Shadow of Love

Salah mengenali



Salah mengenali

0"Sayang... aku berangkat ke kantor dulu yah, sore nanti aku pasti akan menepati janjiku mengantarmu ke rumah sakit... tunggu aku okay",ucap Chen mesra, sambil mencium dan membelai rambut Anita dengan lembut, Anita yang tampak masih berbaring tidur di ranjangnya otomatis membuka matanya dan terbangun, "Umm...Sekarang jam berapa ?," tanyanya sambil mengusap matanya, ketika ia menarik nafas, ia dapat mencium aroma khas pria yang segar dan menawan, hembusan nafas Chen terasa begitu wangi memikat, menghempas wajahnya....     

Seperti biasa, setiap pagi Chen akan menghampiri Anita ke kamarnya untuk berpamitan padanya sebelum ia pergi kekantor, "Udah mau jam delapan yank ... aku mau pamit kerja dulu yah... kamu lanjutin aja tidurnya kalau masih capek.... jangan lupa, nanti habis sarapan pagi minum obatnya yah",     

"Hmm ..", Anita menganggukkan kepalanya mengerti, ia tampak memejamkan matanya kembali, melanjutkan tidurnya lagi, ia merasa masih sangat mengantuk, setelah semalaman ia belajar hingga jam dua pagi, demi mempersiapkan diri untuk ujian Kardiovaskuler sore ini,     

Setelah merapikan selimut Anita, Chen pergi meninggalkan ruang tidur Anita dengan langkah pelan berhati-hati, agar tidak mengaggetkan tidurnya,     

Meskipun mereka kini telah berstatus suami isteri, nyatanya Chen memilih untuk tidak memaksakan kehendaknya pada Anita untuk tidur satu ranjang dengannya atau meminta Anita untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. meski dalam hati ia tidak bisa membohongi diri jika ia sangat menginginkan hal itu terjadi, Chen tidak munafik dan setuju dengan pendapat ilmuwan yang mengatakan bahwa hubungan fisik juga merupakan aspek penting dalam interaksi pasangan suami istri untuk semakin merekatkan ikatan hati mereka lebih dalam lagi, membangun bonding diantara mereka semakin kuat,     

namun Chen sadar, ada pengecualian bagi Anita, meski kondisi Anita dari luar terlihat baik-baik saja, namun Chen paling tahu jika secara mentality Anita masih sangat rapuh dan rentan, Chen tidak ingin menciptakan trauma lagi dalam hidup Anita, ia ingin membiarkan Anita terbang bebas dalam perlindungannya, meraih segala cita-cita yang ia dambakan, mencapai kesembuhan hatinya dengan sempurna seperti semula....     

Hingga saat itu tiba, ia akan berusaha untuk menahan diri, mengubur ego-nya dalam-dalam, meyakinkan diri bahwa seks bukanlah segalanya, ia yakin, jika saatnya tiba nanti, Anita yang akan datang sendiri padanya, menyerahkan hati dan raga padanya sehingga mereka akan menjadi satu seutuhnya, dan Chen telah berjanji pada dirinya sendiri, akan bersabar menunggu hingga waktu itu datang padanya ....cepat atau lambat....     

.     

.     

Anita sedang menunggu kedatangan Chen dilobby hotel, Chen telah mengatur makan siang bersamanya di restaurant favorite mereka yang terletak di roof top hotel mewah itu, sebenarnya Chen sudah sering membawanya kesana, Anita menyukainya karena selain masakan disana terkenal lezat, karena di masak oleh chefs terkenal dari Paris, juga restaurants itu memiliki views sangat indah, mereka ingin menikmati makan siang bersama, dan sesuai rencana setelah itu Chen akan mengantarnya ke kampus pada pukul tiga sore-nya,     

"Anita...!!"     

Anita sontak menatap kearah panggilan suara, dan seorang wanita setengah baya berbadan mungil dan berambut pendek tampak memanggil namanya dengan keras, dengan wajah bersemanggat ia tampak berlari kecil tergopoh-gopoh menuju kearahnya,     

Anita menatap kearah wanita itu dengan wajah bingung, seolah sedang memastikan apakah benar dia yang dipanggil oleh wanita tersebut. Anita menoleh kearah kanan dan kirinya, seolah sedang memastikan adakah 'Anita ' lain selain dia disekitarnya kini,     

"Apa kabar nit... uluh uluhhh.... kau tambah cantik banget sekarang yah ... wuih tambah bening dan awet muda begini....bikin pangling saja " ucap wanita itu exited, langsung menyapa Anita dan berbicara dengan akrab, sambil sesekali menepuk bahu dan punggung Anita hangat,     

Sementara wajah Anita terlihat terbengong, ia hanya bisa tersenyum pasrah tanpa dapat berbicara sepatah katapun, tapi meskipun wajahnya terlihat bingung, tubuhnya seolah meresponse sapaan hangat wanita itu dengan welcome, seolah tubuhnya tidak menolak keramahan wanita itu, ia dapat merasakan kedekatan yang terjalin diantara mereka berdua sebelumnya,     

"Bagaimana kabar anakmu nitt ?.... pasti udah besar sekarang yahh ? .... kamu mah... gak bilang-bilang kalau ternyata boss besar itu adalah suamimu... pantesan proyekmu dulu berjalan mulus cem jalan tol hehehe.... bebas hambatan bokk." ucap bu dina sarcasm, menyindir Anita dengan terang-terangan,     

Ibu dina adalah mantan manager Keuangan anita di design and Co Inc. yaitu atasan Anita langsung di tempat kerjanya yang pertama di Jakarta dulu , meskipun Anita hanya bekerja beberapa bulan saja disana, tapi sosok bu dina yang tegas, ceplas ceplos dan apa adanya itu nyatanya tidak akan pernah melupakan sosok anak buah yang paling talented di department-nya kala itu,     

"Anak ?! Aku ? ..."tanya anita dengan polos, alisnya bertaut, ekspresi wajahnya mendadak terlihat panik dan kebingungan.     

"Yaaelahh nit.... aku sudah tahu lagi, kalau kau ternyata isteri sah-nya pak hans iya khan ... tapi biasa aja kalik.... gak usah pakek sombong gitu napa huhhh ..."ucap wanita itu menyindir, dengan nada bicara terdengar seperti bercanda padanya,     

"Is-isteri Hans ??...",     

"Udah gak usah sok polos gitu... aku udah tahu semuanya kok hehehe",     

"Excuse me madam... benar saya adalah anita..... tapi saya Anita Chen. nama suami saya adalah Reino Chen bukan Hans.. dan meskipun saya sudah menikah tapi saya belum mempunyai seorang anak seperti yang anda magsud, ... jadi sepertinya anda sudah salah mengenali orang." jawab anita lugas, dengan ekspresi bersungguh-sungguh, seolah ingin menunjukkan jika dia sedang berkata yang sebenarnya,     

Deghh !     

Ibu dina langsung mundur teratur, wajahnya berubah canggung, menatap Anita dengan wajah tidak enak, 'Hah mampus. kirain dia anita Marie..., kok bisa mirip begini sih' pikir bu dina polos, sambil memasang wajah oneng, pura-pura innocent.     

"Ahh maafkan saya ... nona benar.. saya telah salah mengenali nona sebagai teman saya Anita Marie.... ", jawab bu dina canggung, ia langsung menganggukkan kepalanya sekali, sebagai permintaan maaf,     

Sebenarnya bu dina tadi melihat keberadaan Anita by accident, ia baru saja keluar dari ballroom hotel saat tanpa sengaja melihat Anita yang tampak berdiri sendirian di lobby, bu dina langsung mengenalinya, dan ia bermagsud menyapa untuk sekedar bertanya kabar,     

Bu dina tampak mengeratkan tangannya memegang notebook panjang berisi file-file di tangan kirinya, ia memang baru saja mengikuti acara seminar yang diadakan dihotel itu, sebagai satu-satunya wakil Perusahaan yang diberi kesempatan untuk upgrade knowledge terkini,     

"Anita Marie ?",ucap Anita bingung, mengulangi ucapan bu dina,     

"Iya teman saya namanya Anita Marie, .. ia berasal dari Jakarta, sama seperti saya... dia adalah rekan satu kantor saya dulu... saya tidak berbohong nona... ia benar-benar mirip dengan anda, bisa dibilang bagai pinang dibelah dua, ... sayangnya saya tidak mempunyai photonya untuk bisa ditunjukkan pada anda.... sekali lagi, saya benar-benar minta maaf karena telah salah mengenali anda, saya permisi dulu sekarang nona ...."     

"Ehh, Tunggu dulu ... tunggu sebentar bu.... saya belum selesai bertanya...", Anita berusaha menahan tangan bu dina,     

"Maafkan saya ... tapi saya masih ada seminar lagi.... saya harus pergi sekarang", jawab bu dina buru-buru, dengan wajah penuh penyesalan, ia melepas pegangan tangan Anita padanya dan langsung pergi dari hadapan Anita dengan cepat, mengambil langkah seribu untuk menghindari rasa awkwardnya, 'Huh dina ... dina... kenapa kamu selalu kepo sihh, jadi kena sial lo khan !!.. lagian aneh-aneh saja tuh orang, jelas-jelas dia bilang dia bukan Anita Marie... masih saja mau menahanku ? apa lagi cobak yang ia ingin tanyakan padaku ?!... dasar kacau !!.' sambil berjalan cepat, mulut bu dina tampak komat kamit, mengumpat dan mengutuk diri yang sudah bersikap sembrono,     

Anita hanya dapat berdiri termanggu ditempatnya, menyaksikan kepergian bu dina dengan seribu tanda tanya, ia mengeryitkan keningnya, berusaha keras untuk mengingat sosok wanita yang barusan ditemuinya, entah mengapa ada perasaan familiar dengan semua nama yang dsebutkan wanita tadi padanya,     

"Hans.....?"     

gumam Anita lirih.... ia merasa nama itu begitu terasa tidak asing dihatinya. dan entah mengapa saat mulutnya mengucapkan nama itu, ia merasakan hatinya terasa perih yang tidak terungkapkan.     

"Hans... ?" Anita mengucapkan nama itu sekali lagi, dan tiba-tiba air matanya jatuh dipipinya, ia lalu mengusap air matanya, dan melihat kearah jari-jarinya yang basah dengan wajah terheran sendiri,     

"Sayang... " sapa Chen lembut, Anita spontan mendengakkan wajahnya, tampak terkejut,     

Chen speechless, tidak menyangka jika kehadirannya akan mengaggetkan Anita, padahal barusan ia datang dari arah depannya, "Huh kamu gak boleh suka ngelamun kalau pass berada di tempat umum begini yank... bahaya..." Chen menepuk punggung Anita berulang kali, untuk menenangkan hatinya dari kagetnya,     

Tetapi wajah Chen langsung berubah panik, ketika anita kembali mendengakkan wajahnya keatas dan melihat wajah anita kini tampak berlinang air mata,"W- What happens ?? apa yang terjadi sayang ?? ... siapa yang berani menganggumu ?.. ohh katakan padaku siapa yang membuatmu menangis .. don't be cry..." tanpa sedikitpun keraguan Chen langsung memeluk tubuh Anita dengan erat, memberi anita rasa perlindungan, Chen tampak tidak peduli meskipun aksinya itu disaksikan oleh para tamu hotel yang kebetulan lewat dan berlalu lalang didepan lobby,     

"Chen.... apa kau tahu siapa Hans ?"     

Deghh !!!     

Chen seperti tersambar petir disiang bolong!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.