Shadow of Love

Kau harus bertanggung jawab



Kau harus bertanggung jawab

0"Heiii dok ... dadaku tiba-tiba sakit, sepertinya kau perlu membantu melakukan pernafasan buatan secepatnya untukku", keluh Chen dengan wajah kesakitan, ia tampak datang dan langsung duduk melunglai didepan meja Anita, sambil pura-pura memegangi dadanya, berakting seolah sedang benar-benar menderita,     

Anita mendengakkan wajahnya keatas, menatap kearah Chen sejenak, lalu kembali fokus mengetik laporan pada layar laptop didepannya, "Aku hampir selesai membuat laporannya, kamu tunggu di mobil saja, lima menit lagi aku akan segera menyusulmu kesana...", jawab Anita cuek, sambil jari-jarinya tetap menari lincah pada keyboard laptop tipis miliknya,     

"Huh kau ini.... aku bahkan baru juga datang, udah main ngusir saja... hhh- dasar gak berperasaan."     

"Udah buruan pergi sana... nanti yang lain keburu melihatmu", ucap Anita gusar, wajahnya tampak melihat kearah pintu ruangan dengan panik, takut jika rekan-rekan co-ass yang lain akan memergoki aksi Chen yang nekat masuk ketempat istirahat mereka, ruangan itu adalah tempat yang khusus disediakan oleh pihak rumah sakit sebagai tempat beristirahat para mahasiswa kedokteran yang sedang tugas praktek disana, didalam ruangan terdapat meja panjang yang dikelilingi beberapa kursi, juga dua ranjang tidur single bertingkat dua sebagai tempat istirahat co-ass yang sedang bertugas dimalam hari, dan lokasinya berada tepat disamping unit IGD tempat Anita kini sedang bertugas,     

Karena Chen sudah sering melihat aktivitas kegiatan Anita selama praktek di rumah sakit, ia kini menjadi hafal dimana tempat ia bisa menemui kekasihnya itu jika ia tidak menemukannya diruang tugasnya,     

"Biarin saja.. emang ada yang salah kalau aku menemui isteriku sendiri hmm ?"     

"Udah yah. jangan protests. buruan pergi atau....",     

Anita tidak ingin Chen membantahnya , ia langsung berdiri dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi dari sana, Anita merasa tidak enak jika rekan-rekan co-ass memergoki Chen berada berduaan dengannya disana, karena tempat itu hanya boleh dimasuki oleh co-ass perempuan saja,     

"Iya, Iya... aku pergi sekarang. gak usah pake acara ngancam-ngancam bisa gak ? huh kebiasaan !!"     

Chen paling takut, jika Anita mengancam akan pergi darinya, meskipun kata-kata Anita itu tidak mengandung magsud pergi darinya selamanya, tapi bagi Chen, seolah memberi makna tersendiri,     

"...."     

"Huh dasar gadis keras kepala...", sambil menggerutu Chen akhirnya mengalah pergi meninggalkan ruangan itu dengan hati kesal,     

Anita diam-diam tersenyum kecil, tatapan matanya mengantar kepergian Chen hingga ia keluar dari ruangan istirahat itu,     

.     

.     

Anita pergi ke tempat parkir ground floor dan lampu sebuah mobil mewah berwarna hitam berkedip, begitu Anita melewati mobil itu, pintunya terbuka dan menampakkan Chen yang sedang duduk dengan malas di dalam mobil sambil memangku laptop tipis di pahanya,     

Anita menatap lembut pada wajah tampan kekasihnya itu penuh cinta,     

"Maaf, sudah membuatmu menunggu ....",     

"Baguslah kalau kamu tahu ... ",     

"Emm... bagaimana pekerjaan dikantor hari ini ?, apa semua berjalan dengan baik..."     

"Aku sedang tidak mood membahas masalah kantor ! ... ", Chen menutup laptopnya, menjawab dengan suara dingin, 'Aku merasa sangat kesal... siapa suruh kau tega sekali mengusirku tadi, jadi sekarang giliranmu harus membujukku... merayuku... karena aku pantas mendapatkan itu!'     

"Ohh...." Anita memilih merapatkan bibirnya erat-erat, tidak mengatakan sepatah katapun, ia menurunkan pandangannya menatap kearah tas ransel miliknya, lalu mengambil buku kecil kamus kedokteran dan kembali sibuk mengisi otaknya dengan hafalan,     

".... ???" Chen mengangkat alisnya, dan senyuman dibibirnya menjadi lebih dalam, ia seakan merasa frustrasi sendiri, 'Wait... apa artinya itu ?... apa kau tidak melihat wajahku yang tampak kesal ??',     

Suasana dalam mobil tiba-tiba menjadi tegang...     

Paman Wang yang duduk dikursi pengemudi bisa melihat dari kaca spion bahwa atmosphere keduanya tampak tidak baik sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan, Nyonya... kemana kalian akan pergi ?",     

Mereka berdua kompak melihat kearah Paman Wang dengan tatapan ganas, "Eh... maafkan saya, saya gak jadi bertanya kalau begitu..," ucap Paman Wang panik, dahinya tiba-tiba berkeringat dingin, tangannya yang gemetar mengenggam setir kemudi didepannya dengan erat,     

meskipun Paman Wang tahu jika majikannya itu sama-sama tidak peduli pada penjelasannya, tapi hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghindari emosi keduanya yang tertuju padanya,     

"Bukankah aku yang seharusnya marah ?"     

"Jadi kamu sedang marah ??!" Anita menoleh kesamping, menatap Chen dengan wajah lugunya, berpura-pura tidak mengerti,     

"A-Aku.... aku tidak marah," jawab Chen gelagapan, wajahnya seketika memerah, menyangkal perasaannya sendiri, entah mengapa ia tiba-tiba menjadi sulit bernafas, kepolosan wajah Anita seolah langsung membuatnya tidak berkutik,     

Anita menghela nafasnya pelan, "Sebenarnya aku yang merasa sedikit marah padamu..., kenapa kau tidak jadi menjemputku tadi sore ?", ujarnya kecewa, menginggat kembali rasa kesalnya akibat Chen tidak jadi menjemputnya tadi sore, dalam satu minggu ini Chen begitu sibuk, mereka bahkan tidak pernah makan malam bersama lagi belakangan ini,     

Hati Chen langsung meleleh seketika, "Ahh iya, kau berhak marah atas itu .... maafkan aku yah ... but karena meetingnya selesai lebih lama hari ini.. kau pasti sangat kecewa saat melihat bukan aku yang tidak datang menjemputmu khan ?!"     

"Tidak juga....", jawab Anita dingin, langsung melengos, menghindari tatapan menyelidik Chen,     

"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu merasa lebih baik...." Chen berkeras, ia tahu Anita masih marah padanya, Chen meraih pinggang Anita dan merapatkan padanya hingga hembusan nafas hangatnya menerpa bibir Anita, "Lepaskan... apa yang kau lakukan ?",     

Anita melotot karena terkejut, sementara Chen tampak terus menatap bibir merah mudanya yang sedikit terbuka, "Cium aku... buktikan kalau kau sudah tidak marah padaku ...",     

Anita langsung mendorong tubuh Chen menjauh, mengambil jarak satu space darinya, wajahnya auto tersipu, memerah denga nada kesal ia berkata "Chen.... bisakah kau bersikap sedikit realistis !", Paman Wang jelas-jelas berada didepan setir kemudi, meskipun mereka diam-diam berciuman, tetap saja Paman Wang tidak punya pilihan lain selain tetap akan menyaksikan adegan itu,     

"Udah buruan, bawa aku pergi makan sekarang ! aku lapar !"     

"Hahaha baiklah .... Paman Wang, antar kami ke restaurant H di town Avenue ",     

Paman Wang tampak bernafas lega, "Baik tuan...",     

Chen tahu Anita sudah merasa sangat malu, ia tidak ingin menggodanya lagi, hatinya merasa bahagia, melihat Anita kini sedikit demi sedikit dapat mengungkapkan perasaan cinta dan marah padanya secara terbuka, Chen merekatkan jari-jarinya pada tangan Anita dengan erat, mereka lalu saling bertatapan dan berbalas senyum bahagia,     

Hubungan mereka kini telah terikat dalam status pernikahan yang sah didepan hukum, mereka telah mencatatkan pernikahan mereka di catatan sipil,     

Meskipun pernikahan itu terjadi bukan atas kehendak murni Anita yang hingga kini masih belum dapat menginggat semua masa lalunya, Pernikahan Anita dan Chen terjadi demi alasan praktis, untuk memberi status hukum yang jelas pada Chen sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala birokrasi berkenaan dengan ijin tinggal, kelanjutan pengobatan mental health Anita juga kuliah kedokteran yang diambilnya di universitas terbaik di singapore yang tentunya memerlukan penanggung jawab atau sponsorship,     

Setelah urusan perceraian dengan Hans selesai, mamah akhirnya menerima usulan Chen itu, tapi dengan melampirkan setumpuk persyaratan sebelumnya, diantaranya Chen harus menerima keputusan Anita, jika kelak ia tidak dapat melanjutkan pernikahan setelah ia kembali mendapatkan ingatannya, juga masih banyak syarat-syarat lainnya.     

Chen menerimanya dengan senang hati...     

Saat itu, setelah mamah Anita mengetahui bahwa ternyata Chen adalah orang yang telah menemukan Anita di tepi jalan bertepatan pada saat ia menghilang dari swalayan kala itu, mamah akhirnya bisa memahami alasan mengapa Chen memilih menyembunyikan keberadaan Anita darinya dan Hans, tak lain karena Chen telah lebih dahulu mengetahui fakta dibalik kecelakaan tragis yang menimpa Anita kala itu,     

Chen merasa sangat marah, dan tidak rela jika harus menyerahkan Anita pada lelaki yang jelas-jelas telah menghancurkan Anita secara fisik dan mental itu,     

Saat pertama kali Chen datang menemui mamah dan memberitahu semua perselingkuhan Hans pada Anita dengan membawa bukti-bukti yang Anita berikan sendiri melalui pengacara pribadinya, mamah mau tidak mau akhirnya menyadari, bahwa apa yang dilakukan Chen tidak lebih hanya demi menyelamatkan puterinya itu dari kehancuran yang lebih parah lagi, dan bagi mamah ia bisa menemukan puterinya itu dalam keadaan hidup saja sudah merupakan anugrah besar untuknya,     

.     

.     

Hans terkejut saat bangun dari tidurnya dan mendapati bantal putihnya kini dipenuhi oleh bercak darah, dan ia juga merasakan nyeri disekitar dahi dan kepalanya....     

Hans buru-buru menuju ke kamar mandi, saat bercermin, ia melihat bayangan wajahnya dicermin yang berantakan, dibawah hidung dan pipinya juga menempel noda darah yang sudah mengering...     

Hans langsung membasuh wajahnya dengan air hangat, menggunakan face wash untuk mencuci mukanya hingga bersih.... ia lalu teringat dengan incident mobilnya yang ditabrak dari belakang kemarin sore. karena kesibukannya mengurus segala keperluan ibu di rumah sakit, membuatnya lupa dengan keadaannya sendiri,     

Tapi itu karena ia merasa tidak mendapat luka dan tidak merasakan sakit dimanapun, sehingga merasa tidak perlu cemas, "Apa ada luka dalam kepalaku ?" Hans mulai merasa khawatir sendiri,     

"Aduh...", Hans meringis sambil memegangi dahinya yang terasa sakit, saat ia bercermin ia dapat melihat luka memar berwarna keunguan disekitar dahinya, " Huhh Anita Chen... kau harus bertanggung jawab padaku !!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.