Shadow of Love

Kau terlalu pasif



Kau terlalu pasif

0Anita sendiri tidak yakin, bagaimana ia menganggap Chen dihatinya, yang pasti Chen adalah sosok yang sudah membawanya begitu saja kerumahnya, dan mengurusnya beberapa tahun ini, yang kini telah resmi berstatus sebagai suaminya, 'Jika aku hanya perempuan murahan tidak berharga, kenapa kau berkeras ingin punya anak denganku ?!' kata-kata pedas Chen seolah terus terngiang dan membuat hati Anita panas,     

dengan gugup Anita mencoba melepas kancing baju kemeja Chen, namun tangannya gemetar, rasa marah dan muak terasa menyesakan dada, membuat tangannya yang gemetar tidak bisa melepas satu kancing-pun baju kemeja Chen itu,     

Anita merasa frustrasi sendiri, ia tidak tahu harus bagaimana, wajahnya berubah merona merah, rasa malu menyelimutinya, dan untuk menutupinya dengan spontan ia langsung menyambar bibir Chen dan menciuminya, Anita menempelkan bibir hangatnya pada mulut Chen yang dingin,     

Anita tampak mencium Chen dengan fokus, sambil terus mengatakan pada dirinya sendiri, untuk menjadi pemberani, fokus pada tujuan utamanya, kelak ia akan bisa pergi bebas setelah ia hamil dan melahirkan anak untuk Chen sebagai balas budi,     

Anita tidak tahu, apakah ini keputusan tepat ?, apa ini benar-benar keinginan hatinya yang terdalam, yang telah merasa jenuh terkekang dalam sangkar emas yang dibuat Chen ?, atau mungkin ini hanyalah reaksi kesal sesaatnya atas kata-kata kasar yang baru saja diucapkan Chen padanya,     

Yang Anita tidak sadari, tatapan Chen seolah menjadi gelap,     

Chen tampak terlihat putus asa, 'begitu inginkah kau berpisah dariku ?... Nita, kenapa kau begitu kejam ?, apa aku begitu tidak berarti dimatamu ?', dalam kebersamaan mereka selama empat tahun terakhir, otomatis membuat Chen mengenal kharakter Anita luar dan dalam, ia tahu, Anita tidak akan menyerah jika menyangkut harga dirinya, tapi saat ia melihat Anita seolah langsung bersedia melakukan apapun yang ia minta.... Chen tahu, jika Anita memang sudah bertekad bulat untuk pergi darinya,     

"Cukup !" Chen melepas paksa ciuman Anita padanya dan mendorong tubuh Anita dengan kuat, tubuh kurus Anita terjatuh di lantai hingga baju tidurnya tersibak keatas, dan memperlihatkan kulit pahanya yang putih seputih salju,     

Anita mengerutkan alis karena kesakitan, dia menatap kearah Chen dengan wajah terkejut dan polos,     

Chen tidak bergeming dari tempatnya, saat melihat Anita meringis kesakitan, hatinya merasa pilu, penyesalan mengiris nalurinya, seharusnya ia tidak melakukan ini, bukan pertengkaran seperti ini yang ia inginkan, 'Mengapa semua menjadi begini....?' sesal Chen mengutuk diri,     

Anita membenahi gaun tidurnya dan langsung berdiri dengan tegap, ia tampak menyerah, 'Huh dasar labil... ia sendiri tadi yang memintanya, sekarang ia sendiri juga yang menolak ! .. maunya apa sih ?', dengan wajah kesal Anita memutar tubuhnya, ia ingin keluar dari kamar Chen secepatnya,     

"Ag-hhh !!"     

Anita belum sempat berjalan satu langkah-pun dari tempatnya semula, ketika tangan kekar Chen tiba-tiba telah menangkap tubuhnya lagi, semua seolah terjadi dengan cepat, Anita tampak membelalakan matanya lebar-lebar, saat menyadari tubuhnya kini telah terperangkap dalam pelukan Chen lagi,     

Saat melihat Anita memutar tubuh dan membelakanginya, tiba-tiba Chen merasa takut, hatinya menciut, takut jika Anita akan benar-benar pergi darinya, 'Baiklah ... jika ini adalah jalan terakhir untuk dapat mempertahankanmu, maka, mari kita lakukan', Chen seolah meyakinkan dirinya sendiri, untuk yakin pada keputusannya saat ini, biar bagaimanapun ia sadar, ia tidak punya banyak waktu untuk membujuk Anita dengan proses pendekatan secara hati ke hati lagi,     

Chen menyadari , ternyata usahanya mendapatkan hati Anita selama ini sia-sia belaka, ternyata dimata Anita ia bagai tidak ada artinya, dan mungkin hanya seujung kukunya Hans saja,     

Chen merapatkan tubuh Anita padanya hingga tidak ada jarak, mereka saling bertatapan penuh arti, bulu mata Anita berkedip sangat cepat karena terkejut, nafas mereka saling bertabrakan,     

Chen menahan nafasnya, berusaha mengendalikan sesuatu yang sedang bergejolak hebat dihatinya, "Aku beritahu, sudah terlambat jika kau berubah pikiran sekarang..." tangan kanan Chen menyentuh wajah Anita dengan lembut lalu menyusupkan ke sela-sela rambutnya, sedangkan tangan satunya lagi mengangkat dagu Anita keatas, "Jangan kau pikir kau bisa datang dan pergi sesukamu ...." Chen mendekatkan wajahnya pada Anita, ia berbicara dengan bibir mereka hampir bersentuhan,     

"B-Barusan... bukankah kau bilang 'cukup' ? ...",     

"Oh itu , .. karena aku ingin melakukannya dengan caraku.. kesabaranku sudah habis, aku tidak mau menunggumu lagi, kau terlalu pasif !!"     

Tubuh Anita menjadi tegang, Chen menarik kedua sudut mulutnya membentuk senyuman marah, sebelum akhirnya menciumnya dengan paksa,     

Anita reflects berusaha mendorong dada Chen menjauh, tapi Chen terus menciumnya seakan ia sedang menghukumnya, Anita bertahan menutup mulutnya, tiba-tiba Chen menggigit bibir bawahnya, Anita yang terkejut reflects membuka bibirnya, dan Chen langsung menggunakan kesempatan itu untuk meraih lidah Anita lalu mengulumnya massive, bibir Chen kemudian menyusuri setiap sudut mulut Anita dengan intense, dengan tangan satunya mencengkeram rambut Anita agar ia tetap dengan posisinya,     

Karena merasa terdesak, Anita membalas menggigit bibir bawah Chen dengan keras, Chen tersentak marah, tapi bukannya menyerah, ia justru segera memindahkan mulutnya kebawah, beralih menciumi rahang Anita lalu turun kelehernya,     

"Lepaskan aku...", Anita berkeras menolak, berusaha mendorong dada Chen menjauh, Chen sejenak mendengakkan wajahnya keatas, "Melepaskanmu ?,.. bagaimana mungkin ?, kita bahkan baru saja akan memulainya sa-yang..", balas Chen angkuh, kedua tangannya berpindah memegang pinggang Anita dengan kuat untuk mencegahnya kabur darinya,     

"Che-en... kau tidak bisa memaksaku !, ini melanggar hukum !",     

"Memaksamu ?", ulangnya dengan nada rendah, "Bukankah kau sendiri yang tadi bilang setuju dan datang menyerahkan dirimu sendiri padaku bukan ?, lagian hukum yang mana yang aku langgar, jika secara hukum kau adalah isteri sah-ku ..?. " ucapnya lembut, terdengar seperti ancaman halus yang mampu membuat lutut Anita menjadi lemas dan merasa mati kutu,     

Anita benar-benar tidak tahu, jika Chen juga memiliki ekspresi mematikan seperti ini.... sisi yang belum pernah ia lihat sebelumnya, yang membuat hatinya benar-benar menciut takut,     

"Chen... maafkan aku... aku tahu, tidak seharusnya aku berbicara kasar seperti tadi padamu,.. bisakah kita berbicara baik-baik, bisakah kau dengarkan penjelasanku dulu ?", merasa terpojok, Anita mengubah taktiknya menjadi wanita yang sedang putus asa,     

Melihat ekspresi menyerah Anita, Chen pura-pura mengiyakan, "Baiklah, jika kau ingin berbicara, aku akan mendengarmu, mari kita bicara diranjang..." jawabnya lirih, " Walaupun aku tidak yakin kita bisa berbicara banyak sampai disana...", Sambil menatapnya lekat, jari-jarinya mulai melepas kancing kemejanya satu per satu dengan perlahan, tatapan matanya begitu garang, bagai seekor singa buas yang siap menerkamnya hidup-hidup,     

Anita menahan nafasnya, dan berjalan mundur kebelakang, Chen melemparkan baju kemejanya kesamping lalu menyusul berjalan dua langkah mengikutinya, melihat itu, Anita segera mundur empat langkah lagi kebelakang, memperjauh jarak diantara mereka, namun Chen kembali berjalan beberapa langkah sekaligus, dan tiba-tiba telah berada tepat didepannya, dengan panik Anita langsung mundur kebelakang... hingga langkahnya terhenti ketika betisnya menabrak tepi ranjang dibelakangnya,     

"Aghhh !!",     

Anita jatuh terlentang diatas ranjang,     

Chen tersenyum samar, "Awalnya aku berniat menunggu hingga kau benar-benar merasa siap, dan kita dapat melakukannya dengan perasaan indah, saling mencintai....", gumam Chen mengintimidasi, "Tapi, sepertinya kita sudah tidak punya waktu lagi untuk bermain-main tarik ulur perasaan ini" 'Karena jika aku tidak segera mengikatmu sekarang, maka aku akan kehilanganmu selamanya, aku tahu, cepat atau lambat, kau pasti akan jatuh dalam pelukan Hans lagi.'     

"Chen aku peringatkan yah, sebaiknya kau minggir sekarang, atau aku akan menendang selangkanganmu...",     

Chen terlihat terkejut dengan ucapan Anita, dalam keadaan terdesak begini ia masih berani mengancamnya,     

Anita terlihat panik, wajahnya tampak tertekan, terus menatap Chen penuh waspada,     

Chen mengapit bibirnya, menahan tawa,     

"Aku serius !!", sambung Anita dengan nada mengancam,     

"Oh yaa?", Seakan justru semakin menantangnya, Chen tiba-tiba langsung menduduki kedua kaki Anita, sambil tersenyum mengejek,     

Antara panik dan kesal, sekonyong-konyong Anita berusaha menarik tubuhnya menjauh keatas, meskipun ternyata hanya bergerak beberapa senti saja dari ranjangnya,     

Chen tampak puas saat melihat Anita gagal melakukan perlawanannya, ia langsung membalas dengan menarik kedua tangan Anita dan menguncinya diatas kepalanya dengan mudah,     

Tubuh mereka kini menempel hampir dari ujung kepala hingga ujung kaki,     

Anita bisa merasakan betapa kokoh tubuh Chen di atasnya,     

Gaun piyama putih Anita yang berbahan satin halus tampak tersibak berantakan, memperlihatkan belahan dadanya yang begitu molek,     

Chen menelan ludahnya dengan berat, Anita adalah godaan terberat hidupnya, tanpa sadar ia menatapnya penuh rasa kagum, "Aku sangat menyukai tubuhmu yang sangat lembut ...", bisik Chen dengan nafas tertahan, kata-kata cinta meluncur tanpa dapat ia sembunyikan lagi, melebur amarah yang sempat menderanya,     

Anita bisa merasakan ereksi Chen terasa menonjol di perutnya,     

Chen mencium rahangnya perlahan, lalu mulutnya beralih ke bagian atas, meraih bibir sensual Anita dan mulai menciumnya dengan lembut,     

Anita dapat merasakan lidah Chen menjelajahinya, menggoda dan mendorongnya, menciumnya dengan panas dan bergairah,     

Mendengar suara nafas Chen yang terengah-engah, Anita membuka matanya, tanpa sengaja ia menatap mata tajam Chen itu, jantungnya berdebar kencang saat melihat ekspresi penuh gairah di wajahnya, matanya yang sayu, bibirnya yang sedikit terbuka, dan nafas yang memburunya, seolah ia kini sedang dikuasai oleh hasrat yang memuncak,     

"Kau sangat cantik....", puji Chen tiba-tiba, sebelum jari tangannya menyentuh salah satu puting Anita dan membuat Anita terlonjak terkejut,     

Chen tersenyum kecil melihatnya, ekspresi wajahnya tampak penuh nafsu, tapi alih-alih merasa marah, anehnya Anita justru melihat senyum Chen itu tampak begitu sexy,     

Chen menundukkan kepalanya diatas payudara Anita, bibirnya mulai mengulum dan menghisap puting Anita dengan erotis, Anita melenguh pelan, merasakan gelombang kenikmatan yang seolah membangkitkan semua indranya,     

Sambil terus menghujani puting Anita dengan hisapan, jari-jari Chen bergerak menyusuri pinggangnya, menuju ke inti Anita, Chen mengeram ditengah ciumannya saat merasakan miliknya menegang sempurna, jari-jarinya kemudian terus bermain dengan terampil menstimulasi titik paling sensitive Anita dibawah sana, membuat Anita tidak dapat menahan desahannya lagi,     

Tiba-tiba Chen menghentikan ciumannya lalu menarik wajahnya untuk mengamati ekspresi Anita, sementara jari-jarinya terus merangsuk kedalam liang intim Anita untuk memberinya rangsangan intensely, dengan nafas terengah-engah Anita menatapnya, bibirnya yang tampak basah oleh ciumannya barusan, tampak terbuka, dipenuhi hasrat yang menggebu,     

Wajah Anita terlihat merah padam menahan rasa malu, ia tidak terima melihat Chen sengaja mengamatinya, "Huh dasar brengsek !!", Chen dengan sigap menangkap tangan Anita yang bersiap ingin memukulnya dan langsung menahan kedua tangannya itu diatas kepalanya,     

"Tidak, aku tidak sedang menghinamu... aku menyukaimu yang begini .... tahukah kamu.... sudah lama aku merindukan wajahmu yang seperti ini....", bisik Chen bersungguh-sungguh,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.