Shadow of Love

Ada apa denganku



Ada apa denganku

0"Sir....?!",Anita melambaikan tangannya didepan wajah Hans ,"Umm ... yaa ?!!", Hans seolah langsung tersadar dari lamunannya, and back to reality, 'Ahh kurasa halusinasiku semakin parah.... tidak mungkin dia adalah Anita ?, jelas-jelas ia seorang dokter jaga disini...' Hans langsung menundukkan wajahnya, menghindari tatapan Anita, dalam hatinya berkecamuk perang, ia berargumen dan menjawab keraguannya sendiri, seolah sedang menyadarkan diri untuk menerima kenyataan,     

Sembari menyiapkan instrument medisnya, Anita menatap Hans suspicious, entah mengapa ia merasa sangat tidak asing dengan wajah pasien dihadapannya itu, ia merasa sangat mengenalnya, dan pernah melihatnya disuatu tempat... diam-diam Anita terus memandangi wajah Hans dengan seksama, sambil terus memeras otaknya, berusaha menginggat-ingat,     

'Ahhh benar !! dia adalah pria yang mobilnya ditabrak oleh Paman Lu !!' Anita seperti tercerahkan. ia ingat !, ia melihat pria didepannya itu berbicara dengan Lu Zhen pasca mobilnya ditabrak tempo hari, Anita diam-diam menghela nafas lega, merasa bersyukur, karena pria didepannya itu tidak melihatnya sebagai penumpang yang berada di mobil Lu Zhen saat itu, jadi ia tidak perlu repot-repot mengklarifikasi apapun, terlebih lagi ia merasa beruntung saat ini ia mengenakan seragam lengkap rumah sakit yang dilengkapi celemek pelindung berwarna hijau muda yang membungkus tubuhnya, ia juga menggenakan penutup kepala, masker dan faceshield diwajahnya yang merupakan standard SOP yang harus dipatuhi oleh setiap petugas kesehatan yang bekerja di unit IGD, sehingga tidak bisa dikenali oleh orang lain selain rekan-rekan sejawatnya saja,     

"Apa anda punya allergi pada obat-obat tertentu ?", Anita bertanya sekali lagi, nada suaranya terdengar canggung,     

"Tidak.... saya tidak punya allergi pada obat-obat apapun ....", jawab Hans lugas,     

"Oh I see !, excuse me sir.... kalau begitu saya akan mulai mengobati luka anda sekarang ...", Anita lalu menyentuh dagu Hans dan mulai membersihkan darah dihidung Hans dengan kassa putih steril, Anita memegang dagu Hans dan mendengakkan wajahnya keatas, ia kemudian memperhatikan setiap sisi bagian hidungnya , untuk observasi apakah ada luka terbuka disekitarnya yang menyebabkan pendarahan,     

Sebelum memanggil Hans tadi, ia sempat membaca tentang kronologis penyebab hidungnya berdarah, Hans menyebutkan bahwa hidung dan dahinya sempat terbentur di gagang setir pada incident tabrakan tiga hari yang lalu. jadi ia menduga kemungkinan besar ada trauma disekitar hidungnya,     

"Excuse me sir, saya akan memeriksa bagian dahi dan kepala anda sebentar, untuk melihat ada edema atau tidak ...",     

Hans menganggukkan kepalanya setuju,     

Anita lalu melakukan palpasi (salah satu teknik pemeriksaan fisik yang digunakan untuk mengetahui adanya masalah dengan merasakan ukuran, kekuatan, atau masalah ), di area dahi Hans yang tampak sedikit bengkak dan membiru, saat melihat Hans mengapit bibirnya, ia tahu Hans tampak sedang menahan sakit, "Tuan.. anda tidak harus menahannya, beritahu saya jika daerah yang saya tekan menimbulkan nyeri atau sakit.."     

"It's okay.... saya baik-baik saja....", ujar Hans berkeras, ia tidak tertarik untuk mengeluh dan berbicara panjang lebar pada Anita,     

Hans tampak menatap lurus kearah tirai panjang didepannya, seolah sengaja menghindari tatapan Anita,     

"Apa ada keluhan lainnya selain your bleeding ?, magsud saya, setelah terjadi benturan pada kecelakaan anda pada saat itu, apa anda juga mengalami muntah-muntah atau panas setelahnya ?"     

"T-tidak.... saya tidak muntah atau mengalami panas setelah kejadian itu... hanya....", Hans menghentikan ucapannya, saat tatapan mereka bertemu, wajahnya langsung berubah memerah, Hans tampak gugup setengah mati, ia segera membuang wajahnya kesamping, menutupi rasa canggungnya,     

"Yaa~ ?", Anita menunggu penjelasan Hans selanjutnya, ia merasa sedikit kesal, saat Hans tampak menghindari kontak mata dengannya,     

"S-Saat bangun tidur keesokan harinya, saya mendapati hidung saya mimisan dan dahi saya sakit ... itu saja...", ujar Hans singkat,     

"Ohh I see...",     

Entah mengapa, tiba-tiba Anita merasa kecewa, hatinya merasa tidak nyaman dengan perlakuan dingin pasiennya itu, Anita menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba bersikap professional, ia lalu melakukan tindakan medis selanjutnya untuk Hans, sambil diam-diam memperhatikan setiap lekuk wajah pasien dihadapannya itu dengan seksama, hatinya mengakui wajah pasiennya itu sangat tampan, meskipun ia tampak pucat dan tirus, seluruh dagu dan pinggir pipinya juga ditumbuhi oleh berewok lebat, tapi tetap tidak melunturkan pesona ketampanan parasnya, dan tatapan mata Anita berhenti, ia melihat tepat pada sorot mata pasiennya itu dengan dekat, tiba-tiba ia merasakan hatinya terguncang, hatinya terasa pedih saat melihat tatapan matanya yang begitu hampa dan rapuh, seolah sedang memendam rasa sakit yang teramat dalam ....     

Anita diam-diam menekan dadanya dengan kuat, ia merasakan hatinya seperti hancur lebur, dadanya terasa sesak, hingga rasanya ia tidak dapat bernafas, matanya terasa menggenang, saat ia mengedipkan mata tanpa sengaja air matanya menetes dan jatuh di faceshieldnya,....     

Anita merasa hatinya sangat sakit yang tak dapat dijelaskan....     

Anita memalingkan wajahnya kearah belakang, menghadap pada peralatan medis didepannya, ia telah selesai membersihkan darah dan mengoles salep antibiotic disekitar hidung Hans, dan ia terheran sendiri, saat melihat kedua tangannya tampak gemetaran pasca menyentuh Hans, secara logika, kasus pasien ini masuk category 'small case' versinya, karena selama masa praktek setahun ini, ia telah menolong banyak kasus besar, dalam listed prakteknya ia pernah menolong wanita melahirkan dengan kedua tangannya sendiri, ia juga pernah melalukan resitusi pada pasien gagal nafas yang sekarat, ia bahkan ikut dalam operasi bedah Jantung saat praktek tugas di unit 'bedah' sebulan yang lalu, juga telah ikut dalam beberapa tindakan operasi penyelamatan lain yang bertaruh nyawa, namun dari semua peristiwa medis itu, tidak ada satupun yang membuatnya gemetar dan merasa tegang seperti saat ini !!, 'Ada apa denganku ??', batin Anita tidak mengerti,     

Hans menahan nafasnya, ia tampak berbaring dengan patuh ditempatnya, entah mengapa hatinya tiba-tiba berdesir hebat saat tangan dokter itu menyentuh wajahnya, ia tidak tahu, apa ini adalah reaksi alami tubuhnya karena sudah sekian lama ia tidak pernah bersentuhan dengan wanita ?, atau hanyalah reaksi berlebihan karena di awal tadi ia mengira dokter dihadapannya itu adalah isterinya,     

Hans diam-diam mengatur nafasnya kembali, menenangkan dirinya sendiri, 'Apakah ini hanya perasaanku saja ??, mengapa aku merasa dokter ini memiliki suara dan tatapan mata seperti Anita ?'     

Anita kembali menghadap depan, memeriksa sekali lagi, apa ada luka lain disekitar wajah Hans, ia sadar, pasien didepannya adalah korban kecelakaan yang disebabkan olehnya, Anggap ini adalah bentuk pertanggung jawabban dirinya atas tabrakan saat itu.     

Ia akan berusaha menyembuhkan luka-lukanya dengan sebaik mungkin,     

Anita menyentuh pinggir pipi Hans yang penuh dengan berewok, matanya kembali mengamati seluruh wajahnya dengan teliti, melakukan inspeksi pada area hidung dan sekitarnya, jantung Hans seketika kembali berdegup kencang, tanpa disadari keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangannya,     

Anita noticed, spontan ia menghapus keringat dingin diwajah Hans dengan lembut, Hans sontak tersentak, tatapan mata mereka bertemu, mereka tampak saling membeku tanpa kata..... mereka sama-sama terdiam dan membeku disana bagai satu server benda yang sama-sama tersengat arus listrik bertegangan tinggi,     

Anita terdiam, saat tangan gemetar Hans perlahan mendekat dan menyentuh tangannya yang berada didahinya, tanpa sadar tubuh Anita semakin condong kebawah, mendekatkan dirinya pada Hans ... hatinya seolah membimbingnya untuk memeluk jiwa rapuh dihadapannya itu ..     

CLANK !!, sebuah gunting perban jatuh kelantai, Anita sontak duduk tegap kembali, mereka berdua seolah langsung tersadar and back to reality, dan langsung kompak saling menghidar ....     

"M-maaf....", Anita buru-buru melepaskan tangannya dari wajah Hans, ia seolah baru tersadar telah selesai membersihkan darah dan mengoles luka disekitar hidung Hans sejak tadi,     

Hans menghembuskan nafasnya dengan keras, bagai baru saja berhasil melepas beban berat dihatinya...     

"Anda boleh istirahat disini dulu, sambil menunggu hasil CT scan keluar..." ucap Anita canggung,     

"Yeah... thank you...", jawab Hans singkat, ia lalu memejamkan matanya erat, tidak berani menatap kearah Anita lagi, ia seolah merasa takut, jika akan terus berhalusinasi dan mengira dokter itu adalah Anita-nya....,     

Anita pergi dari samping bed no.15 itu dengan perasaan tidak karuan...     

Hans telah berjanji pada dirinya sendiri, jika ia tidak akan pernah mengkhianati isterinya lagi, selamanya.... ia tidak akan pernah mengulangi kesalahannya lagi, ia telah berjanji dipusara putera yang sangat dicintainya, bahwa ia akan selalu setia dan mencari mommynya hingga mereka bisa kembali bersama... 'Sayang maafkan aku, barusan aku benar-benar tidak sengaja, ... kau jangan marah yah... aku janji tidak akan mengulanginya lagi lain kali ....", ucap Hans lirih, ia bisa melihat Anita tampak menganggukkan kepalanya, bayangan wajah isterinya itu tampak tersenyum tulus penuh pengertian, Hans memejamkan matanya menyentuh pipinya sendiri dengan lembut, meraih tangan isterinya yang sedang membelai wajahnya dan memaafkannya seperti biasanya....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.