Shadow of Love

Love me like you do part.3



Love me like you do part.3

0Anita membeku ditempatnya, pelan-pelan ia mendongak keatas, ia menyadari bahwa tangannya kini sedang memeluk sebuah pinggang yang kuat, kedua tangannya telah memegangi pantat yang kokoh dengan kedua lengannya memeluknya erat,     

Dari sudut pandang Chen, ia bisa melihat dengan jelas bibir Anita yang terbuka karena terkejut dan bahunya yang kurus mempesona itu sengaja menggodanya, Wanita didepannya itu memiliki kulit yang sangat putih, begitu halus, seolah-olah tidak memiliki pori-pori, matanya lebar dan gelap, dengan ekspresi kagetnya, Anita menatapnya bagai rusa yang tersesat, tidak tahu harus berbuat apa,     

Chen tiba-tiba merasakan panas yang tak tertahankan, ia menelan ludahnya dengan berat, mulutnya terasa kering, saat ia melihat tanda merah keunguan di sekujur tubuh isterinya itu, membuatnya teringat perasaan fantastic yang mereka lalui tadi malam,     

Kejantanan Chen seketika menjadi sangat kaku, Chen menatap Anita dengan tatapan yang membara,     

Anita tersadar, dan buru-buru melepaskan pelukannya, spontan ia berjalan mundur kebelakang, wajahnya tampak memerah, "Maaf.... aku tidak sengaja," Anita menjelaskan dengan wajah tersipu, tetapi ia melihat tatapan Chen bergerak kebawah,     

"Ahhhh !!", Anita berteriak dan langsung berbalik memunggunginya, ia baru tersadar ia telanjang bulat, handuk yang melilit tubuhnya terlepas, dengan panik ia langsung menutupi bagian payudaranya, lalu segera berjalan menyamping, memungut handuk putihnya yang terjatuh dilantai, tapi karena gemetar dan gugup ia tidak dapat melilitnya dengan benar,     

"Apa yang coba kau tutupi, toh aku sudah melihat milikmu semuanya ...", suara Chen yang parau terdengar mengejek, Anita merasa malu dan marah sekaligus, namun ia malas untuk berdebat dengannya, sambil membalas menatapnya tajam, dengan wajah cemberut ia berjalan melewatinya, bermagsud pergi ke ruang wardrobe untuk mengganti baju,     

Tapi saat lewat tepat disampingnya, Chen langsung menangkap satu tangannya, dan mengenggamnya dengan kuat, "Jika kau bermagsud menggodaku, percayalah, kau sudah berhasil melakukannya," tatapan mata mereka bertemu, sekali lagi Chen terlihat tersenyum mencibir kepadanya,     

Anita menghempas pegangan tangan Chen dengan keras, "Tidak !!, aku tidak melakukannya, aku tidak tertarik menggoda pria sepertimu !", balasnya dengan sengit,     

"Benarkah ?, jadi kau sekarang berani jujur, kalau kau tidak pernah tertarik denganku ?, ... menarik sekali.. apa pria yang mengajakmu makan saat itu yang menurutmu menarik ?"     

"Aku tidak akan memberitahumu !", jawab Anita tegas, sambil mencoba menarik tangannya dan berusaha melepaskan diri dari Chen,     

Tapi Chen terlalu kuat....,     

Meskipun ia meronta dengan sekuat tenaga, tidak juga mampu melepaskan jeratan tangannya itu, karena ia bergerak terlalu keras, tiba-tiba lilitan handuknya terlepas lagi dari tubuhnya,     

spontan mata Chen bisa menelusuri tubuh indah wanita dihadapannya itu dengan leluasa, dan ia tiba-tiba merasa sejuta semut seolah merayap diseluruh tubuhnya, membuatnya sangat tidak nyaman.     

Sialan !, Chen meredam hasratnya yang kian berkobar hebat,     

Anita tersipu, ia segera meraih handuknya untuk menutupi tubuhnya lagi, saking merasa sangat malu, wajahnya memerah bagai udang rebus,     

Ia yakin, Chen pasti mengira ia sengaja melakukannya, sambil mencoba melepaskan diri dari Chen, tangan satunya menutupi tubuh bagian depannya dengan seadanya,     

Meskipun ia telah menikah dengan Chen selama tiga tahun ini, tapi hubungan mereka tidak seintim itu, ia hanya pernah berhubungan suami istri dengannya tadi malam saja, ditambah pertengkaran mereka tadi pagi yang belum menemukan titik temu, membuat Anita merasa ilfil padanya, bagaimana mungkin Chen begitu percaya diri bahwa ia sengaja menggodanya. ' No way !'     

Melihat perlawanan Anita, membuat amarah Chen membara, ego-nya sebagai lelaki tidak dapat menerima isterinya itu berani memiliki imajinasi tentang pria lain selain dirinya,     

Dengan ponggah Chen langsung mengangkat tubuh Anita, dan membawanya ke tempat tidur mereka, "Heii turunkan aku !!", teriak Anita memberontak, tapi baru juga selesai ia mengatakannya, Chen benar-benar melemparnya dengan kasar ke satu-satunya tempat tidur dikamar itu,     

Anita terdampar diranjang empuk itu dengan tubuh telanjangnya,     

"Berhentilah berpura-pura polos, aku tahu kau menginginkannya !", ucap Chen sambil tersenyum dingin,     

"Aku tidak melakukannya !!, aku tidak pernah bermagsud menggodamu. You are so overconfident !!"     

"Tidak usah mendebatku !!, memang sudah menjadi tugasmu untuk melayaniku !!, kau tidak punya pilihan lain, diatas kertas, kau adalah istri sah-ku, tidak peduli siapapun yang ada dipikiranmu sekarang, tetap saja kau adalah mainan seks yang sah untukku !",     

Hati Anita bergetar, kesedihan luar biasa melandanya, kata-kata sinis Chen bagai pisau tajam yang menusuk tepat di jantungnya, ia tidak bisa lagi membendung air matanya, selanjutnya saat dengan brutal Chen mendaratkan ciuman bertubi-tubi padanya, Anita terus memberontak dengan lengan dan kakinya, "Aku tidak sudi bercinta denganmu !!, kau benar-benar lelaki menjijikkan. lepaskan aku !!",     

Chen terkekeh sinis, ia menahan kakinya kebawah, membuka paha Anita dengan lututnya, "Sorry , tapi Itu deritamu, terima saja nasibmu, memiliki suami menjijikkan sepertiku",     

Dan Anita tidak dapat mengatakan apa-apa lagi, ketika sesuatu itu terus mendesak masuk kedalamnya, lalu menghujamnya dengan keras, Chen menyetubuhinya dengan tidak berperasaan, menyakitinya dengan kejam, ia terus mencumbu dan menciumnya... tapi bukan tentang kasih sayang, atau cinta... hanya nafsu birahi... dan hanya itu saja...     

Anita hanya bisa pasrah menerima perlakuan Chen itu tanpa daya, hatinya berkecamuk hebat, ia merasa terhina, ia tidak mengerti, mengapa Chen demikian tega padanya, ia seolah terus menuduhnya memiliki pikiran dengan pria lain ??, sementara Chen tahu persis, jika hanya dirinya seorang-lah satu-satunya pria yang ia kenal dalam hidupnya,     

Ia tidak merasa menyembunyikan apapun darinya..     

Bukankah seharusnya Chen yang paling tahu itu ?, ia sendiri yang mengatur segalanya tentangnya, mengatur pergaulannya, dan seluruh dunianya ... jika Chen sendiri meragukan kemampuannya menghandlenya ... apa lagi yang bisa ia lakukan....     

.     

.     

Chen membuka matanya dalam kegelapan, rambut Anita menyentuh wajahnya, dia lalu menghela nafasnya dalam-dalam, mencium aroma wangi dari tubuh indah dihadapannya itu,     

Ia merapatkan tubuhnya pada tubuh kurus isterinya...     

Berbagi satu bantal berdua...     

Ia telah bertemu banyak wanita diluar sana yang memakai berbagai aroma parfum yang menyeruak demi mendapatkan perhatiannya, tapi ia tidak pernah jatuh cinta seperti ia menyukai aroma wangi Anita ini, sejak pertama mengenal Anita , hanya ia satu-satunya wanita yang mampu meluluhkan hatinya dengan aroma tubuhnya,     

dan segalanya tentang Anita, dapat membuatnya tergila-gila...     

Chen membelai wajah Anita yang tertidur lelap disampingnya dengan lembut, dan hatinya terasa sangat sakit, perasaannya diliputi rasa penyesalan yang dalam... ia akui, sejak ia mengetahui kebersamaan Anita dan Hans tempo hari, emosinya menjadi tidak terkendali, pikirannya terus berprasangka, rasa cemburu dan takut kehilangan menjadi momok yang sangat menakutkan, menciptakan sakit yang tak tertahankan, membuat kepalanya terasa ingin meledak....     

Dan sayangnya.... Anita tidak peka itu,... ia justru terus memancing marahnya...     

'Oh Tuhan... ', Chen menatap Anita dengan wajah memelas, seolah sedang memohon belas kasihannya...     

Ia tahu, seharusnya ia tidak boleh menyalahkannya... isterinya itu bahkan masih belum bisa menginggat masa lalunya, ....     

Chen menatap wajah Anita lekat, ia terus menyalahkan dirinya sendiri, mengapa ia tidak mampu menahan diri, dan justru melampiaskan kesalahan pada seseorang yang sangat ingin ia jaga...     

Chen tahu, saat ia mengatakan kata-kata kasar pada isterinya ... sebenarnya ia sedang membunuh dirinya sendiri.... 'Maafkan aku....', Air mmatanya mengalir hangat di atas bantal, dalam diam, Chen terus memanjatkan beribu doa.... berharap semuanya tetap baik-baik saja.... Chen mencium tangan Anita dengan lembut.... 'Sayang ... cintailah aku ... please '     

.     

.     

Keesokan harinya, Anita bangun lebih awal dari waktu biasanya, melihat Chen belum bangun, ia turun dari ranjang dengan gerakan sangat hati-hati, ia lalu mengambil handuk yang tergeletak dilantai dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ia berencana pergi ke lantai bawah untuk membeli sarapan, yang jelas ia harus pergi dari rumah secepatnya untuk menghindari Chen meskipun hanya untuk sementara, untuk mencoba mengobati luka hatinya yang kini mengangga lebar....     

Karena kenyataannya ia tahu, ia tidak akan bisa berlari sejengkalpun dari Chen, karena begitu keluar dari pintu rumah, beberapa bodyguard akan membuntutinya dibelakang.     

"Kau mau kemana pagi-pagi begini ?", Bik vena menghentikan langkah kakinya, Anita menengok kearah bik vena dan menjawab pertanyaannya sekenanya, "Mau beli sandwich di bawah...",     

"Wajahmu pucat sekali.... apa kau baik-baik saja....",     

"It's okay bik... aku masih hidup kok...", Anita lalu membuka pintu rumah dan keluar dengan wajah dingin,     

.     

.     

Sudah jam sepuluh, dan Chen belum bangun juga, Bik Vena merasa khawatir , ia berbisik pada kepala assistant , paman Wang, yang sedang menikmati kopi disampingnya, "Ada apa dengan tuan hari ini ?, ia biasanya bangun pagi sekali, tumben dia masih tidur jam segini, apa ada yang tidak beres diantara mereka berdua,... yang satu pergi dengan wajah pucat pasi, yang satunya lagi tidak bisa bangun, bagai tidak punya tenaga.....",     

Paman Wang memasang wajah tidak percaya, "Bagaimana kau tidak mengerti juga setelah hidup puluhan tahun ?",     

Tiba-tiba bik vena tersadar, "Oh aku mengerti sekarang, menyenangkan sekali menjadi anak muda, ... hmm aku rasa mereka pasti sangat sibuk sekali semalaman... Baiklah, aku akan menyiapkan makanan yang bergizi untuk Anita dan tuan, semoga mereka cepat punya anak secepatnya...",     

Chen menatap layar ponselnya dengan wajah muram, melihat bagaimana Anita tampak membaringkan setengah tubuhnya diatas meja, ia duduk sendirian di sudut kafe, menatap lalu lalang para pengunjung dengan tatapan kosong, tanpa menyentuh makanan dan minuman yang dipesannya....     

Chen merasa tidak berdaya, ia tidak tahu bagaimana cara memperbaiki semuanya....     

Semakin ia mendekat.... seolah semakin membuat Anita menjauh darinya....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.