Shadow of Love

Hanya sebuah kebetulan



Hanya sebuah kebetulan

0Hans melihat kedatangan Anita di pintu utama restaurant, ia segera mengangkat satu tangannya keatas, memberi kode tempat keberadaannya, Anita melihatnya, ia langsung menganggukkan kepalanya dan membalas kode Hans dengan mengangkat tangannya juga sambil terus berjalan menuju ke meja tempat Hans berada, mereka saling berinteraksi berbalas pandangan mata, Jantung Hans berdetak dengan kencang, rasa bahagia bergejolak hebat, tak terkendali, hatinya bersorak gembira menyambut kedatangan Anita penuh suka cita, ingin rasanya ia menghentikan waktu untuk tetap di detik ini, detik ketika Anita datang padanya lagi, 'Bryan sayang.... dad sudah menemukan mommy... ', senyum bahagia Hans tampak merekah dalam lindungan masker diwajahnya,     

Hans seolah tidak dapat memalingkan pandangannya sedikitpun dari Anita, getar cinta bersemi indah dihatinya, 'Sayang.... aku tahu. itu adalah kamu, karena cinta dihatiku tidak akan pernah salah... dan rasa ini hanya kamu yang bisa memberinya...' Hans mengeratkan pegangan tangannya pada tepi meja, memastikan tubuhnya tetap berdiri tegak, dengan sekuat tenaga ia berusaha menampilkan raut wajah setenang mungkin,     

Anita terlihat begitu elegant, ia melepas faceshield dan penutup kepala yang selalu menjadi attribute wajib saat bertugas, hingga memperlihatkan rambut panjangnya yang tergerai indah di bahunya, Kulit putih Anita tampak bersinar cerah dalam balutan kaos hitam dan rok span selutut berwarna senada, jas dokternya yang berwarna putih bersih membungkus tubuhnya sebagai outer, dengan penampilan resminya itu, membuat pesona Anita seolah tak terbantahkan lagi,     

"Maaf , sudah membuat anda menunggu ..."     

"Tidak masalah dok ... kebetulan saya free kok hehehe ",     

Anita sedikit terlambat datang dari waktu yang disepakati, karena harus menunggu rekan co-ass lainnya datang menggantikanya bertugas memonitor bayi dalam ruang PICU,     

Anita mengambil duduk dikursi tepat disamping Hans.....     

Anita baru saja akan meletakkan lunch box berisi makan siang miliknya ke atas meja, saat dua pelayan restaurant tampak datang beriringan dan langsung menyajikan beberapa menu makanan yang telah siap dinikmati, Anita menatap pelayan itu dengan wajah terbengong, "Maafkan saya, dok ... tapi demi menghemat waktu dokter yang berharga .... saya sengaja memesan duluan semua menu ini untuk makan siang kita... agar dokter Anita dapat langsung menikmati makan siang tanpa harus menunggu lagi, em-m saya harap, menu yang saya pilih sesuai dengan selera dokter ", ujar Hans sopan, sayangnya di Tony's restaurant ini hanya menjual berbagai jenis steak and ribs saja, jadi Hans memesan dua porsi steak beef, corn soup, salad dan appetizers, yang ia sesuaikan dengan kesukaan Anita dulu,     

"Wah... anda sangat baik sekali tuan, saya jadi sungkan, .. tapi.... sebenarnya saya sudah membawa bekal sendiri dari rumah.... bagaimana yah..." Anita melihat kearah steak yang ada diatas meja dengan penuh penyesalan, ia lalu sengaja meletakkan lunch box miliknya ke atas meja didepannya, menolak dengan halus traktiran makan siang dari Hans,     

Anita berpikir, tidak etis jika ia menerima traktiran gratis dari pasiennya itu, selain melanggar kode etik, juga sangat tidak ber-empati, kebanyakan pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit dan keterbatasan mereka, mana bisa ia mengambil keuntungan diatas rasa respect mereka padanya,     

"Ahhh, it's okay... feel free.... jika dokter nita lebih memilih untuk menikmati bekal dari rumah it's okay ....", Hans tidak keberatan dengan penolakan Anita, ia teringat, dulu istrinya juga punya kebiasaan memasak sendiri bekal makan siangnya dari rumah, isterinya selalu perhatian pada asupan makanan untuknya dan putra mereka, Anita berpendapat masakan dari rumah lebih terjaga nutrisi dan kebersihannya, karena Anita sangat consent dengan kesehatannya dan putera mereka, .....     

Diam-diam Hans mencuri pandang kearah wanita disampingnya itu, ia melihat dokter disampingnya itu memiliki tatapan mata gemilang nan cerah sama persis dengan tatapan mata Anita-nya, dan pikiran Hans melayang, flashback memory yang pernah dilaluinya dulu bersama keluarga kecilnya yang bahagia, setiap hari mereka menikmati hari-hari indah bersama, tidur dalam satu ranjang yang hangat, bermain dan menghabiskan waktu bersama putera mereka dalam gelak tawa bahagia...     

Betapa bahagianya saat-saat indah itu.....     

Betapa indah kala ia mendapat semua cinta dan perhatian dari istri dan puteranya ....,     

Hans menatap Anita dengan pilu, ia merasakan dadanya terasa sesak, rasa penyesalan kembali menusuk kalbunya, saat teringat ia dulu sering menyia-nyiakan bekal yang disiapkan Anita untuknya, dan lebih memilih makan siang di restaurant bersama para gadis-gadis disekelilingnya .....     

Seandainya waktu bisa diputar kembali..... ia pasti tidak akan menyia-nyiakan sebutir nasi-pun yang dimasak oleh isterinya itu ...     

"Terus bagaimana dengan pesanan anda ini ? .. mau kita apakan ?... sayang sekali jika harus dibuang khan ... makanan ini pasti sangat mahal...", Anita menatap steak yang masih mengepulkan asap itu dengan tatapan penuh sesal, steak beef dari Tony's restaurant ini terkenal kelezatannya, teksture dagingnya yang lembut dengan taburan saos dan parutan keju yang meleleh dimulut, uhhh sungguh menggoda iman.... Anita tampak menelan air liurnya dengan berat,     

Hans tersenyum kecil, ia tahu Anita hanya jual mahal, padahal dalam hatinya ia pasti ingin sekali menikmati steak itu, "Ah-hh iya, memang sayang sekali .., em-m atau.... bagaimana jika bekal makan siang anda dimakan untuk nanti sore saja dok, sekarang kita sama-sama makan steak ini .. dari pada dibuang mubazir ??" Hans berakting lugu, membujuk Anita dengan win-win solution,     

"Em-mm... Baiklah !!" jawab Anita mantap, tanpa berpikir lagi ia langsung setuju dengan ucapan Hans itu, seolah ia memang sedang menunggu ajakan Hans untuk makan bersamanya,     

Hans pura-pura batuk dan membuang wajahnya kesamping, 'Ohh Tuhan... kenapa dia imut begini...'     

Saat Hans membalikkan badannya lagi, Anita tampak sudah melepas masker diwajahnya,     

DEGHH !!     

Hans melihat sosok cantik istrinya duduk tepat disampingnya. 'Sayangku..... ini benar-benar kamu.... ",     

Tubuh Hans bagai melayang, jiwanya serasa lepas dari raganya, Hans menatap kearah Anita sambil menekan dadanya dengan kuat, 'Apa aku sedang bermimpi ??, seandainya iya, please jangan bangunkan aku dari mimpi ini Tuhan ....'     

Dengan sekuat tenaga Hans berusaha mengendalikan diri, kini ia benar-benar yakin sepenuhnya, bahwa wanita yang duduk tepat disampingnya itu adalah benar-benar isterinya, tidak ada keraguan sedikitpun !..... 'Aku pasti akan menyelidiki ini dengan tuntas!!'     

"Suka pedas ?"     

"T-tidak terlalu ...." jawab Hans gugup, dan buru-buru menghentikan menumpahkan saos ke pan steak miliknya , tanpa sadar ia telah menumpahkan saos sambalnya kebanyakan.     

Hans ikut tertawa kala melihat Anita kembali tertawa cerah, mentertawakan kecerobohannya, tawa geli Anita begitu mempesona, membuat hati Hans terasa pilu, 'Sayang.... aku sangat bahagia bisa melihatmu tertawa seperti ini lagi ... Meskipun aku juga sedih ... karena bukan aku orang yang mengembalikan tawamu itu..'     

Hans tetap berusaha bersikap normal, meski kini, seribu pertanyaan seolah memenuhi otaknya, tentang bagaimana Anita bisa sampai ditempat ini dan menjadi seorang dokter ??, apa yang sebenarnya terjadi padanya ?,     

Hans meletakkan mangkok soup corn dan salad kedekat Anita,     

Sambil tersipu malu Anita mengucapkan terima-kasih, Mereka lalu mulai menyantap makanan mereka sambil ngobrol ringan,     

"Ngomong-ngomong, bagaimana anda bisa menjadi dokter disini..."     

"Memang kenapa ?Ada masalah ?"     

"Tidak. magsud saya, saya melihat anda melakukan pertolongan di UGD kemarin malam, anda sangat hebat sekali... sungguh !, Bagaimana anda bisa sekolah kedokteran ?"     

Anita tampak mengunyah potongan steak ke dalam mulutnya, lalu sambil menutup mulutnya ia menjawab, "Tidak ada alasan istimewa tentang itu... hanya merasa suka saja ... by the way apa kita disini untuk membahas ini ?",     

"Ahh dokter nita... jangan marah please... , saya hanya merasa tertarik saja .... bagaimana wanita secantik anda lebih memilih menjadi seorang dokter, daripada menjadi artis ..."     

"Mulut anda manis sekali tuan.... ",     

"Saya mengatakan yang sebenarnya..."     

"Hehehe suami saya bilang, saya harus mengejar cita-cita yang saya inginkan.... bukan yang orang lain sarankan..." ucap Anita ringan, berbicara penuh rasa kagum tentang suaminya,     

'Suamimu yang mana ?!!, akulah satu-satunya suamimu Anita !!, Aku tidak akan memaafkan siapapun yang sudah memanfaatkan kelemahanmu ini untuk memperistrimu !!, apalagi jika ia telah berani menyentuhmu !, sampai matipun aku tidak terima !! Aku pasti akan menyeret dan membu*uhnya dengan tanganku sendiri !!' Hans mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan amarah dihatinya,     

Anita membersihkan sudut bibirnya dengan tissue putih ditangannya, "Oiya bagaimana dengan keadaan tuan sekarang, apa masih mimisan ?"     

"Tidak.... pagi ini saya tidak mimisan lagi... hanya.. dahi saya masih sakit ",     

"Tuan jangan khawatir, luka didahi tuan akan segera sembuh jika rajin di oles obat luka lebam yang saya kasih itu..."     

"Iya ... saya sudah mengolesnya sesuai anjuran dokter.. hanya masih terasa sedikit nyeri jika disentuh..."     

"Menurut hasil CT scan yang saya baca, tidak ada retak atau fraktur di daerah sekitar dahi, jadi benturan itu hanya local injuri... oles salep itu secara teratur, salep itu akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi.."     

"Baik dok... saya mendengarkan anda... saya akan mengoles luka saya dengan teratur",     

Anita telah selesai dengan makannya,     

"Tuan.... terima-kasih banyak atas traktirannya, saya merasa kenyang sekarang ... saya tidak tahu, bagaimana cara membalasnya ?",     

"Jangan bicara seperti itu, dokter tidak berhutang apapun pada saya... ini hanya sekedar makan siang biasa",     

Hans menatap kearah Anita dengan sendu, 'Justru aku yang berhutang sangat banyak padamu yank.... aku berhutang nyawa dan beribu maaf yang tidak mungkin bisa kubayar di kehidupan ini....' Hans menundukkan wajahnya kebawah, berusaha menekan rasa sesak yang kembali memenuhi dada,     

"Apa anda baik-baik saja ?....tuan ??", Melihat rona wajah Hans berubah memerah, Anita merasa panik, dengan spontan Anita meraih dagu Hans dan mendengakkan wajahnya keatas, mereka saling bertatapan penuh arti, Hans terkejut, ketika Anita langsung memeriksa keadaan luka didahinya, Hans bisa merasakan ada kecemasan dalam tatapan polos Anita, yang membuatnya merasa semakin terluka,     

Dengan tangan bergetar Hans meraih tangan Anita yang berada didahinya, "A-Apa kau masih tidak bisa menginggatku ... sa-yang...?", tanya Hans ragu, dengan suara terbata-bata, tatapan matanya tampak berkaca-kaca,     

Anita tidak mengerti, dengan gerakan tegas ia segera melepas pegangan tangan Hans, dan kembali duduk tegap dikursinya, "Saya tidak mengerti magsud anda....",     

Hans menatap Anita lekat, ia buru-buru menata nafasnya yang memburu, berusaha mengendalikan diri,     

Ia tahu, ia tidak boleh membuat Anita tertekan, meskipun Anita sekarang terlihat baik-baik saja, namun bagaimana jika Anita hilang kendali setelah mengetahui identitas dia yang sebenarnya ??,     

"Saya mempunyai isteri, yang mempunyai wajah, suara dan posture yang sangat mirip dengan anda .... bahkan, believe or not.... ia juga memiliki nama yang sama dengan anda... apa menurut dokter ini hanya sebuah kebetulan ?" Hans mengucapkan setiap kata dengan berhati-hati, sambil melihat bagaimana response Anita,     

Anita terpana, "B-benarkah ...?",     

"Saya kehilangan isteri saya empat tahun yang lalu, ... dan saya begitu merindukannya.. ", Hans terdiam, dengan mata berkaca-kaca ia terus menatap Anita dengan lekat,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.