Shadow of Love

Not You part. 2



Not You part. 2

0"Jadi, apa magsud mamah, nita tidak sengaja bertemu Hans dirumah sakit kemarin ?," Chen bertanya dengan nada tidak percaya, 'Tidak mungkin !, That's impossible !, Hans tidak mungkin tahu keberadaan nita !', batin Chen yakin, karena selama ini ia tahu bagaimana pergerakan Hans dalam usaha pencarian Anita. dalam empat tahun terakhir, ia sengaja mengirim beberapa informan untuk menyebarkan rumor secara berkala, seolah seseorang melihat Anita didaerah bekasi, depok, atau sekitarnya untuk mengecoh pencarian Hans agar tetap fokus di area Jakarta dan sekitarnya, Chen sengaja mengatur beberapa 'orangnya' untuk menyusup dalam team pencarian yang dibuat oleh Hans, untuk mengetahui perkembangan situasi Hans, dan memastikan Hans tetap dijalur pencarian yang ia kendalikan.     

"Chen, kau harus tenang, ini hanya dugaan mamah saja, .... sebenarnya tadi pagi mamah tidak sengaja bertemu ibu Hans di rumah sakit, ...ternyata ia dirawat di tempat Anita bertugas,... mamah kebetulan bertemu dengannya saat mengantar bekal makan siang Anita yang tertinggal dirumah,... mamah hanya takut saja, karena jika ibu Hans berada di rumah sakit itu.... berarti, Hans juga pasti berada di sana bersamanya.....",     

Deghh !!     

Chen menjatuhkan tubuhnya dikursi, ia merasa tubuhnya terasa lemas bagai tak bertulang, 'Mengapa aku melupakan ini, jadi ibu Hans sakit ?, dan Hans membawanya berobat kesini ?.... lalu pertemuan tidak sengaja ini terjadi ?, Oh Tuhan... mengapa aku tidak pernah memprediksi ini.... kenapa aku bisa lalai... bodohnya aku....' Chen meremas rambutnya dan mengacaknya berantakan. karena gemetar, tanpa sengaja ponsel ditangannya jatuh kelantai,     

Mendengar bunyi dentang keras , mamah seketika terkejut,     

"Chen... Chen.... are you okay... ", suara cemas mamah mengaggetkannya, Chen buru-buru mengambil ponselnya kembali, "I'm okay mah, don't worry... kalau begitu Chen selesaikan pekerjaan dulu yah, tenang saja, Chen akan menjaga nita,..",     

.     

.     

Pesawat pribadi Chen landing dengan selamat di bandara Changi setelah perjalanan singkatnya ke Thailand, pagi hari sekali Chen harus terbang ke Thailand untuk expansi bisnisnya yang sedang berkembang pesat disana, dan seperti biasanya Paman Wang dengan setia mendampingi perjalanan bisnisnya itu,     

Chen mengelus sela diantara alisnya karena lelah, Paman Wang melihat kalau Chen tampak lelah, "Tuan kenapa anda tidak menunda saja perjalanan esok hari, Anda sudah bekerja sepanjang malam, dan sekarang kita baru saja Landing dari Thailand, tapi anda sudah berencana akan pergi lagi ke jepang... tubuhmu pasti kelelahan."     

"Tidak apa... aku baik-baik saja Paman...",     

Chen segera memeriksa ponselnya, dia menekan notifikasi masuk yang ternyata dari pengawal khusus yang ia tugaskan mengawasi Anita selama ia di luar rumah, dan seketika matanya membola lebar, dikejutkan dengan kiriman foto yang memperlihatkan Anita dan Hans sedang berpelukan di tengah keramaian, tangan Chen tampak gemetar, Matanya langsung terasa pedih melihatnya, tapi rasa penasaran lebih besar dari rasa takutnya, ia tetap ingin melihat foto selanjutnya, dan saat ia buka slide kedua ia melihat foto yang menampakkan Anita dan Hans yang sedang makan bersama, senyum bahagia tampak menghias wajah keduanya, mereka tampak sedang berbicara sambil saling berpandangan mesra, body language mereka jelas menggambarkan bagai dua kekasih yang sedang dimabuk cinta...     

Kepalan tangan Chen hampir menghancurkan ponselnya, lalu ia berkata dengan penuh amarah, "Paman Wang, bawa aku menuju Rumah sakit sekarang !!",     

Chen benar-benar tidak menyangka jika Hans bisa demikian mudah menemukan Anita, terlebih lagi hal yang membuatnya sangat kecewa adalah reaksi Anita yang seolah langsung bisa menerima mantan suaminya itu tanpa masalah....     

Hatinya terasa sakit, sangat sakit, ternyata apa yang ia usahakan selama ini, cinta dan kesabaran yang ia tanam .... sama sekali tidak ada artinya dimata Anita...     

'Why ??.... mengapa Tuhan begitu tidak adil padaku ?'     

Paman Wang menyadari ekspresi Chen yang suram dan langsung menyimpulkan kalau sesuatu yang buruk pasti telah terjadi, dia langsung membawa mobilnya berbalik arah ke selatan, Paman Wang tahu, setiap kali Chen marah, panik dan emosi pasti selalu ada hubungannya dengan Anita,     

Anita baru saja membuka pakaiannya, ia akan mengganti dengan seragam khusus PICU, saat pintu ruang gantinya dibuka paksa dan menimbulkan suara hantaman keras, dia menoleh dengan terkejut , lalu matanya bertatapan dengan tatapan Chen yang penuh amarah, ia menarik jas dokternya untuk menutupi dadanya, karena ia sedang setengah telanjang, "Kenapa kau ada disini ?", Anita tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya,     

"Kenapa kalau aku ada disini ?... apa kau merasa kecewa ?, terganggu ? kesal ?",     

"Bukankah kau seharusnya ada di Thailand ?, kau bilang sore ini baru bisa pulang khan ?"     

"Hah !! jadi begitu...." Chen menatap kearah Anita sambil tersenyum sinis, "Jadi kau merasa kecewa karena aku pulang lebih awal ?..." ,     

"Kau ini, aku tanya apa... mikirnya apa... jangan sok berkuasa disini, ini rumah sakit, biasakan mengetuk pintu sebelum masuk, ini kamar ganti khusus wanita, kau tidak boleh masuk kesini sembarangan ...", jawab Anita polos, seraya berusaha mendorong Chen keluar kamar, tapi Chen seakan tidak bisa menahan rasa marah di hatinya, ia balik mendorong tubuh Anita hingga kedinding, lalu menekannya dengan kuat, "Mengapa kau selalu memilihnya ?... mengapa ? apa kurangku dibanding dengannya ?",     

Anita sontak membalas mendorong tubuh Chen sekuat tenaga, "Lepaskan aku.... sakit... ada apa denganmu ?",     

Chen tersadar, Anita tampak meringis kesakitan, ia telah menekan kedua lengan Anita terlalu kuat, diam-diam ia menyesal, ia segera melepaskan gengaman tangannya tapi saat melihat tatapan kesal Anita padanya, Chen tersenyum kecut, hatinya terasa bagai tercabik-cabik, "Pakai pakaianmu ! cepat !, kau akan pulang bersamaku sekarang juga !",     

"Ada apa sebenarnya ?, kenapa kau tiba-tiba marah seperti ini ?... aku harus bertugas hingga jam tiga, mana bisa aku pulang sekarang seenakknya !!, apa kau tau, ini akan berpengaruh pada nilai praktekku !!, lagian apa kau pikir rumah sakit ini punya mamahku, hingga aku bisa datang dan pergi seenakku !!",     

"Memang rumah sakit ini bukan punya mamah, tapi percayalah... aku akan segera mewujudkan kemauanmu itu !! Cepat kenakan bajumu sekarang juga !, jangan menguji kesabaranku lagi !!",     

Mereka saling bertatapan tajam, Anita langsung menundukkan wajahnya, tiba-tiba ia menyadari, Chen tidak sedang bercanda, ia tampak sedang sangat marah, dan aura itu sangat menakutkan,     

"Baiklah, aku segera memakai bajuku.... kau tidak perlu membentakku seperti itu...",     

Chen melangkah mundur sambil menatap Anita penuh amarah, sebelum kemudian ia pergi meninggalkan ruang ganti itu dengan wajah jijik, ia menutup pintu dengan membantingnya, suara hantaman pintu itu membuat Anita merinding, untuk pertama kalinya sejak ia mengenal Chen, dia melihat Chen sangat marah kepadanya,     

'Apa masalahnya ?' Anita merasa tidak mengerti,     

Kata-kata marah yang di lontarkan Chen seperti terus menggema di telinganya, sangat membuatnya takut, "A-aku s-sudah selesai," tanpa melihat pada Anita, Chen berjalan keluar unit Anak dengan wajah dingin,     

Anita mengikuti langkah Chen dari belakang tanpa bersuara, sementara empat orang bodyguard yang ikut datang mengawalnya tampak langsung berjalan waspada dibelakang mereka, mengamankan situasi, saat Chen dan Anita tiba didepan lift, dua orang bodyguard berbadan tegap langsung sigap membuka pintu lift yang kosong dan mempersilahkan mereka masuk,     

Sepeninggal mereka, unit Anak menjadi gaduh, mereka berkumpul di ruang jaga memperbincangkan incident yang baru saja mereka saksikan itu, mereka semua seolah tidak menyangka, jika Anita ternyata bukan mahasiswa sembarangan, ia merupakan istri dari pria paling di segani di negara itu,     

Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua saling diam, tapi saat mereka sudah dekat di Apartment mereka, Anita bersuara, "A-apa mamah masih dirumah ?",     

Chen sedang fokus pada ponselnya, ia sedang menjawab pesan penting berkenaan dengan bisnisnya, "Mamah sudah pulang dari pagi tadi, dia tidak berpamitan denganmu karena takut menganggu kencanmu !", jawab Chen kesal, seolah dia muak padanya,     

Anita langsung terdiam, ia tidak berani bertanya lagi, 'Hah menganggu kencanku ?? Ahh apa jangan-jangan Chen melihat saat aku makan siang dengan Mr Siddhartha ?.. pantas...', Anita seolah mendapat pencerahan atas sikap marah Chen padanya,     

Chen masih fokus pada ponselnya, bahkan saat sedang makan malam,     

Anita tidak nafsu makan, ia meletakkan alat makannya setelah beberapa suap saja, "Aku harus mengerjakan tugas ... aku mau masuk ke kamar duluan",     

Chen tidak menoleh tapi dia terlihat kesal atas aksi cuek Anita itu, setidaknya, jika ia merasa tidak bersalah, tapi sebagai seorang istri melihat suaminya tiba-tiba marah-marah tanpa alasan, bukankah seharusnya ia minta penjelasan, dan membujuknya agar berhenti marah ?, "Kau tak perlu susah payah belajar, kupastikan kau bisa meraih gelar doktermu meski tanpa ikut ujian formal !",     

Kata-kata Chen menghentikan langkah Anita sesaat, dia tidak meragukan kemampuan Chen untuk melakukan itu, bahkan ia bisa membubarkan kampus tempat ia kuliah jika ia menginginkannya,     

Namun Anita tidak mengatakan apapun, ia memilih untuk kembali ke kamarnya lalu berbaring diranjang dengan pikiran kosong,     

Dimeja makan Chen meletakkan ponselnya dan melanjutkan melahap makanannya, berpura-pura tidak memperdulikkan semua pesan yang menumpuk diponselnya, "Bik Vena... pindahkan dia ke kamarku ",     

Bibik vena yang berdiri disamping meja makan akhirnya tersadar, ia tersenyum simpul "Memang seharusnya begitu, tidak baik suami istri tidur terpisah, ... baiklah aku akan mengurusnya," ucapnya datar, penuh pengertian,     

Bibik Vena adalah wanita paruh baya berdarah oriental, ia caregiver professional yang merawat Anita dari empat tahun yang lalu, tapi karena kedekatan hubungan mereka, Anita sudah menganggapnya bagai keluarga sendiri, Chen akhirnya mengangkatnya sebagai kepala rumah tangga dikediamannya, agar ia dapat terus bekerja melayani kebutuhan Anita setiap hari,     

Bibik Vena pergi ke kamar Anita untuk memindahkan barang-barangnya, Anita melihatnya dengan bingung, "Bibik sedang apa ? bibik mau memindahkan barang-barangku kemana ?",     

bibik vena menjawab dengan tersenyum, memberi pengertian dengan suara lembut pada Anita, "Karena kalian adalah sepasang suami istri, tentu saja kalian harus tinggal dikamar yang sama... Nita sayang ~ kalian sekarang sudah tidak muda lagi... kalian sebaiknya segera punya anak... okay.."     

Anita menunduk tanpa membalas perkataan bik vena, sebenarnya mamahnya pun sudah sering kali berkata demikian, menyuruhnya untuk segera memiliki anak, tapi entah mengapa, dalam hatinya, ia tidak sedikitpun pernah membayangkan akan punya anak dari Chen,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.