Shadow of Love

Gunakan hak-mu sebagai suami



Gunakan hak-mu sebagai suami

0Anita terpana, wajahnya tampak merona memerah, ia terkejut, pria itu sengaja menggodanya dengan terus terang di siang bolong !, "Maaf Tuan.... saya sedang sibuk, saya tidak punya waktu berbasa-basi, jika anda punya keluhan dengan penyakit anda, anda bisa konsultasi langsung pada dokter ahli di klinik bawah, saya tidak punya wewenang lagi membantu anda, saya pamit sekarang !, saya harus kembali bekerja !!...", jawab Anita tegas, nada suaranya tidak dapat menyembunyikan rasa kesal dihatinya, 'Apa aku terlihat seperti gadis murahan ?!, Apa pria itu mengira aku akan mudah jatuh hanya dengan senyuman memikat dan undangan makan siangnya ?, Sialan !!' batin Anita mengumpat,     

Dengan wajah marah, Anita langsung membalikkan badannya kebelakang, ia lalu berjalan pergi begitu saja, ia tidak ingin membuang waktu menanggapi pasien aneh yang super percaya diri itu,     

Hans mengerjapkan matanya berulang kali, speechless, dan ia seolah tersadar, telah berbuat tidak sopan pada dokter yang baru dikenalnya itu, dengan tergesa-gesa ia melangkah kearah depan, menghalau langkah Anita agar tidak pergi, "Maafkan kelancangan saya dok... saya tidak bermagsud bersikap tidak sopan, S-saya... benar-benar minta maaf.... tadi saya hanya ingin bersikap ramah, saya tidak bermagsud menggoda anda..... maafkan saya jika ajakan makan siang itu menyinggung perasaan anda.... tapi saya benar-benar ingin berdiskusi tentang sakit yang saya alami," nafas Hans terengah-engah, ia berusaha mengejar Anita dengan panik sambil terus menjelaskan magsud undangan makan siangnya itu pada Anita,     

Anita tidak menanggapi, ia terus berjalan kearah ruang PICU dengan cuek, seolah-olah tidak mendengar apa-apa,     

Hans tampak kewalahan, ia terus berjalan mengimbangi langkah kaki Anita yang berjalan dengan cepat dan tampak berusaha menghindarinya, "Please dok, dengarkan saya sebentar ... sebenarnya pagi ini hidung saya kembali mimisan, dan saya masih merasa sedikit pusing, saya butuh saran dokter untuk mengatasinya ?, dok ... please...." Hans berbicara dengan mimik memelas, ia tampak terus memutar otak, mencari alasan masuk akal untuk menahan Anita, sambil berusaha meminta maaf dengan bersungguh-sungguh, 'Huh dasar bodoh !, dasar brengsek !!, Hans ~ Hans !... kenapa kau selalu mengacaukan semuanya !!' Hans terus terus mengutuk dirinya yang bereaksi sembrono, berspekulasi terlalu dini, menganggap bahwa wanita didepannya itu adalah isterinya, yang akan luluh hanya dengan kata manis dan senyumnya,     

Anita tiba-tiba menghentikan langkahnya, sekonyong-konyong Hans menahan kakinya dengan kuat agar tidak menabrak tubuh ramping didepannya, "Mengapa harus bertanya pada saya ?, kalau anda malas untuk ke dokter ahli, anda bisa kembali ke UGD dan bertanya pada dokter jaga disana....",     

Melihat raut keras Anita, Hans tahu Anita masih belum memaafkannya, "S-saya merasa dokter nita paling tahu kondisi saya, anda yang memeriksa kondisi saya pertama kali, jadi jika dokter Anita yang menangani saya, saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar lagi tentang riwayat penyakit saya... terus terang itu benar-benar melelahkan", Hans menghentikan ucapannya, ia tampak mengatur nafasnya kembali,     

Anita melihat kearah arlojinya, diam-diam ia merasa terganggu dengan penyesalan dihatinya, ia sadar dirinya ikut andil pada sakit yang diderita pasien didepannya itu, jadi bukankah seharusnya ia tidak boleh bersikap keras dan angkuh padanya ?, lalu Anita menatap Hans santai, "Baiklah.... kita bertemu jam 12 di Tony's restaurant lantai satu ....,"     

"B-benarkah ? jadi anda setuju ?.."     

Anita menganggukkan kepalanya ringan,     

"Saya tidak bisa berbicara terlalu lama, saya harus segera kembali bekerja...". ujar Anita lagi,     

"Baiklah, s-saya mengerti .... kalau begitu saya pergi dulu, sampai ketemu di Tony's restaurant jam istirahat siang nanti dok,"     

Anita kembali menganggukkan kepalanya, ia lalu melangkah kembali ke tempat prakteknya di ruang PICU, Hans menatap kepergian Anita dengan wajah penuh suka cita,     

.     

.     

Mamah tampak mondar-mandir didepan pintu kamarnya bagai setrikaan, raut wajahnya tampak gundah, mulutnya komat-kamit, ia menatap ponsel ditangannya sambil terus menimbang langkah terbaik apa yang sebaiknya dilakukan untuk Anita,     

"Chen ...." Mamah menelfon Chen yang sedang bekerja di kantor,     

"Iya mah....",     

"Apa kau sedang sibuk?"     

"Katakan saja mah... Chen selalu ada waktu untuk mamah ..."     

"Bisakah kau atur perjalanan ke Jepang ?, saat ini disana sedang musim semi.... cuacanya pasti sangat sejuk, bisakah kau bawa nita liburan kesana ? em-m sekarang ?...."     

"Hah liburan ke jepang?, sekarang ??! b-bagaimana mungkin mah ?..."     

"Ayolah, aku tahu kau pasti bisa mengaturnya khan.... bisakah kau turuti saja apa kata mamah... ?", Mamah tahu, Chen punya kemampuan untuk mengatur perjalanan itu semudah ia menjetikkan jarinya,     

"Em-m maaf mah, tunggu sebentar..... aku tidak bisa memutuskan ini sendiri mah, aku harus diskusikan dulu dengan nita?, saat ini nita sedang sibuk dengan jadwal prakteknya.... kalau tiba-tiba aku mengajaknya liburan, ia pasti akan menolaknya !",     

Itu masalah utamanya!, ingin sekali mamah memukul kepala Chen dengan keras, untuk menyadarkannya atas posisinya pada Anita. 'Come on, kau adalah suaminya... kata-katamu adalah peraturan, please... gunakan hak-mu sebagai suami!!'     

"Chen. tolong turuti apa kata mamah sekali ini saja.... please ",     

Chen merasa ada yang tidak beres,     

"Mah.... sebenarnya apa yang terjadi ?"     

Mamah tidak ingin mengungkapkan hal sebenarnya, ia takut, jika Chen akan negative thinking pada Anita, akan menganggap Anita belum bisa move on dari cintanya pada Hans, meskipun faktanya perasaan Anita pada Hans juga masih belum jelas, sampai ia bisa mendapatkan ingatannya kembali, tapi mamah benar-benar tidak ingin mengacaukan hubungan suami istri itu dengan kekacauan ini, ia ingin pernikahan yang ia arranged itu langgeng selamanya, kalau perlu ia akan melakukan apapun agar Anita tidak bisa bertemu dengan masa lalunya itu selamanya,     

"Ehem....Tidak. aku hanya berpikir, Anita perlu liburan sejenak, aku takut jika dia terlalu memforsir pikirannya pada belajar ... akan membuatnya stress right ?..." Mamah mengatur nada bicaranya senormal mungkin,     

Chen tiba-tiba teringat dengan percakapan mereka tadi malam didalam mobil, 'Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan apa yang dikatakan nita semalam ?', Chen me-review memory percakapan dengan Anita semalam,     

"Ada masalah ?",     

"It's okay.... I'm good..." jawab Anita ragu,     

"Katakan...."     

"Em-m sebenarnya, tadi aku bertemu pasien aneh di UGD...."     

"Apa dia menganggumu ?",     

"Tidak. bukan itu... aku hanya, merasa tidak asing dengannya.... it's so weird,"     

"Weird ?"     

"Iya, aku seperti sangat familiar dengannya, tapi ... dia meragukan diagnosaku, dia tidak percaya aku bisa membaca hasil CT scan-nya, mungkin ia melihatku masih dokter co-ass ", ucap Anita sedih, tatapannya terlihat terluka, ia menatap kearah jalanan didepannya dengan berkaca-kaca,     

Chen merasa cemas, "Huh dasar pasien gak tahu diri !! berani sekali dia meragukan kehebatanmu !!, Tenang saja. aku pasti akan membereskannya untukmu ..",     

Kenyataannya, adalah suatu pengorbanan besar baginya bisa merelakan Anita menyentuh orang lain selain dirinya. ia harus memendam ego-nya dalam-dalam demi dapat menyenangkan isterinya itu, mendukungnya mencapai cita-citanya menjadi dokter, jika waktunya tiba kelak, jika Anita benar-benar telah sembuh, ia akan menjalankan rencana awalnya, ia hanya akan mengijinkan Anita menggunakan ilmu dan ketrampilannya hanya untuk merawatnya dan anak-anak mereka saja,     

"Apa-apann sih kamu... kamu tidak boleh cross the line yah !, jangan keterlaluan. kau tidak boleh bertindak tanpa seijinku, dia adalah pasienku. nothing to do with you. aku hanya mengeluh padamu ... untuk berbagi apa yang kurasakan... huh kalau kau selalu bereaksi begini, lain kali aku tidak akan pernah bercerita dan mengeluh apapun lagi padamu !"     

Chen back to reality, ia langsung meraih satu tangan Anita disampingnya, "Ayolah sayang... kamu kenapa sensitive sekali akhir-akhir ini... maafkan aku... I'm just kidding kok .. okay... fine.... aku tidak akan ikut campur tentang urusanmu dengan pasienmu,... Kamu istirahatlah dulu, pejamkan matamu sejenak, tenang saja.... aku akan menyetir mobilnya dengan hati-hati," Chen langsung menenangkan Anita, membujuknya agar tidak marah,     

"Mah.... apa Anita cerita pada mamah telah bertemu seseorang yang sangat familiar semalam ?"     

"Hah...?!! jadi Anita sudah bertemu dengan Hans ?" ucap mamah kaget, menebak dengan spontan,     

"Ha-ans ??!",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.