Shadow of Love

Tidak akan menyerah



Tidak akan menyerah

0Saat Chen mulai melumat bibir bawahnya, Anita tampak terdiam termanggu, matanya membuka dengan lebar, terpana, dan Chen seolah menjadi tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, ia mencium bibir Anita kian aggressive, kedua tangannya tampak memegangi kepala Anita dengan erat, agar Anita tetap bertahan di posisinya, Chen terus melumat membersihkan tepi bibir Anita yang belepotan saos dengan mulutnya, ia menghisap dan menjilat saos ditepi bibir anita itu hingga bersih, seolah tanpa merasa jijik sedikitpun,     

berhadapan dengan Anita, Chen mendadak langsung melupakan mysophobia yang dideritanya,     

Anita merasa sesak bernafas, ia spontan menjauhkan wajahnya kebelakang, dan menghempas kedua tangan Chen yang memegangi wajahnya dengan keras, menolak dengan tegas ciuman Chen padanya itu, Anita tampak menggembungkan kedua pipinya, cemberut, merasa kesal, dan langsung mengambil piring spaghettinya lebih dekat kearahnya, "Jadi, kau merasa keberatan ?", tanya Chen dengan suara pelan, sambil mengatur nafasnya kembali, intonasi suaranya jelas terdengar tertekan, seolah sedang menahan rasa kecewa berat,     

Anita membalas menatap Chen menantang, dan langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, dengan terang-terangan ia mengusap bekas ciuman Chen dengan kedua tangannya, merasa kesal setengah mati,     

Chen tersenyum kecut, menatap kearah Anita dengan wajah tidak percaya, "Huh dasar pembohong !, kemarin kau baru saja berjanji jika kau akan terus bersamaku bukan ?!! jadi begini yang kau magsud tidak akan pernah ingkar janji itu ?!",     

Anita menggelengkan kepalanya,... seolah tidak ingin dikatakan sebagai pembohong,     

"Tapi nyatanya, kau menolak ciumanku?, bahkan aku melihat sendiri, barusan kau langsung mengusap bekas ciumanku !, apa aku demikian menjijikkan ?", Chen mengungkapkan rasa kesalnya itu dengan terbuka, sambil sengaja menunjukkan wajah kecewanya,     

Anita tidak ingin berdebat, ia langsung mengangkat piring spaghettinya, dan menunjuk piring spaghettinya itu dengan jarinya, seolah ingin mengatakan pada Chen, jika ia ingin menyelesaikan makan spaghettinya terlebih dahulu, dan memintanya agar tidak menganggunya,     

"Jadi ... dihatimu..., spaghetti itu lebih penting daripada aku ? begitu ?",tanya Chen lagi, tidak mau mengalah,     

Anita tidak mau menanggapi rasa kesal Chen, dengan gaya cueknya ia tampak melanjutkan menikmati spaghettinya,     

Tapi detik selanjutnya Chen tampak tersenyum cerah, dengan sekejap ia seolah langsung melupakan perdebatan sengitnya dengan Anita barusan, dan kembali membaur dan mencintai Anita lagi, Chen tampak membelai rambut Anita penuh cinta, sambil terus mengamati Anita yang tampak melahap spaghettinya itu dengan lahap, seolah dalam dunia Anita kini tiada lagi kesedihan, yang dirasakannya hanyalah apa yang ada didepan matanya saja....,     

Dalam setahun ini, Chen telah menemani Anita melewati masa-masa strugglingnya menghadapi gangguan emosi dan psikologis yang dialaminya, membuat Chen kini seolah telah terbiasa pada sikap dingin dan penolakan yang ditunjukkan Anita padanya itu, dengan seluruh kesabarannya Chen berusaha memahami dan menerima segala sikap Anita padanya dengan lapang dada, "Pelan-pelan saja, gak usah terburu-buru makannya okay..", ujar Chen lembut, sambil membantu memegangi rambut panjang Anita agar tidak jatuh ke piring spaghettinya,     

.     

.     

Malam semakin larut....     

Hans menghembuskan nafasnya dengan keras, lalu mengusap dahinya, sudah lima kali ia tampak mengemudikan mobilnya mengitari jalanan di sekitar toko swalayan itu, bahkan gedung-gedung perkantoran disekitarnya kini tampak telah tertutup, lampu-lampu dalam gedung yang semula terang kini telah menjadi gelap gulita, menunjukkan bahwa tempat itu kini telah kosong, ditinggal pergi oleh para pekerjanya untuk kembali pulang kerumah mereka masing-masing,     

Hans menatap jalan didepannya dengan tatapan sayu, lingkaran hitam tampak menghias dibawah matanya, menunjukkan betapa lelahnya raganya itu kini....     

Sudah setahun ini, setiap hari sepulang dari kantor, Hans akan membawa mobilnya berpatroli mengitari lokasi swalayan tempat Anita menghilang kala itu,     

Tanpa kenal lelah Hans terus berusaha menyusuri jalan-jalan kecil yang berada disekitar swalayan dengan teliti, untuk mencari keberadaan isterinya yang sangat dirindukannya itu....     

Drrtt Drrtt Drrtt.....     

Bunyi getar ponselnya menderu, "Hallo bu....", jawab Hans lembut, segera menjawab panggilan telfonnya,     

"Kenapa jam segini masih belum pulang juga nak ?...." Suara lembut ibu seolah sedikit menyejukan hatinya,     

"Ohh... iya bu... Hans akan segera pulang sekarang, ibu tidak usah menungguku yah, ini sudah jam satu malam, ibu cepat istirahat tidur okay....",     

"Bagaimana ibu bisa tidur kalau belum melihatmu pulang, setiap hari kau selalu pulang larut malam, dan melewatkan makan malammu, melihatmu begitu, bagaimana mungkin ibu bisa beristirahat dengan tenang ...",     

"Ibu jangan khawatir.... Hans sudah kenyang kok, tadi Hans sudah makan malam direstaurant favorite Hans..",     

"Kau ini.... bukankah tadi siang ibu udah ngasih tahu, kalau malam ini ibu masak sayur asem sama ikan asin kesukaanmu....",     

"Ahhh iya kah ?, maaf bu ... Hans benar-benar lupa ... kalau begitu, minta tolong suruh bibik untuk angetin sayur asemnya sekarang yah... sepuluh menit lagi Hans akan sampai dirumah ..",     

"Yaa sudah... kau hati-hatilah dijalan... ibu akan siapkan makanannya untukmu sekarang...",     

"Terima-kasih banyak bu... Hans akan pulang sekarang..",     

Hans menutup telfonnya, namun detik selanjutnya senyum bahagia yang barusan merekah saat menjawab telfon dari ibu mendadak hilang seketika, berganti wajah dingin seperti sebelumnya....     

Tatapan mata Hans menerawang keatas, tampak diliputi kesedihan dan rasa frustrasi, ia menatap ke langit biru yang terbentang luas didepannya dengan putus asa, "Sayang kau ada dimana..... katakan padaku....kau ada dimana....", keluh Hans dengan suara pelan, terdengar sangat putus asa, hatinya tiba-tiba kembali merasakan sakit yang tak terperi, yang seolah terus membelenggunya dalam rasa tidak berdaya,     

"Sayang... I miss you so bad... I really miss you .... please ... katakan padaku dimana aku harus mencarimu ?... katakan padaku.. dimana kamu berada ?? katakan padaku, bahwa kau baik-baik saja.... sa~yangku...",     

Hans langsung membenturkan kepalanya pada setir kemudi didepannya, dan menangis sejadi-jadinya, menumpahkan seluruh rasa penyesalan dalam jiwanya ...     

Dalam setahun ini, Hans telah mengerahkan semua upaya untuk mencari Anita, ia telah membentuk team professional pencari orang hilang, ia juga telah meminta bantuan ormas se-Jakarta untuk berpartisipasi dalam team pencarian Anita, ia juga sering mengunjungi dinas sosial diseluruh Jakarta yang menampung gelandangan dan pengemis liar, berharap, siapa tahu Anita ditemukan oleh satpol PP disuatu tempat, dan menampungnya disana...     

Hans juga telah menyebar photos Anita sebagai orang hilang di media sosial, serta menjanjikan rewards untuk semua orang yang bisa memberi info akurat tentang keberadaan istrinya itu,     

Namun semua usahanya itu belum mendapatkan hasil yang diharapkan,     

Anita bagai menghilang tanpa jejak, ia benar-benar tak dapat dideteksi lagi keberadaannya, bagai tiba-tiba hilang ditelan bumi,...     

Dalam rasa kalutnya....     

Tiba-tiba senyum lembut istrinya itu membayang dipelupuk matanya, Anita tampak duduk disampingnya seolah sedang membalas menyapa dalam angannya kini, "Sayang.... aku sangat merindukanmu ... aku benar-benar mencintaimu... kau tahu itu khan ?", ucap Hans dengan suara terisak, sambil membelai wajah isterinya itu penuh cinta, Anita menganggukkan kepalanya, menghapus air mata yang membasahi wajah suaminya itu penuh cinta..     

Dengan kalut, Hans menyandarkan kepalanya di dada Anita dan mengenggam tangannya dengan erat, "Sayang... maafkan aku ... aku mengakui kesalahanku, aku memang salah padamu..."     

"Tapi sayang... aku sungguh sangat menyesalinya... sungguh...", ujar Hans mengakui hatinya, tangisnya pecah tanpa bisa dibendungnya lagi,     

Anita menganggukkan kepalanya, dan langsung menghapus air mata Hans penuh cinta, meskipun bayangan isterinya itu tidak mengatakan sepatah katapun, namun sikapnya jelas menunjukkan jika ia telah memaafkan dirinya seperti biasanya, "Sayang... jangan khawatir, aku berjanji tidak akan pernah menyerah padamu ... aku tidak akan pernah berhenti mencarimu ... kita pasti akan bersama kembali seperti semula........",     

"Aku yakin, aku pasti akan menemukanmu.... kita pasti akan bersatu lagi, bertahanlah sayang .. kumohon..",     

.     

.     

Sementara dibelahan bumi lainnya.....     

Chen mengandeng tangan Anita dengan erat, mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi area festival fireworks yang diadakan di Nowy sacz, mereka membaur dengan para pengunjung lainnya, yang tampak bersuka cita menikmati acara itu dengan gembira, "Nita.... ayok kita naik keatas sana, acara kembang api-nya akan segera dimulai.... ", bujuk Chen riang, sambil menunjuk kearah ujung anak tangga paling atas dihadapan mereka, untuk mengajak Anita pergi menuju ke sana bersamanya,     

Mereka saling tersenyum dan bernafas terengah-engah, saat akhirnya mereka telah sampai diujung tangga yang ditujunya, "Percaya padaku.... dari sini, kau akan dapat melihat kembang api itu dengan lebih spectacular lagi... ", ucap Chen dengan menggebu-gebu,     

Anita menganggukkan kepalanya mengerti , percaya pada semua ucapan Chen padanya,     

BAAM !     

Satu kembang api meletus diudara, membentuk formasi bunga yang sangat indah, Anita membelalakan matanya dengan takjub,     

Mereka berdua bersama-sama mendengakkan wajah mereka keatas, diliputi rasa gembira yang tak terlukiskan ,     

"Indah bukan ?....",     

Anita menjawab dengan menganggukkan kepalanya setuju, sambil terus menatap keatas langit tak berkedip,     

BAAM !!     

BAAM !!     

Kembang api itu kemudian terus meletus tak berhenti.... membuat suasana kian meriah,     

Chen melihat kearah sekitarnya, tampak beberapa pasangan muda-mudi saling berbalas ciuman dalam moment romantis itu, ia lalu melihat kearah Anita yang tidak tertarik apapun selain menikmati pemandangan kembali api yang masih meledak beruntun menghias malam....     

"Apa kau tahu, Orang bilang..., jika kau berciuman dengan seseorang yang kau cintai tepat saat kembang api meletus, maka semua keinginanmu akan terkabulkan.... kau akan hidup berbahagia dengan pria yang kau cintai itu selamanya...."     

Anita diam-diam mendengarnya, Kata-kata Chen seolah berhasil menggelitik hatinya, ia melirik kesamping, mencuri pandang menatap Chen,     

Chen menganggukkan kepalanya, seolah ingin meyakinkan ucapannya itu, "Apa kau tidak berniat mencobanya...."     

Anita mengadahkan kepalanya keatas, kembali menatap ke langit biru yang bertabur kembang api nan indah ...."Huh sayang sekali...",.... tapi belum sempat Chen menutup mulutnya, tiba-tiba ia merasakan sentuhan bibir yang lembut melumat bibirnya dengan kuat, Chen merasa terkejut, Anita tiba-tiba menciumnya tanpa aba-aba, tapi ia merasa sangat bahagia, dengan segera Chen menangkap pinggang ramping didepannya dan membalas ciuman Anita tak kalah mesra....     

Mereka kemudian saling berciuman dalam malam yang indah di malopolska....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.