Shadow of Love

Aku tidak butuh pengakuanmu



Aku tidak butuh pengakuanmu

0"Emm kenapa kau tidak mencobanya sendiri sekali-sekali... coba kau hidup dipantau empat bodyguard, dengan tracker camera pengawas 24 jam ... juga dengan ponsel dan laptop yang terpasang hacked pin, bahkan untuk sekedar menelfon teman atau mamahmu saja, kau harus mengatur kata-katamu ! , kau tidak boleh berbicara sembarangan, karena pembicaraanmu sedang diawasi !,.... juga, semua yang kau lihat di internet akan otomatis terdeteksi, segala pencarian internetmu akan dipantau !... apa menurutmu hidup seperti itu terlihat menyenangkan ?",     

"Aku tidak melakukannya !! ..." jawab Chen tegas, dengan mimik wajah tampak gusar, ia mengelak tuduhan Anita,     

"Aku tidak butuh pengakuanmu anyway...," Anita melipat kedua tangannya didada dan menyandarkan tubuhnya ditepi meja dengan santai, ia kemudian melanjutkan ucapannya lagi, "Terus, apa setelah melahirkan anakmu nanti, aku boleh datang untuk mengunjunginya ?", Anita kembali fokus pada pokok pembicaraan mereka,     

"Tidak !!, kau tidak boleh menjenguknya, saat kau sudah memutuskan pergi dari rumahku, maka kita adalah dua orang yang berbeda !, aku tidak akan mengijinkan-mu melihat anak itu .... tidak untuk selamanya !! ", jawab Chen tegas, Chen seolah sengaja ingin membuat Anita gelisah, itu tidak diragukan lagi, tatapannya mengandung arti yang jauh melampaui apa yang diucapkan bibirnya, Chen sengaja mengungkapkan resiko dengan jelas, bagai sebuah ancaman langsung untuk Anita, agar berpikir seribu kali sebelum memutuskan untuk berpisah darinya,     

Anita mengamati dengan singkat, "Aku tidak menyangka kau punya sisi sekejam itu,"     

"Sekarang kau sudah mengetahuinya... dan aku tidak keberatan untuk memperlihatkan sisi-sisiku yang lainnya untuk kau kenali... kita masih punya banyak waktu... jadi mari kita saling menjelajahi dengan lebih dalam....",     

"Huh kau pikir aku tertarik melakukannya ?!!", ujar Anita kasar, dengan gerakan reflect ia sengaja menjauhkan diri dari Chen,     

Chen tersenyum samar, "Tapi sepertinya pembicaraan kita ini ada manfaatnya juga, at least ... bisa membuka sifat keras kepalamu itu !!, agar berpikir dulu sebelum bertindak, atau setidaknya lebih bijak sebelum memutuskan sesuatu .. right ?", ucapan Chen memang terdengar lembut, namun nyatanya mampu membuat Anita bergidik, menekan relung hatinya hingga ia merasa tidak berdaya,     

"Aku heran padamu,... kau begitu tampan dan sempurna, juga memiliki segalanya ... ", bola mata Anita tampak naik keatas, hatinya seakan tidak rela dengan pujian yang keluar dari mulutnya, "Asal kau tahu, semua teman-temanku bahkan sering memujimu, mereka bilang kau sangat luar biasa ,.."     

"Ahh benarkah ?",     

"Sungguh !, aku yakin jika kau mau... pasti tidak ada satupun wanita yang akan menolak ajakan-mu naik ke tempat tidur,..."     

Chen langsung menatap Anita dengan kesal, "Apa magsudmu ?",     

"Aku hanya gadis biasa yang bodoh dan merepotkan,... tapi kenapa kau tetap berkeras terus mengikatku ?!,"     

"Sepertinya kau sudah mendapatkan banyak kemajuan hmm ?!, kau mulai pintar membaca situasi dan pikiranku," intonasi suara Chen terdengar kesal, ".. tapi sayangnya aku sendiri juga tidak tahu apa alasanku tetap menyukai gadis bodoh dan merepotkan sepertimu?..", Mata Chen menelusuri tubuh Anita dari bawah keatas, "..... please let me know... kalau kau tahu jawabannya ....karena, sejujurnya, itu juga yang menjadi pertanyaanku selama ini...", tambah Chen lagi, melihat raut kesal Anita, mendadak wajahnya berubah lebih santai, ia lalu mencubit kedua pipi Anita dengan gemas,     

'Sialan !!' Anita langsung menghempas tangan Chen dengan kesal, Wajahnya memerah,     

Anita merasa tidak tahan, Chen seolah tidak menganggap serius kemarahannya, 'Apa dia melakukannya dengan sengaja ?', bola mata Anita menatap Chen dengan tajam, ingin rasanya ia meninju wajah menjengkelkan dihadapannya itu,     

Bagaimana mungkin Chen seolah tidak terpengaruh dengan semua kata-kata pedasnya ?, ia tampak menganggap kemarahannya bagai angin lalu saja .... 'Apa seharusnya aku tadi berkata sambil berteriak ?',     

Tapi bagaimana mungkin ?, mereka masih berada di area public, sangat tidak elok jika mereka bertengkar mulut disaksikan khalayak ramai, 'Huh menjengkelkan !'     

Chen mengapit bibirnya erat, sambil menahan senyum ia langsung memasang helm berwarna hitam yang dibawanya pada kepala Anita,     

Anita tidak bisa mengelak, ia stuck di tempatnya, ia tidak punya pilihan selain hanya bisa pasrah saat Chen mengaitkan pengaman helm itu untuknya,     

Chen berdiri tepat dididepannya, sengaja merapatkan tubuhnya padanya, hingga tidak ada jarak diantara mereka, jika ia mau, hanya dengan satu gerakan saja, ia dapat leluasa mengapit tubuh kecilnya yang bersandar dimeja yang menempel pada dinding kaca,     

Chen memasang helm dikepalanya dengan rapi, Anita diam-diam merasa heran, mengapa ia merasa helm ini terasa sangat nyaman dan pas dikepalanya, seolah memang sengaja khusus dibuat untuknya,     

Anita mengerjapkan matanya, ia terkejut, saat Chen tiba-tiba membuka kaca helm didepannya,     

Chen menyentuh wajahnya, dan berkata dengan lembut, " Aku minta maaf,... sudah bersikap sangat keterlaluan semalam... aku sungguh menyesal .... ", Chen menepuk ujung hidung Anita dengan jarinya,     

Chen kemudian merapikan rambut Anita yang jatuh menutupi bagian depan wajahnya, 'cantiknya ...' hatinya tidak berhenti memuji dan mengaggumi wajah menawan isterinya, jari-jarinya menyelipkan rambut yang jatuh itu keatas telinga Anita dengan gerakan sangat hati-hati,     

Chen menatap Anita dengan teliti, memastikan bahwa ia telah mengenakan helm pada Anita dengan benar,     

.., tapi Anita merasa muak, ia menolak tunduk pada sikap sok manis Chen,     

"Dasar brengsek !, Bicara saja sama tembok !!", jawab Anita tegas, ia menghempas pegangan tangan Chen di helmnya, ia mengambil ponselnya diatas meja dan mendorong tubuh Chen agar menyingkir dari hadapannya,     

Anita berjalan duluan pergi keluar mini mart,     

Chen tersenyum kecil, ia segera berjalan dengan langkah lebar menyusul dibelakangnya,     

Anita menoleh kesamping, "Apaan sih... lepaskan !",     

"No way !", dengan cuek Chen sengaja mengandeng tangan Anita, ia merekatkan jari-jarinya dalam jari-jari Anita hingga mereka saling bertautan, lalu ia menarik Anita untuk keluar lobby rumah sakit bersama,     

Chen mengajak Anita pulang dengan mengendarai motor racing berwarna hitam yang merupakan salah satu koleksi motor pribadinya,     

Chen mulai menyalakan mesin, dan seketika sorot lampu motor memijar terang menerangi jalanan didepannya, membuat motor racing yang berwarna hitam dipadu merah mengkilap itu terlihat perkasa dalam tunggangan Chen,     

Dengan enggan Anita naik keatas motor, ia sengaja duduk agak menjauh dari Chen, berusaha menjaga sedikit jarak diantara mereka,     

Ia masih memendam marahnya, Jadi ia memilih berpegangan pada tepi jok bagian belakang, ia tidak sudi untuk menyerah dan memeluknya,     

Namun tiba-tiba Chen menginjak gas, ia bersiap melajukan motor dengan kecepatan tinggi, tubuh Anita langsung tersungkur kedepan, bagian dadanya menabrak punggung belakang Chen dengan keras, "Aa-ghhhh !!",     

Chen tersenyum kecil, Anita spontan memeluknya dengan erat, dengan terpaksa Anita harus terus mempertahankan posisinya itu, ia tidak punya pilihan lain, Chen membawa motornya dengan kecepatan tinggi, tubuh kurusnya akan terbang tertiup angin jika ia tidak memeluknya dengan kuat,     

Dibalik helmnya, Chen tampak tersenyum lebar, saat merasakan kedua tangan isterinya yang kian erat memeluknya, seperti seorang yang possessive,     

Chen melajukan motornya kearah utara, Anita mengeryitkan alisnya, ia tahu, sepertinya Chen akan membawanya pulang ke villa di Valley hill's, dan hatinya sedikit terhibur, sepertinya ia bisa bersantai sejenak dan bertemu dengan kuda-kuda putih kesayangannya disana, emma dan gemma kuda putih peliharaan yang dibawa Chen untuknya dari Krakow dulu,     

Setelah melewati perjalanan sekitar satu jam lebih, mereka akhirnya tiba dikawasan perbukitan hijau nan asri,     

Pintu gerbang tinggi yang dilengkapi cctv dan sistem pengaman canggih itu membuka otomatis untuk mereka, motor mereka berjalan melewati deretan pohon maple yang menjulang hijau disepanjang jalan , kemudian terlihat bangunan bertembok putih yang melengkung, dengan banyak jendela besar yang terang berlantai kayu yang menjorok keluar dibagian atasnya, motor Chen terus berjalan melingkari area penuh pohon cemara, kemudian menerobos diantara petak kebun menuju rumah berlantai dua yang unik yang dibangun disisi bukit,     

Chen menghentikan motornya dijalan masuk yang beraspal, "Kupikir kita perlu refreshing sejenak, disini meskipun tidak seindah musim semi di Hitsujiyama , tapi kau tetap bisa bercengkrama dengan kuda-kudamu besok...",     

"Yeah ....", dengan bantuan tangan dari Chen, Anita turun dari motor, saat menginjak tanah, langkah kakinya sedikit terseok-seok seperti mayat hidup,     

Chen tersenyum kecil, ia membimbing langkah Anita melintasi serambi untuk masuk ke rumah,     

Seorang perempuan tengah baya yang mungil, berpakaian rapi warna biru laut keluar dari pintu terdekat dan menyambut mereka dengan aksen singapore yang kental,     

"Selamat malam Tuan Chen, nyonya Chen....",     

Anita berusaha membalas senyum bersahabat dari pengurus rumah itu, "Selamat malam mama Annie ",     

"Anda datang lebih awal," Annie berkomentar,     

"Lalu lintasnya tidak begitu padat saat tadi keluar dari kota," jawab Chen datar, ia menyerahkan kunci motor dan helmnya untuk di simpan ,     

"Makan malam sudah matang dan siap, tapi mungkin Mrs Nita...apa anda ingin mandi air hangat dulu ?", Pertanyaannya langsung ditujukan untuk Anita, "Iya mama Annie, badanku kotor, tadi aku dari rumah sakit langsung kesini.... apa makanannya bisa menunggu ?",     

"Tidak apa-apa, semua hidangan ada disana, tetap hangat,"     

Anita begitu menaruh respect pada Annie, ia bahkan memanggilnya dengan 'mama' sebagai tanda hormatnya, ia adalah pengurus rumah tangga di villa, selain karena Annie memiliki kepribadian yang hangat, Chen bercerita padanya, bahwa ia mewarisi Annie dari nenek dan kakeknya, "Baiklah... kalau begitu aku mandi dulu",     

Annie menganggukkan kepalanya mengerti, ia lalu pergi menuju dapur utama, kembali dengan kesibukannya,     

Anita menghentikan langkahnya, "Apa yang kau lakukan ?", ia merasa kesal saat Chen juga ikut naik ke lantai atas bersamanya, padahal jelas-jelas kamar miliknya ada dilantai bawah sana,     

"What's wrong.... Aku juga ingin mandi ...? ", jawab Chen lugu, pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan Anita....     

"Kamarmu ada dibawah !.." mata Anita menunjuk pada kamar Chen dibawah tangga,     

"Ohh, aku sudah menyuruh Annie memindahkan barang-barangku keatas, mulai sekarang dan seterusnya... dimanapun kita berada, kita akan tetap tidur dalam satu kamar... kita akan bersikap selayaknya pasangan suami istri pada umumnya....",     

"Tidak !. aku keberatan dengan itu.... aku juga butuh privacy chen ...",     

Anita telah punya segudang rencana, ia telah mengantongi ponsel cadangan milik Novie, meskipun dengan iming-iming akan menggantinya dengan iPhone keluaran terbaru, tentu saja dengan ketentuan ia harus tutup mulut tentang ini,     

ia berencana untuk menghubungiku sirena dengan ponsel itu malam ini, melanjutkan pembicaraan yang terputus tadi sore,     

Dengan wajah tidak peduli, Chen berjalan menaiki anak tangga mendahului Anita,"Che-en, aku sedang bicara serius,"     

Chen membuka pintu kamar milik Anita, "Privacymu adalah privacyku juga, ...apa masalahnya kalau aku melihat seluruh tubuhmu ?, toh kita sudah bersama, dan aku sudah menikmati seluruh bagian tubuhmu tanpa kecuali..."     

"C-CHEENN !",     

"Shttt !! jangan keras-keras ... ", Chen auto membungkam mulut Anita, "Apa kau sudah berubah pikiran ?, bukannya tadi kau bilang ingin mendapatkan kebebasanmu ?",     

"Apa hubungannya dengan ini ?",     

"Apa kau tidak tahu, kita harus lebih sering melakukannya, agar tingkat keberhasilan kau akan segera hamil juga semakin meningkat....",     

"Dasar mesum!!, aku tidak mau melakukannya setiap hari !"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.