Shadow of Love

Kali ini apa lagi



Kali ini apa lagi

0Anita menggigit bibirnya dengan kuat, tatapan matanya terus mencuri pandang kearah bed no. 15 didepannya sana, wajahnya terlihat gundah, meski ruangan unit IGD dilengkapi pendingin ruangan 24 jam, tapi entah mengapa ia merasa gerah, ia lalu membuka faceshield yang menutupi wajahnya juga membuka penutup kepala yang membungkus rambutnya, hingga tinggal memakai masker saja,     

Anita merapikan ikatan rambut ekor kudanya, sambil tetap fokus membaca biodata Hans beserta informasi kesehatan tentangnya di medical record Hans pada layar komputer didepannya dengan teliti, "Hans Siddhartha Wijaya...? ", Anita mengumam nama Hans pelan, sambil kembali melihat kearah Hans yang tampak berbaring di bed no.15 itu dengan perasaan campur aduk, sejak awal melihatnya ia merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya tentang sosok pasien ini ....     

Anita kembali membaca medical record milik Hans sekali lagi, sambil berusaha menggali memorynya, mencari sesuatu yang seolah terlupakan, selain fakta bahwa pasien itu adalah korban dari tabrak mobilnya, ... namun meskipun ia telah membaca profile Hans itu tak terhitung lagi, tetap saja ia tidak bisa menemukan apa yang dicarinya....     

Sebuah notifikasi masuk di inbox medical record milik Hans, Anita langsung membuka pesan baru itu, yang ternyata hasil CT scan kepala milik Hans telah keluar ...     

Setelah membaca hasil CT scan itu dengan seksama, Anita berdiri dari tempat duduknya dan pergi menghampiri Hans, "Mr Siddhartha, hasil report CT scan anda sudah keluar, apa anda ingin melihatnya ?",     

Anita menawarkan Hans untuk ikut bersamanya keruang kerja semi terbuka didepannya sana, untuk melihat ke komputer tentang hasil CT scan yang telah keluar,     

Hans membuka matanya, dan langsung menatap hampa kearah Anita, "Tidak usah saja, saya tidak perlu melihatnya ... dokter jelaskan saja pada saya bagaimana hasilnya ...", jawab Hans ringan, ia langsung bangkit dari tidurnya, untuk mendengar penjelasan Anita,     

Hans merasa tidak perlu melihat hasil photo CT scan itu, karena ia juga tidak mengerti bagaimana membaca arti photos tengkorak itu,     

"Baiklah tuan, begini .... menurut hasil analysa yang saya baca dari gambar computed tomography kepala anda secara keseluruhan, saya tidak menemukan adanya jaringan yang rusak akibat perdarahan atau trauma dikepala, jadi kemungkinan pendarahan hidung yang anda alami akhir-akhir ini adalah karena pecahnya pembuluh darah dibagian dalam hidung saja, yang kabar bagusnya.... itu berarti mimisan yang anda alami tidak ada implikasinya dengan trauma di kepala.... jadi anda bisa merasa tenang, bahwa ini bukan indikasi adanya masalah serius akibat tabrakan yang anda alami saat itu ...",     

"Apa dokter yakin ? Em-mm Maaf, saya sekarang sedang berbicara dengan siapa?..."     

"Ohh ... iya. saya memang dokter Co-Ass jaga disini. saya tahu, mungkin anda ragu dengan diagnosa saya.... it's okay... kalau begitu, saya sarankan besok pagi tuan dapat langsung mendaftar untuk konsultasi dengan dokter ahli saraf di klinik depan,... ada beberapa professor doktor Ahli saraf terbaik dirumah sakit ini, anda bisa memilih salah satu diantara mereka untuk second opinion.... tuan hanya perlu membawa kartu kesehatan saja untuk memeriksakan diri ke klinik saraf dalam lingkup rumah sakit ini, dan mereka pasti akan dapat meng-akses medical record anda secara menyeluruh, termasuk hasil CT scan kepala yang barusan keluar ...",     

"Baiklah ... saya mengerti... "     

"Jadi, kalau anda sudah merasa lebih baik. anda boleh pulang sekarang... silahkan untuk menyelesaikan administrasi dan mengambil obat di counter depan... saya sudah menulis beberapa resep obat untuk meredakan bengkak didahi anda...."     

"Anita !! ada pasien baru !!, Asfiksia !!, score motorik 1, Verbal 1, mata 1 !! cepetan !!",     

Seorang rekan Co-Ass tampak berlari kecil sambil menyerahkan medical record pada Anita, dengan cekatan Anita langsung membacanya, dan langsung pergi meninggalkan Hans begitu saja, ia langsung bergegas menyiapkan beberapa instrument medis yang akan digunakan pada pasien baru yang akan segera datang ke unit IGD mereka,     

"A-Anita ?.... J-jadi d-dokter tadi benar-benar A-Anita ??!!" Hans melongo, menatap kearah Anita dengan wajah tidak percaya, ia yakin pendengarannya tidak mungkin salah, ia benar-benar mendengar dengan jelas, rekan dokter wanita tadi memanggil dokter yang sedang berbicara dengannya barusan dengan nama Anita !!.     

Anita tampak berlari keluar ruangan bersama dua orang rekannya yang lain....     

Saat mobil Ambulance sampai didepan pintu utama, mereka langsung menyambut pasien yang baru datang itu dan segera melakukan pertolongan dengan intensive, sambil berlarian mereka mendorong bed dari mobil Ambulance menuju kedalam ruang pertolongan, tepat di sisi bed milik Hans... Seorang dokter tampak memeriksa tanda-tanda vital dan mengukur score kesadaran pasien, sementara Anita mencari vena ditangan pasien itu dan memasang infus, mereka seolah sedang berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa pasien itu,     

Hans tampak terpana ditempatnya.... ia melihat kesibukan yang terjadi dari tempat tidurnya, pasien baru disebelahnya itu kini tampak dikerubuti oleh empat orang pekerja medis yang sedang berusaha menolongnya...     

Tapi Hans tidak peduli itu, tatapan matanya hanya tertuju pada Anita saja, ia terus memperhatikan setiap gerakan resitusi Anita dengan takjub, ia terus menatap Anita dengan seksama, seolah ingin meyakinkan penglihatannya,     

Ia telah memastikan suaranya, juga tidak ragu dengan tatapan matanya, ia hanya perlu melihat wajahnya saja, karena secara keseluruhan, bentuk tubuh dan body language wanita itu benar-benar mirip istrinya, ''tapi bagaimana mungkin itu nita ?....'     

Seorang perawat tiba-tiba menutup tirai, membuat Hans tidak bisa melihat Anita lagi, perawat itu tampak tidak senang melihat Hans yang seolah ingin mengetahui apa yang terjadi pada pasien disebelahnya, karena secara etika kedokteran, perawat itu harus bisa menjaga privasi pasien yang sedang ditanganinya, "Mr Siddhartha ... pemeriksaan anda telah selesai.... anda boleh pulang sekarang..", ujar perawat itu kesal, seolah mengusir dengan halus,     

"Em-mm saya masih merasa sakit kepala, bolehkah saya beristirahat disini sebentar lagi?" Hans mencoba mencari alasan untuk mengulur waktu, karena ia ingin memastikan sesuatu....     

"Ohh ... apa tadi anda sudah mengatakan keluhan ini pada dokter ?"     

"Tidak, saya belum mengatakannya ... karena tadi keadaan saya belum begitu baik, saya akan menunggu dokter Anita memeriksa keadaan saya sekali lagi.... bisakah ?",     

"Em-mm tapi dokter Anita sedang ada pasien baru sekarang, saya akan memanggil dokter lain untuk memeriksa anda..."     

"Ohh tidak perlu nurse !. saya akan menunggu dokter Anita saja, tadi dia yang mengobati saya saat pertama datang, saya pikir dia lebih tahu kondisi saya dibanding dokter lainnya... it's okay.... saya tidak buru-buru kok, saya akan menunggu hingga ia selesai menangani pasien barunya...",     

"Baiklah. terserah anda saja kalau begitu."     

Tapi belum satu menit Hans menunggu, ponsel dikantong celananya bergetar, ada panggilan telfon dari ibu,     

"Yaa Hallo bu...",     

"Hans kau dimana nak ?.... kenapa lama sekali belum sampai kesini ?.."     

"Hans sekarang masih ada dilantai bawah bu .... ada apa ?",     

"Hah. ngapain kau dilantai bawah ?!, cepat datang kesini... aku sudah menunggumu dari tadi. ibu sudah lapar sekali ini.....",     

"Loh sekarang udah jam sebelas malam. .. kenapa ibu belum makan juga ?, emang bibik kemana ?!!, Huh beraninya dia pergi menelantarkan ibu begini !! ibu tenang saja... Hans segera datang kesana sekarang ! ibu bertahanlah sebentar okay...", dan tanpa menunggu penjelasan ibu lebih lanjut, Hans langsung menutup telfonnya, dan secepat kilat mengenakan sepatunya kembali... 'Aku akan membereskan masalah ini secepatnya, aku akan segera kembali kesini, setelah memastikan keadaan ibu diatas sebentar....'     

Hans menatap tirai disampingnya dengan ragu, ia ingin sekali berbicara sebentar pada dokter Anita tadi, memintannya untuk menunggunya sebentar selama ia pergi,     

Hans melihat petugas medis disampingnya tampak masih sangat sibuk dengan aksi penyelamatan mereka.... ia berpikir pasti tidak akan ada masalah jika ia pergi sebentar,     

'Mungkin... saat aku kembali nanti, dokter itu juga sudah selesai menangani pasien barunya, jadi aku bisa berbincang dengannya dengan leluasa seperti tadi,'     

.     

.     

Anita keluar dari gedung rumah sakit pada jam sebelas lewat dua puluh menit, hampir lewat setengah jam dari waktu tugasnya, Chen yang telah menunggunya dimobil tampak menyambut kedatangannya dengan wajah kecut, sambil memasang sabuk pengamanannya Anita menghempas nafasnya dengan keras , "Maafkan aku... membuatmu menunggu lama..."     

"Hmm... Kali ini apa lagi ?"     

"Ada pasien baru, sepuluh menit sebelum injury time ... kondisinya kritis jadi gak bisa diambil alih...",     

Meskipun khusus untuk unit gawat darurat yang super sibuk, rumah sakit telah membagi petugas medisnya dalam empat shift kerja, dengan masing-masing petugas medis memiliki enam jam kerja saja, tetap saja tidak dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak terprediksi seperti ini, dan Anita sebagai petugas medis tentu punya kesadaran pribadinya sendiri , merasa bertanggung jawab atas keselamatan jiwa pasien mereka, apalagi jika mereka berhadapan dengan pasien kritis diantara hidup dan mati, tentu tidak ada pilihan lain selain safety first.     

Tapi Chen seorang professional, yang sangat on time dan aware pada hak-hak pekerja. baginya waktu adalah uang, dan overtime adalah melanggar hak pekerja, kecuali ada kompensasi gaji. sementara Anita hanya dokter praktek yang tidak mendapat gaji atau kompensasi, ia masuk bekerja pada pukul empat sore, jadi seharusnya ia bisa pulang tepat jam sebelas malam, itu sebabnya Chen merasa kesal dengan keterlambatan Anita, menganggap rumah sakit tidak menjalankan rules secara professional dan hanya memanfaatkan tenaga para dokter praktek itu semaksimal mungkin.     

"Ohh.... " Chen tidak berani mengeluh lebih lanjut, menyimpan rapat-rapat rasa kesalnya itu dalam hati.     

"Apa mamah sudah datang ?"     

"Iya, mamah sudah selesai menyiapkan makan malam untukmu sejak jam delapan tadi... kamu pasti sudah lapar khan.."     

"Enggak. biasa saja kok..."     

Chen mengeryitkan keningnya, tidak biasanya Anita bersikap dingin saat mengetahui jika mamah sudah selesai menyiapkan makanan untuknya,...     

"Ada masalah ?...",     

"It's okay,... I'm good...", jawab Anita ringan, tidak ingin Chen mengetahui perasaan hatinya yang sedang berkecamuk hebat, memang tidak ada yang special dari kasus pasien no.15 tadi, tapi entah mengapa ia tidak bisa berhenti untuk terus memikirkannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.