa yang anda perlukan ... saya akan mencarinya untuk anda",     

"Bbb~ Bbb...~ Bbb.....~", Anita memegangi lengan pelayan itu dengan kuat, berusaha mengatakan siapa yang dicarinya,     

Pelayan itu kebingungan, ia tampak berusaha membaca bahasa mulut Anita, tapi sayangnya ia tetap tidak memahami arti ucapan Anita itu,     

Anita menatap pelayan itu dengan wajah putus asa, ia merasa tidak berdaya dengan keterbatasannya itu, tenggorokannya bagai tercekat, hingga serasa tak mampu mengucapkan satu patah katapun, meski ia telah berusaha sekuat tenaga mengatakannya, namun tetap saja suaranya tidak dapat keluar dari mulutnya,     

Pelayan itu menganggukkan kepalanya, berpura-pura mengerti, sambil menggiring tubuh Anita untuk kembali ke kamarnya,     

Pelayan itu mendudukkan Anita di tepi ranjang, sementara ia mengambil dua butir obat dan segelas air hangat untuknya, "Nona minum obatnya dulu yah, biar perasaan nona menjadi lebih baik dan dapat kembali tidur dengan tenang... yah..",     

Anita menerima obat itu dan langsung meminumnya dengan patuh, pelayan itu tampak tersenyum senang, ia lalu membimbing Anita agar kembali berbaring di ranjangnya dan memejamkan mata untuk tidur kembali, . ...     

Anita memejamkan matanya.....     

tapi mimpi itu muncul kembali, 'Mommy... come with me .... let's home...' seorang lelaki kecil berwajah ceria tampak melambaikan tangan dan berbicara dengan riang padanya, meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, namun Anita sangat mengenali suara riangnya itu,     

Air mata Anita mengalir dengan deras, lelaki kecil itu berlarian sambil terus melambaikan tangannya untuk menyuruhnya pulang,     

Anita tidak mengerti, tetapi ia terus berusaha mengejar lelaki kecil itu dengan putus asa, karena semakin ia kejar, lelaki kecil itu justru semakin menjauh darinya ...     

Hingga Anita merasa kelelahan, wajahnya tampak bermandi keringat, dan merasa kehilangan seluruh tenaganya, tiba-tiba kakinya tersandung batu yang keras hingga membuatnya terjatuh,     

Tapi Anita tidak mau menyerah, ia tetap berusaha berteriak memanggil lelaki kecil itu sekuat tenaga, namun sayangnya tenggorokannya bagai tercekat, ia tak mampu mengeluarkan satu katapun,     

Anita hanya bisa melambaikan tangannya dengan putus asa, berharap lelaki kecil itu mau menunggunya, dan membiarkannya memeluknya....     

Anita menangis sedih,... ketika lelaki kecil itu menghilang dalam sinar putih yang menyilaukan, dan seketika dunia disekitarnya berubah gelap gulita....     

Anita berteriak .. dan ia terbangun dari tidurnya.. ia langsung duduk dengan tegak diranjangnya...     

"Hii good morning ~", Chen menyapa Anita dengan lembut,     

Anita tidak memperdulikan sapaan Chen, ia tampak menatap kearah kanan dan kirinya, sambil berusaha mengingat apa yang sebenarnya dicarinya ?,     

Seperti biasanya, saat Chen berada disisi Anita, maka pelayan itu akan pergi untuk beristirahat, Chen hanya akan memanggilnya jika ia harus beristirahat atau pergi bekerja, yang tidak memungkinkan membawa Anita bersamanya,     

Anita akhirnya menyerah, tidak ingin menginggat mimpinya itu lagi....     

"Hari ini kita akan pergi jalan-jalan ke malopolska, nanti malam ada pertunjukan dan fireworks di festival Nowy sacz... seru banget pokoknya, jadi, setelah sarapan pagi, kamu langsung mandi dan bersiap yah...",     

Anita tampak tidak bersemanggat dengan schedule yang dipaparkan Chen, ia justru malas untuk bangkit dari tempat tidurnya, Anita kembali merebahkan tubuhnya, ia menarik selimutnya keatas, dan memejamkan matanya, Chen mengerutkan keningnya, alisnya bertaut, ia lalu duduk disamping tempat tidur Anita dan mengamati ekspresi Anita dengan seksama, "Kenapa ? apa kamu masih capek ?" tanya Chen curious, sambil membelai rambut Anita dengan lembut,     

Anita menganggukkan kepalanya pelan, "Ohh I see, Baiklah, kalau begitu, kita akan menunda melihat festival kembang api-nya, hari ini kita beristirahat seharian dihotel yah... semoga besok pagi kamu sudah merasa lebih baik, jadi kita bisa pergi melihat festival kembang api itu malamnya .. okay ?",     

Karena Anita tidak menjawabnya, Chen langsung mengartikan bahwa Anita menyetujuinya, Chen lalu berjalan kearah meja disamping tempat tidur, ia menelfon bagian kitchen untuk memesan beberapa makanan yang akan disantap Anita sebagai sarapan.     

Sepuluh menit kemudian...     

Tokk tokk tokk !!     

Pelayan hotel membawa sarapan pagi yang dipesan Chen dengan sebuah trolley mewah beralas kain berwarna putih bersih, pelayan itu kemudian mengeluarkan satu persatu hidangan pesanan Chen ke atas meja makan,     

Sebotol wine yang diletakkan dalam sebuah bucket berisi full of ice cubes, juga disajikan diatas meja, lengkap dengan dua gelas kaca berkaki tinggi,     

"Enjoy your meal Mr and Mrs Chen..."ucap pelayan itu dengan ramah.     

"Thank you ...." jawab Chen singkat, sambil menganggukkan kepalanya sekali, pelayan itu tersenyum kecil, sebelum meninggalkan kamar dengan sopan,     

Chen menghampiri Anita, dan     

ia langsung menarik tubuhnya agar bangkit dari tempat tidur, dan dengan wajah terpaksa Anita tampak mematuhi ajakan Chen itu,     

Setelah memastikan Anita duduk dengan baik, Chen meletakkan serbet diatas pangkuannya, dan mendorong piring berisi spaghetti kesukaan Anita itu tepat kedepan mejanya, "Makanlah yang banyak, hari ini adalah pengecualian... kau boleh makan spaghetti favorite mu tanpa harus menunggunya hingga malam... bagaimana.. apa kau senang ?",     

Chen lalu mengambil piring miliknya, ia memesan sandwich keju sebagai sarapan,     

Sambil makan, Chen terus memperhatikan saat Anita makan spaghettinya, 'Huh apakah dia benar-benar wanita ?, kenapa cara makannya berantakan sekali sih ?, gak ada anggun-anggunnya sama sekali ..', gerutu Chen dalam hati, merasa terganggu saat melihat saos spaghetti Anita terlihat belepotan hingga kebagian luar bibirnya,     

dengan spontan Chen mengusap tepi bibir Anita itu dengan jarinya, namun tanpa sengaja Anita justru menghisap jari Chen itu dengan kuat bersamaan ia menghisap spaghettinya masuk kedalam mulutnya,     

pandangan mata mereka bertemu,...     

Chen langsung menelan ludahnya dengan berat, dan menatap Anita penuh arti,     

Anita spontan membuka mulutnya, melepaskan jari Chen yang berada di mulutnya,     

Chen merasa tidak berdaya..     

perlahan, ia menyentuh bibir anita dengan jarinya, ..     

dan wajahnya semakin lama , semakin mendekat pada wajah cantik dihadapannya..     

nafas mereka saling bertabrakan ....     

Chen memegang dagu Anita, dan langsung menjilat saos disekitar mulut anita ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.