Shadow of Love

Love me like you do part.2



Love me like you do part.2

0Hans menatap dua cup Latte yang telah dingin ditangannya, ia membelinya sejak pagi tadi di kafe bawah, ia ingin menikmatinya bersama Anita, mengajaknya mengobrol sebentar, sembari mengucapkan selamat pagi,     

Sign diatas pintu lift menyala, seketika Hans melihat kearah pintu lift yang terbuka itu dengan wajah exited, tapi ketika ternyata bukan Anita yang keluar dari pintu lift didepannya itu, seketika tatapannya kembali sayu,     

Petugas perawat di unit Anita mengatakan padanya, jika sesuai jadwal yang tertera, Anita memang seharusnya masuk kerja pagi ini, ia akan praktek di unit Anita hingga hari jum'at, jadi Hans memutuskan untuk menunggunya, ia mengatakan pada dirinya sendiri, mungkin Anita terlambat datang karena harus mengurus sesuatu,     

Semalaman, ia telah menyewa ahli IT terbaik yang direkomendasikan seorang temannya di singapore, namun anehnya mereka semua seolah menolak untuk membantunya mencari data tentang history Anita bisa menjadi dokter co-ass di rumah sakit ini, mereka bisa membantunya membuka data siapapun kecuali tentang Anita,     

Tidak peduli berapapun nominal uang yang Hans tawarkan, seolah tidak membuat mereka bergeming, Akhirnya, Hans harus menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencari tahu tentang Anita dari situs kampus dan Rumah sakit, tapi hanya sedikit informasi yang bisa ia dapat, selain tentang nama lengkap dan status pendidikannya saja, selebihnya ia tidak dapat membukanya,     

Akhirnya Hans memutuskan untuk menemui Anita hari ini, ia berniat untuk meminta alamat dan nomor telfonnya, dan ia telah menyiapkan sebuah rencana cadangan, ia akan memasang alat pelacak tanpa sepengetahuannya, untuk mengetahui segalanya tentang Anita secara diam-diam,     

Hans mengeryitkan keningnya, saat melihat sebuah panggilan masuk dari Jayden,     

"Hallo....",     

"Hallo bro, what's up !!"     

"I'm good... how are you ?",     

"Disini sedang kacau bro... lo sebaiknya segera pulang keJakarta secepatnya. ada masalah gawat bro, dan masalah ini terlalu complicated !! terus terang gue gak bisa handle sendiri. "     

"Ada apa jay... katakan saja ... saat ini aku juga gak bisa ninggalin ibu sendirian di sini ",     

Selama tiga tahun terakhir, karena kesibukannya dengan pencarian Anita, Akhirnya Hans mengajak kakak beradik, Jayden dan sirena untuk ikut mengurus perusahaan bersamanya, mereka terlibat dalam dewan direksi, yang membawahi beberapa pembangunan Apartment, houses dan beberapa hotel besar di Bali dan Surabaya, selain karena mereka juga masih keluarga besar, mereka juga mempunyai saham dalam perusahaan, jadi Hans mengajak mereka untuk memikul tanggung jawab pengurusan perusahaan itu bersama-sama,     

"Tidak Hans kali ini kau tetap harus pulang, atau kita bakal kolaps !",     

"Hahh kamu biasa saja kalik, jangan hiperbola ! tidak mungkin separah itu....",     

"Aku berani bilang. Ini benar-benar gawat Hans !",     

Mendengar suara cemas Jayden, Hans tahu, ia sedang tidak bercanda, "Jennifer dimana ?",     

"Dia ada disampingku sekarang,"     

"Aku ingin bicara dengannya sebentar...",     

Jenny langsung mengambil alih ponsel yang diberikan Jayden padanya, "Yaa pak !",     

"Apa yang terjadi ?,"     

"Pak.... maafkan saya.... saya benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskan ini pada Bapak, tapi semua menjadi kacau balau... Para pembeli meminta cash back, mereka berbondong-bondong menuntut pengembalian uang DP dan membatalkan pembelian ..",     

"W-What ?, what's matter ?," Hans tidak mengerti, kasus ini baru pertama kali ia alami, selama berpuluh tahun ia dan keluarganya menjalankan bisnis ini, tidak ada satupun konsumen yang meragukan kredibilitas perusahaan mereka tentang unit Apartment dan rumah yang mereka bangun, ia sangat perfectionist tentang style dan structure bangunan yang ia jual, bagaimana mungkin pembeli meminta cash back setelah mereka tanda tangan Nota pembelian ?, it's ridiculous !!,     

"Bapak sebaiknya pulang keJakarta sebentar, sepertinya masalah ini harus segera dicari jalan keluarnya.... atau saya takut bisa merembet kemana-mana.... dan berdampak pada proyek kita yang lain,"     

"Okay. Baiklah.... aku mengerti. aku akan segera pulang ke jakarta dengan penerbangan siang ini",     

"Baik pak. saya akan siapkan segala berkasnya sebelum bapak pulang, "     

Hans meninggalkan dua cup Latte itu begitu saja diatas kursi tunggu,     

Saat melihat pintu lift terbuka, ia segera berlari masuk kedalam lift, 'Sayang... aku pamit pulang ke jakarta dulu yah.... aku janji setelah selesai membereskan masalah ini, aku akan segera kembali kesini untuk menemuimu, tunggu aku sebentar yah ... aku pasti akan kembali....'     

Hans menatap ruang PICU dengan wajah tidak rela, saat pintu lift tertutup rapat, ia hanya bisa menghela nafasnya panjang.....     

.     

.     

Anita duduk menghadap jendela di kamarnya, menatap langit luas siang nan benderang, meski dikamarnya kini hanya tersisa ranjang saja, ia lebih memilih menghabiskan waktunya di sana, yang penting ia masih bisa tidur di ranjangnya,     

Ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, kemudian terdengar suara detak sepatu memasuki ruangan kamar pribadinya itu, Anita menoleh sebentar, Bibik Vena datang dengan membawa nampan berisi orange juice dan irisan buah kedalam kamarnya, ia tak perlu susah payah mengetuk pintu, karena sejak awal bik vena memiliki akses kunci cadangan kamar miliknya, "Kalian kenapa lagi sih ? .... kalau ada masalah, khan bisa dibicarakan dengan baik-baik... tidak perlu saling berteriak dan marah-marah begitu...",     

Bibik Vena meletakkan nampan itu di meja di sampingnya, ia lalu ikut duduk di sofa putih bersamanya, "Tuan sudah pergi ke kantor sejak tadi .." ucapnya lagi, sambil membelai rambut Anita dengan lembut,     

"Benarkah ?," Anita langsung menoleh kearah bik vena exited, 'Bukannya tadi dia bilangnya hari ini tidak mau masuk kerja ?... apa ia berubah pikiran ?... hmm baguslah ', entah mengapa Anita merasa suasana hatinya tiba-tiba merasa lebih baik,     

Tapi bik vena seolah dapat membaca pikiran Anita, ia segera menambahkan, "Tetap saja kau tidak boleh pergi ke rumah sakit, tuan berpesan kalau kau ingin keluar rumah, tetap harus dikawal,"     

Anita langsung memeluk lututnya kembali, "Aku tahu...", tapi dia tiba-tiba teringat bukannya Chen tadi bilang mereka akan berangkat ke jepang sore ini... apa ia juga merubah pikirannya tentang itu ?, sambil mengunyah irisan apel kedalam mulutnya, ia mencoba memancing ke bibik, "Jam berapa aku harus bersiap ke bandara ?",     

"Tuan tidak berkata apa-apa, sepertinya ia membatalkan liburannya itu..",     

'YES !!!' , Hati Anita bersorak gembira. dia langsung menghabiskan orange juice yang disiapkan bik vena untuknya hingga ludes, bik vena tampak menghela nafasnya pelan, ia terlalu mengerti Anita, ia tahu jika Anita merasa bahagia karena tidak jadi pergi ke jepang,     

"Nita ....Kenapa kau tidak mencoba memahami cinta tuan, tahukah kamu... ia mencintaimu dengan tulus, kau adalah wanita yang sangat beruntung, bisa mendapatkan semua perhatian darinya.... ",     

"Aku tidak pernah memintanya ... ", jawab Anita ringan,     

Anita tahu Chen mencintainya, tapi yang ia ingat, dari sejak awal kesadarannya, Chen begitu over protective padanya, berulang kali ia mengajukan keberatan dengan sikapnya itu, tapi Chen tidak pernah mau memahaminya,     

Chen menerapkan peraturan tegas padanya, selama kuliah dan berada dikampus, ia melarangnya bergaul dengan teman-teman pria dikampusnya, meski dengan alasan untuk belajar bersama, berdiskusi berkelompok sekalipun, Chen tidak mengijinkannya.     

Anita teringat satu kejadian, saat semester kedua kuliahnya, ada seorang teman pria yang diam-diam menyukainya, dan ia menaruh coklat ke dalam tas-nya tanpa sepengetahuannya, dan saat pulang, Chen tidak sengaja mengetahuinya, ia langsung membuangnya ke tempat sampah,     

Karena incident itu, Chen sempat melarangnya masuk kuliah hingga satu minggu lamanya, tapi berkat bujukan mamah akhirnya ia mau mengijinkannya kembali kuliah, tapi saat ia kembali ke kampus, ia tidak menemukan teman prianya itu lagi, kabar terakhir ia mendengar ia telah di drop out dari kampus dengan alasan yang tidak diketahui, dan sejak saat itu, Anita tidak mendengar tentangnya lagi...     

Anita tahu, Chen mempunyai kemampuan untuk melenyapkan semua yang tidak ia kehendaki, dan Anita hanya bisa memendam rasa bersalah pada teman pria itu tanpa mampu berbuat apa-apa,     

Bik Vena mengenggam tangan Anita, "Sebagai orang tua, aku punya sedikit nasehat untukmu, hargailah yang kau miliki saat ini, agar kau tidak menyesalinya nanti",     

"Aku hanya mau menyelesaikan kuliahku saja bik... aku tidak pernah menuntut apapun, aku ingin ia menghormati keinginanku itu, apa aku berlebihan ?",     

"Aku tahu.... itu memang tidak berlebihan, tapi tuan sepertinya juga sudah menyiapkan rencana indah untukmu, setidaknya berusahalah untuk menghargai usahanya ... cobalah untuk saling mengerti, "     

Anita terdiam, kembali menatap kearah luar jendela dengan tatapan kosong... 'Huh seharusnya bibik yang harus bilang itu padanya...'     

.     

.     

Pukul tujuh malam..     

Anita sedang duduk diruang televisi, ia melihat bik vena dibantu dua pelayan masuk kedalam kamar pribadinya, mereka tampak melepaskan sprei di ranjang lamanya, kemudian ranjangnya bahkan ikut dipindahkan juga,     

"Bik ...apa yang kau lakukan ?, terus ... aku nanti tidur dimana ?",     

"Kamu bagaimana sih... bukankah kemarin kau dengar sendiri, Tuan menyuruhku membereskan kamarmu, ... tentu saja kau akan tidur di kamar tuan ...kemana lagi ?!",     

Memang benar, Chen menyuruhnya memindahkan barang-barangnya kedalam kamarnya, tapi apakah berarti harus menyingkirkan hingga ke ranjang segala ? tapi Anita hanya bisa pasrah, melihat kamar miliknya kini benar-benar kosong dan tidak dapat dihuni lagi,     

Anita menatap kearah arlojinya, waktu menunjukkan pukul tujuh malam, ia tahu biasanya Chen akan pulang larut malam di hari-hari begini, Anita buru-buru masuk ke kamar Chen, ia ingin mandi dan tidur lebih awal, agar nanti ia tidak perlu berhadapan dengannya,     

Sambil melepas pakaiannya, Anita menatap kearah cermin, ia teringat dengan kejadian semalam, ia menemukan ternyata ada tanda merah di lehernya juga, selain didada dan area selangkanya,"Huh aku tidak menyangka dia sangat buas saat di tempat tidur!"     

Anita berusaha menggosok kulit-nya dengan keras, mencoba membuat tanda merah dilehernya menghilang, meskipun usahanya itu berakhir sia-sia belaka, karena tanda merah itu tidak sedikitpun memudar,     

Setelah sekian lama ia merasa lelah sendiri, dan memilih mengakhiri mandinya,     

Anita mengeringkan tubuhnya dengan handuk, dan melilitkan ditubuhnya, ia bersiap keluar, tapi tepat saat ia membuka pintu kamar mandi, ia mendengar sebuah suara, Anita berhenti dan menjadi waspada, Apa Chen sudah pulang ?, secepat ini ?!, tidak mungkin !, bik vena bilang ia pergi ke kantor !, Chen biasanya hanya akan pulang cepat hanya jika ada janji menjemputku saja....     

Anita langsung menutup pintu kamar mandi itu dan menguncinya dari dalam, ia memutuskan untuk menunggu orang itu keluar kamar dulu, ia terbiasa tidak membawa baju ganti saat ke kamar mandi, ia tidak ingin Chen melihat tubuhnya yang setengah telanjang begini... dan membuat Chen berpikir ia sengaja melakukannya untuk memancingnya...     

Beberapa menit kemudian, Anita menempelkan telinganya pada pintu kamar mandi, suasana diluar begitu hening, ia yakin sudah tidak ada orang diluar sana,     

Dengan hati-hati, Anita lalu membuka pintunya, tapi Anita langsung melihat sebuah dada yang bidang menghadang didepannya, tidak mengharapkan seseorang muncul dihadapannya, Anita spontan menjerit dan mundur, Namun ia terpeleset dan jatuh kebelakang, ketika Anita mengira ia akan terjatuh dan terluka, sebuah lengan yang kuat menariknya kembali, Anita kemudian jatuh kedepan sebagai gantinya, merasa terkejut ia mencoba menarik apa saja sebagai gantinya, dan wajahnya tiba-tiba mendarat pada sesuatu yang hangat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.