Shadow of Love

Berhenti menipu diri



Berhenti menipu diri

0"Setidaknya .... bukankah seharusnya jeng Marie bisa membicarakan masalah ini dengan baik-baik jeng," ucap Ibu Hans dengan suara bergetar, tatapan matanya tampak memerah, menatap mamah Anita dengan tajam, seolah sedang menahan rasa marah di hatinya, saat mengetahui fakta jika ternyata selama ini Anita telah ditemukan dan dirawat oleh mamahnya sendiri, meski satu sisi hatinya ia merasa lega, karena tahu jika Anita kini dalam keadaan baik-baik saja, tapi di sisi lain ibu merasa sangat kecewa, ia merasa telah di permainankan mentah-mentah oleh mamah Anita,     

Bagaimana tidak !!.... telah bertahun-tahun lamanya, puteranya terus berjuang keras mencari Anita siang dan malam, tidak peduli panas dan hujan, Hans tidak kenal lelah mengeluarkan segala upaya dan pikiran untuk menemukan keberadaan isterinya yang menghilang itu tak kenal menyerah, tapi nyatanya ia menemukan fakta jika ternyata mamahnya sendiri yang diam-diam sengaja menyembunyikan keberadaan Anita darinya,     

"Teganya kau melakukan ini pada kami jeng.... padahal kau tau persis, jika selama ini Hans masih terus berusaha mencari nita setiap hari ....", suara ibu Hans terdengar bergetar, menahan isak tangisnya yang seolah bisa pecah kapanpun,     

"Maaf ??,.. jadi apa magsud mbak dina mau menyalahkanku karena berusaha melindungi puteriku sendiri ??"     

"Jeng Marie !!.... biar bagaimanapun, Hans masih suami Anita,... dan dia berhak tahu keadaan isterinya itu ..." ujar ibu dengan nada tinggi,     

"Mbak dina .... please berhentilah menipu diri .... sudah sejak tiga tahun yang lalu aku sudah selesai membereskan pernikahan Anita dengan Hans !!, dan saat itu aku juga tegas mengatakan, tidak perlu mencari Anita lagi. aku menganggap hubungan diantara kita telah selesai. !! dan... Aku yakin mbak juga sebenarnya sudah tahu sejak awal khan, ... kalau mereka berdua sebenarnya sudah pernah memproses perceraian mereka jauh sebelum kecelakaan itu terjadi ? ",     

"Tapi Jeng .... mana boleh kau mengambil keputusan tanpa seijin Anita.... itu tidak sah !, meskipun benar mereka dulu sempat bertengkar hebat dan berpikir untuk bercerai, namun Anita tidak benar-benar ingin melakukannya jeng .... aku tahu persis itu.... mereka sedang menanti Anak kedua mereka sebelum kecelakaan itu terjadi ...."     

"Apapun itu.... aku yakin itu terjadi sebelum nita melihat Hans berselingkuh tepat didepan matanya .... percayalah padaku mbak... setelah Anita sadar nanti ia pasti akan setuju dengan keputusan yang kuambil untuknya ...",     

Mamah telah mengetahui segalanya, ia sudah melihat seluruh tangkapan cctv camera dari depan toko ice cream yang menampilkan kejadian sebelum kecelakaan tragis itu terjadi, saat Anita menangkap basah Hans berselingkuh dengan Vanessa,     

"Jadi nita masih belum bisa mengingat apapun ?" ucap ibu sedih, harapannya untuk memeluk menantunya itu seolah sirna seketika....     

"Begitulah.....",     

Ibu menuruti saran mamah Anita untuk berbicara empat mata, dan mereka memutuskan untuk pergi ke ruang perawatan inapnya dilantai 9, untuk membicarakan semua hal dengan terbuka,     

Ibu mendesah pelan, Pantas saja saat melihatnya tadi, Anita tampak bersikap dingin padanya, memperlakukannya bagai orang asing.     

"Apakah dia baik-baik saja ? bagaimana dengan pengobatannya ?..."     

"Yah, dia akan baik-baik saja, selama kalian tidak berusaha menganggunya lagi.... dan menginggatkan pada hal-hal yang menyakitinya ..."     

"Tapi, .... bagaimana dengan Hans ? apa yang harus kulakukan padanya jeng ?...."     

Mamah Anita menatap ibu dengan dingin dan menantang yang merupakan caranya mengatasi kepedihannya, "Tanpa anakku, Hans nyatanya baik-baik saja, bukankah mudah baginya untuk mencari teman tidur ?! semudah ia menjetikkan jarinya khan ?!!.. ", ucapnya mengejek, "asal mbak dina tahu ! tidak mudah untuk kami mengobati luka Anita hingga ia bisa mencapai tahap kesembuhan seperti sekarang ini !!, jadi apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkannya lagi !!,"     

"Demi Tuhan !", teriak ibu, "Tidak bisakah kau melihat ?," ibu tampak berusaha keras mengendalikan dirinya ,     

"M-Maafkan aku, aku hanya berharap bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk kuucapkan padamu, jeng Marie....", ibu menekan dadanya sendiri, "Hans sudah berubah. ia benar-benar sangat menyesali perbuatannya pada Anita.... tidak cukupkah kau menghukumnya ?" ibu menundukkan wajahnya kebawah, menumpahkan air mata putus asa yang menghimpit hatinya selama ini,     

"Mbak dina , aku tahu semua orang terluka dalam hal ini.... tapi mbak dina telah bersalah, karena mbak dina terus berpura-pura polos meskipun mbak dina tahu semua kelakuan Hans pada anakku .. aku tanya balik pada mbak... seandainya mbak jadi aku.... apa mbak juga akan rela melepaskan puteri semata wayangnya lagi pada lelaki yang tidak pernah menghargai cinta dan pengorbanannya ?"     

"Aku sudah melihat semua dengan gamblang mbak... bagaimana Anita bergulat dengan rasa depresi dan frustrasi yang disebabkan oleh Hans,"     

"Asal mbak tahu. Anita benar-benar mengalami krisis mental yang parah pasca kecelakaan itu !!, bukan hanya dikarenakan ia telah kehilangan Bryan saja. melainkan banyak krisis lain yang telah memicu sebelumnya. "     

"Selain depresi berat. Anita menderita bulimia !!, setiap waktu, ia selalu berusaha memuntahkan makanan yang telah dimakannya, karena rasa takutnya pada kenaikan berat badannya !!, juga... ia tidak akan keluar dari ruang fitness, saat melihat timbangan badannya tidak turun seperti yang diharapkannya. ia terus memikirkan apakah penampilannya telah sempurna. ... ia akan bercermin seharian dan memaksa dokter kulit-nya untuk mengobatinya, memastikan jerawat di wajahnya hilang tanpa meninggalkan bekas...."     

Suara mamah terdengar parau, bibirnya gemetar, menginggat peristiwa demi peristiwa yang telah dilalui puterinya dalam proses pengobatannya dulu....     

"Coba mbak bayangkan.... bagaimana sedihnya perasaan seorang ibu... melihat puterinya berubah hancur seperti itu?, mbak dina tidak akan pernah bisa memahami rasa sakit itu sampai mbak dina mengalaminya sendiri...."     

"Aku tahu, puteriku memang tidak sempurna.... tapi ia seorang gadis yang jujur, baik hati dan sangat lembut... aku yang melahirkan dan membesarkannya sendiri, jadi aku sendiri yang paling tahu persis bagaimana sifatnya, meski ia seorang pemalu, tapi aku selalu mengajarkannya untuk bersyukur dan percaya diri dengan kecantikannya,.... tapi, entah apa yang dilaluinya hingga membuatnya berubah menjadi seorang gadis yang insecure dan selalu merasa tidak percaya pada dirinya sendiri.... hingga ia bahkan rela menyiksa tubuhnya sendiri demi rasa sempurna yang seolah tidak pernah bisa dicapainya.... "     

"Melihat ia melalui semua itu....hatiku benar-benar hancur mbak...."     

"Jadi aku mohon.... tolong.... lepaskan anakku... kumohon ... biarkan ia hidup dengan bahagia bersama cintanya kini....",     

Ibu Hans tertunduk lesu, rasa bersalah menyelimuti hatinya, ia tidak berani menyangkal, dalam hatinya ia membenarkan kata-kata mamah Anita itu tanpa terkecuali, mendadak ia seolah telah kehilangan seluruh harapan, wajahnya berubah suram, tenggorokannya bagai tercekat, tidak mampu untuk berkata-kata lagi,     

.     

.     

Anita benar-benar tercengang saat dia menatap bayangan putih di dekat pintu, cahaya seolah memancar dari tubuhnya, membuat seseorang mustahil untuk berpaling dan mengabaikannya, posture tubuhnya tampak jangkung, ia mengenakan kemeja putih dan celana coklat muda yang rapi, meskipun penampilannya tampak sederhana tapi pesona ketampanannya justru terpancar memikat,     

Anita tampak membeku, tatapan dan pikirannya bergeming dan berlama-lama menatap takjub pada Hans yang berada dibalik kaca tak tembus pandang kamar PICU didepannya, ia seolah tidak bisa berkata apa-apa, sosok itu tampak sangat familiar, rambut dengan potongan sempurna yang mempesona, pipi yang tirus, hidungnya yang tajam, bibirnya yang tipis dan mata yang dalam itu telah muncul di mimpinya berkali-kali... hingga seolah membekas dalam ingatannya,     

Hans tampak berdandan rapi, sebelum datang ke unit Anak, ia sengaja mencukur seluruh jenggotnya, merapikan potongan rambutnya, dan berpakaian serapi mungkin, ia mengenakan setelan kemeja dan celana yang dibeli Anita khusus untuknya, berharap dapat memberi kesan tertentu jika benar dokter itu adalah Anita-nya... meskipun dalam hatinya Hans merasa yakin, bahwa dokter Anita yang ia temui di IGD saat itu tidak lain adalah wanita yang memiliki paras seperti Anita yang ia temui di pintu lift kala itu,     

Dengan hati berdebar-debar Hans melangkah menuju kearah ruang jaga di unit Anak itu, sementara tatapan Anita tampak terus memperhatikan langkahnya dari balik kaca ruang PICU, Anita dapat melihat dengan jelas bagaimana Hans tampak gugup dan berusaha mengatur nafasnya sebelum bertanya pada perawat di ruang jaga...     

Tidak berapa lama kemudian, seorang rekan Co-Ass datang menemuinya, "Nit.... ada tamu untukmu ... dia menunggumu di ruang jaga ",     

"Tamu ?.... untukku ?....", Anita menunjuk kearah dirinya sendiri, sambil spontan menatap kearah Hans dengan perasaan gundah, entah mengapa firasatnya mengatakan, jika pria itu adalah tamu yang dimangsud rekannya yang datang untuk menemuinya,     

"Udah, kau temui dulu tamu-mu sana.... biar aku yang lanjut monitoring ...jangan khawatir, nanti aku bantu catat siklus nya...", bisik rekannya penuh pengertian, Anita menganggukkan kepalanya, ia segera melepas kedua tangannya dari incubator, ia telah selesai memberi asupan susu yang terpasang di selang khusus untuk bayi dalam incubator itu, saat ini mereka sedang bertugas di Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yang merupakan ruang perawatan intensif bagi bayi usia sampai 28 hari dengan gangguan kesehatan serius yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan fungsi organ-organ vital,     

Dalam ruangan PICU mereka harus bicara dengan berbisik pelan, untuk mencegah keributan yang dapat mengaggetkan bayi-bayi yang sedang dalam perawatan,     

"Thank you yah....", jawab Anita berbisik,     

Anita mengatur nafasnya, ia lalu berjalan berhati-hati, melewati beberapa box bayi yang berjejer disampingnya, kemudian menutup pintu ruangan kedap suara itu dengan perlahan,     

Hati Hans bagai bersorak gembira, saat melihat kedatangan Anita berjalan kearahnya, meskipun Anita tampak mengenakan masker dan berpakaian serba tertutup, tapi hanya melihat dari posture dan cara berjalannya, hatinya merasa yakin seratus persen, bahwa ia adalah isterinya. "Dokter Anita ?..."     

"Iya.... ??,"     

Hans sejenak tersenyum geli, saat melihat ekspresi bingung Anita yang tampak tidak mengenalinya, saat di UGD kala itu penampilan wajahnya masih dipenuhi berewok lebat dan berantakan, wajar jika dokter Anita menjadi tidak mengenali penampilannya sekarang... "Oh, maafkan saya, pagi ini saya sudah membersihkan mereka...." Hans menangkup dagunya dengan tangannya, "Saya adalah pasien No.15 di UGD kemarin malam .... apa dokter nita ingat ??"     

Hans tersenyum sedemikian rupa, membuat jantung Anita berdegup dengan kencang, "Ah~hh iya - iya, saya ingat sekarang ... em-m kalau boleh tahu, ada apa yah ?" Anita sebal pada dirinya sendiri karena nafasnya memburu,     

tiba-tiba Anita seperti punya firasat buruk, 'Apa.... jangan-jangan dia sudah tahu jika saat itu mobilku yang menabraknya ?'     

"Em-m apa dokter nita free?, saya ingin berdiskusi sebentar tentang penyakit saya... mungkin kita bisa mengobrol sebentar ? ... di kafe bawah ?...",     

"Apa anda sudah pergi bertemu dokter ahli saraf untuk second opinion ?"     

"Tidak, saya tidak melakukannya ?"     

"Why ?....",     

"Saya percaya pada diagnosa anda.... saya yakin anda tidak akan pernah membohongi saya!!",     

Melihat pipi Anita bersemu merah, Hans kembali berkata pelan,"Mari kita makan siang bersama...",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.