Shadow of Love

Kompensasi kebebasan



Kompensasi kebebasan

0Sirena menghembuskan nafasnya dengan berat, "Dulu.... aku selalu berpikir, kau adalah musuh utamaku,... setiap hari, dalam otakku hanya sibuk memikirkan beribu cara agar bisa menghancurkanmu...", Sirena menghentikan ucapannya sejenak, ia menundukkan wajahnya kebawah, berusaha menekan rasa sesak yang tiba-tiba terasa memenuhi rongga dadanya,     

Melihat Sirena terdiam cukup lama, Anita spontan menanggapi, "Why....?", ia merasa sangat penasaran dengan alasan wanita itu dulu membencinya,     

"Karena kau terlalu sempurna !!," jawab Sirena lugas, ia mendengakkan wajahnya keatas lagi, lalu menoleh kesamping, menatap Anita yang duduk dikursi disampingnya dengan lekat, "Karena aku selalu merasa kau terlalu perfect dan tidak tertandingi, hingga membuatku merasa sangat marah ... aku sangat membencimu !,karena kau bisa mengambil hati pria yang paling aku cintai dengan begitu mudahnya, kau bisa mendapatkan ketulusan cinta dari semua orang-orang yang sangat aku inginkan dengan cara yang tampak sederhana, lalu kau juga melahirkan anak yang sangat menawan dari pria yang paling aku impikan itu dengan sangat indahnya .... kau seolah bisa memiliki segala yang aku inginkan dalam sekejap mata, tanpa harus bersusah payah melakukan apapun seperti yang kulakukan ..."     

"Saat itu hatiku merasa terbakar, aku merasa Tuhan sangat tidak adil, hingga semua tentangmu seolah membuatku merasa cemburu hingga ingin gila ..."     

Sirena tampak meremas rambutnya dengan sekuat tenaga, jari-jari tangannya terlihat memutih diantara helaian rambut coklatnya,     

Anita memandang wajah sirena dengan seksama, melihat gurat luka yang tampak begitu nyata, Anita segera memeluk sirena dengan erat, tangannya meraih jari-jarinya yang melekat dirambutnya, ia berusaha melepaskan tangan Sirena agar tidak menyakiti dirinya sendiri, entah mengapa, Anita merasa terenyuh, ia dapat merasakan luka dalam hatinya, bagaimana wanita dihadapannya ini telah melalui hari-hari berat dalam hidupnya dulu karenanya, .....     

Karena Anita tahu, bahwa penderitaan yang sebenarnya adalah ketika cinta tak berbalas....     

"Maafkan aku ... jika dulu telah melukaimu hingga seperti itu, seharusnya aku tidak melakukan itu right ?, seharusnya aku tidak merebut apa yang kau impikan, maafkan aku sirena.... karena telah membuatmu menderita seperti ini",     

Tapi Sirena buru-buru membalas mengenggam tangan Anita dengan erat, mereka kemudian saling bertatapan sambil tetap berpegangan tangan, "Tidak nita.... kau tidak bersalah, kau tidak seharusnya meminta maaf padaku.... ", Sirena mencoba mengatur nafasnya yang memburu, "Aku sekarang sudah menyadari semuanya nitt.... aku tahu kesalahanku... aku tahu, jika tidak selamanya cinta harus berbalas, aku tahu.... tidak selamanya cinta harus memiliki, aku tahu jika aku tidak bisa memaksa Hans untuk membalas cintaku.... aku sudah menyadari itu nitt...."     

Sirena seolah flashback kembali dengan segala peristiwa yang telah ia lewati selama empat tahun ini,     

Bahkan, setelah kepergian Anita beberapa tahun dari sisinya-pun, Hans tetap tidak bisa menerima cintanya, ia seolah tidak bisa berpaling dari bayangan Anita sedikitpun, justru kepergian Anita semakin membuat Hans seolah kian menjauh darinya,     

Membuat sirena akhirnya menyadari, bahwa ternyata dari awal Hans selalu menganggap dirinya seperti adik sendiri, tidak peduli, meskipun ia telah berusaha naik ke ranjangnya, menggodanya sebagai seorang gadis dewasa, dan menatapnya dengan pandangan yang berbeda,     

Namun semua itu seolah tidak merubah pendiriannya, Hans tetap tidak sedikitpun mau membuka hati untuknya,     

"Bukan salahmu jika Hans hanya mencintaimu seorang nitt, ini adalah takdir yang harus kuterima, yang tidak bisa meraih cinta yang kuharapkan.... aku tahu, meskipun hatinya tidak memilihmu, ia pasti akan memilih wanita lainnya, tapi yang jelas, itu bukan aku ", cetus Sirena datar, Anita mengelus bahu tangan Sirena dengan lembut, "Tenang saja, aku baik-baik saja kok... sekarang aku sudah tidak emotional seperti dulu lagi, terus terang, aku harus berterima kasih padamu, karena kau yang memberiku shocked therapy paling ampuh, yang akhirnya bisa membuka mataku lebar-lebar dan menyadari kesalahanku ini hahaha ",     

Anita pura-pura ikut tertawa, meskipun dalam hati tetap tidak mengerti dengan alur cerita yang dituturkan Sirena itu, tapi ia memilih untuk mengikuti ceritanya, diam-diam ia berharap bahwa ini adalah jalan untuknya bisa menemukan siapa dirinya dahulu,     

"Sungguh sangat menarik.... em-m wait, siapa lagi namamu ?",     

Sirena menunjuk dirinya sendiri, "Aku ?.... ohh namaku Sirena ", ia mengulangi menyebutkan namanya,     

"Oiya sirena !! .... sorry, aku memiliki sedikit gangguan memory jangka pendek, but, don't worry, aku pasti akan mengingat namamu mulai sekarang hehehe ",     

"It's okay, aku mengerti....", Sirena telah melihat bagaimana Anita saat menderita depresinya dulu, ia ingat, saat itu Anita bahkan tidak dapat menginggat suaminya sendiri,     

Anita menatap arloji mewah dipergelangan tangannya, sepuluh menit lagi menuju pukul enam sore, yang berarti jam istirahatnya akan segera berakhir, " Maaf naa- , sepertinya aku harus pamit sekarang, aku harus kembali ke dalam, jam istirahat-ku sudah hampir selesai",     

"Ohhh really ?... sayang sekali... please nita, bisakah jika kau bolos kerja sehari ini saja .. aku harus membawamu ke tempat ibu dulu.... yahhh.... please...",     

"Enggak bisa naa-... aku tidak boleh mangkir dari dinasku, ini bisa mempengaruhi nilai dan performaku nanti ... actually aku masih masa co-ass, jadi gak boleh sembarangan ijin,"     

Sirena tampak tidak bisa mengerti arah pembicaraan Anita, "Ayolah please...." ia terus berusaha membujuk Anita,     

"Begini saja, bagaimana kalau aku akan menghubungimu jika ada waktu nanti ",     

"Ahh good idea !!, ayok kita bertukar nomor telfon, em-m kamu biasa pakai aplikasi apa buat chat ?",     

"Huh bodohnya aku ....", Anita memukul jidatnya sendiri, "Ponselku tertinggal naa~", Anita pura-pura sibuk mencari ponsel yang memang tidak dibawanya dalam saku jas dan kantong Jean's miliknya, "Sayangnya aku juga tidak menginggat nomor telfonku sendiri, em-m bagaimana kalau kau tulis saja nomor ponselmu ... nanti aku pasti akan langsung menelfonmu begitu sampai dirumah.... bagaimana ?",     

Anita ingin menyembunyikan pertemanan dengan sirena ini dengan rapat, ia ingin menggali lebih banyak lagi informasi tentangnya, tentu saja ia tidak akan menggunakan ponsel pribadinya untuk berkomunikasi dengan sirena, karena ia tahu ia harus merahasiakan semuanya,     

Ia harus segera menemukan cara agar bisa berkomunikasi dengan Sirena tanpa sepengetahuan Chen dan mamahnya,     

Sirena seolah tidak punya pilihan lain lagi selain harus menyetujuinya, "Baiklah....", Sirena lalu menuliskan nomor telfonnya pada satu lembar kertas yang disodorkan Anita,     

"Ingatt. Kau harus menepati janjimu yah... segera telfon aku begitu sampai dirumah okay !!"     

"Sure. I promise !!", jawab Anita meyakinkan,     

"Baiklah... kalau begitu aku pamit pergi dulu ya naa~, sampai jumpa lagi....",     

Anita tersentak kaget, dan langsung terbangun dari lamunannya, ia membalikkan tubuhnya kebelakang sambil memukul lengan orang yang berani memeluk tubuhnya dari belakang itu dengan keras, "Awwhhh !!", teriak Chen mengaduh, spontan ia melepas pelukannya pada Anita sambil menatapnya kesal,     

"K-Kamu.... ?!", Anita langsung menelan roti kismis dalam mulutnya dalam sekali telan,     

"Kau galak sekali... main pukul saja...", Chen masih tetap pura-pura mengaduh kesakitan, wajahnya meringis sambil memegangi lengan bekas dipukul Anita,     

"S-Sejak kapan kau ada disini ?", Anita menatap kearah Chen dengan ekspresi kaget, ia segera meremas kertas putih yang bertuliskan nomor telfon Sirena itu dengan cepat, diam-diam ia lalu memasukkan kembali ke dalam kantong Jean's panjangnya,     

"Sudah sejak tadi,... kau saja yang tidak aware !, mengapa kau tidak mengangkat telfonku ?!",     

"Aku tidak tahu kau menelfon ! ... ohh iya, aku lupa, aku silent ponselku, jadi tidak dengar ada panggilan masuk...", jawab Anita tenang, tatapan matanya mengejek, tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya pada sosok didepannya itu, untuk menutupinya, ia buru-buru meneguk air mineral dalam water bottle miliknya,     

"Huh pembohong !!", Chen mencubit pipi Anita ringan, tapi Anita bahkan tidak peduli jika Chen akan menempelkan status pembohong dikepalanya, saat melihat ekspresi Chen yang tampak santai, ia mengeryitkan keningnya,     

"Sepertinya suasana hatimu sedang sangat baik hari ini ....",     

"Suasana hatiku selalu sangat baik saat bersamamu...",     

"Hhh-hhm ...", Anita tersenyum sinis, ia memalingkan wajahnya kesamping,     

"Aku bicara serius ~....", Chen seolah tidak terima saat Anita enggan mempercayainya,     

Anita menaruh botol air minumnya diatas meja, "Baiklah, aku senang mengetahuinya ... then, karena suasana hatimu sedang sangat baik, how about ... we talk ... tentang yang kau bilang semalam padaku ...", Anita memainkan tutup botol air minumnya, hatinya sedikit ragu,     

"What about ?",     

"Tentang, ... yang kau bilang ...., kompensasi yang harus kubayar untuk kebebasanku...?", jawab Anita ringan tapi dengan mimik wajah bersungguh-sungguh,     

"Oh sayang come on... aku minta maaf, aku tahu, aku sudah bicara sangat keterlaluan, aku benar-benar lost control kemarin ...",     

Sebelum Chen selesai dengan kata-kata maafnya, Anita kembali memotong ucapannya, "Tidak Chen. mumpung saat ini, pikiran kita dalam keadaan jernih, dan kita dapat membicarakan ini baik-baik, kurasa kita harus membahas masalah ini sampai tuntas !",     

Tiba-tiba Chen merasa gentar, nada bicara Anita yang tegas, menginggatkannya pada Anita yang dikenalnya lima tahun yang lalu, sangat berkomitment dan tidak tergoyahkan,     

"Apa kau serius dengan syarat... bahwa aku harus memberi anak untukmu untuk menebus kebebasanku ? ... I mean, aku tahu, kau telah banyak berkorban untukku... kau telah melakukan segala yang terbaik untukku, dan kau juga tidak membutuhkan uang mamahku yang tidak seberapa itu sebagai ganti rugi right ?...",     

Mereka saling bertatapan tajam, Chen tiba-tiba merasa sangat marah, "Apa kau begitu ingin pergi dariku ?",     

Anita terdiam sesaat.... "Aku pikir setiap manusia mempunyai hak untuk menjalani hidup sesuai pilihannya, begitupun aku, aku juga memiliki hak untuk melakukan segala hak dasar yang aku inginkan, aku berhak berteman, berkuliah, dan melakukan segala aktivitas yang aku sukai tanpa merasa diawasi dan dimonitor setiap hari .... itu adalah basic rights as human beings bukan ? tapi sayangnya bersamamu.... sepertinya aku tidak mendapatkan itu ...",     

"Apa kau berpikir aku melakukannya demi diriku sendiri ? kenapa kau semakin tidak bisa diatur sih ?! ", cetus Chen kesal, "Oh Tuhan, maafkan aku.... ", Chen seolah kembali menyesali ucapan kasarnya barusan, ia membungkam mulutnya sendiri....     

"Bukan kata maaf yang aku butuhkan ....aku ingin kita membuat kesepakatan yang akan mengubah semua ini", tegas Anita tak bergeming,     

"Apakah menjadi isteriku begitu berat ?...",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.