Shadow of Love

Aku sudah selesai minta maaf



Aku sudah selesai minta maaf

0"Awalnya aku tidak percaya saat melihat Anita melintas didepanku, aku pikir aku sedang bermimpi, rasanya susah dipercaya saat ia tiba-tiba muncul, berjalan didepanku dengan wajah polosnya... tapi aku sangat bangga padanya, ia kini menjadi salah satu dokter dirumah sakit ini, istrimu memang sangat luar biasa Hans, ia bagai rumput liar yang bisa tumbuh dimanapun ia berada, sangat menakjubkan...",     

"Itulah Anita.... " ujar Hans pilu, sambil tetap memegang ponsel ditelinganya ia mendengakkan wajahnya keatas, ia mengerjapkan matanya yang berair, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh,     

Rasa bersalah seolah merobek hatinya, teringat, saat ia melihat Anita di UGD saat itu, ia tampak begitu mempesona dengan atribut pakaian dokternya, dan ia langsung tahu, bahwa isterinya itu sedang mengejar lagi cita-cita yang sempat direnggut olehnya dulu,     

Anita masih kuliah di semester lima saat peristiwa itu terjadi,     

Saat itu ia masih sangat muda dan egois dengan obsesinya, ia hanya memikirkan bagaimana cara merebut Anita dan membuatnya menjadi miliknya, tanpa memikirkan dampak dari perbuatannya yang justru merenggut masa depan Anita,     

Dan penyesalan memang selalu datang terlambat, tapi ia berjanji, kali ini, ia tidak akan menghancurkan mimpi Anita lagi... ia akan menghormati keputusannya, ia akan menunggu Anita hingga ia menginggatnya lagi, ia ingin membangun cinta mereka dari awal lagi, membuat isterinya itu datang padanya dengan kesadaran hatinya sendiri,     

"Aku penasaran .. bagaimana ia bisa sampai disini... siapa orang yang sudah membawanya dan merawatnya selama ini... beraninya dia menyembunyikan keberadaannya darimu ?! huh bukankah ini termasuk perbuatan kriminal ?? kita bisa melaporkannya pada pihak berwajib ...",     

"Aku juga punya pertanyaan yang sama naa~, tapi kita tidak boleh terburu-buru membuat laporan ke pihak berwajib, aku takutnya akan berdampak buruk pada Anita, aku belum tahu bagaimana kondisi kesehatan dia yang sesungguhnya, untuk sementara aku berencana menyelidikinya dengan bantuan informan independent, tentang detail informasi Anita disana ",     

"Terus, apa kata informanmu itu,"     

"Sayangnya sampai sekarang belum ada laporannya naa~, mungkin butuh waktu sedikit lagi.... ",     

"Huh lemot amat... tapi kamu tenang saja, aku pasti akan membantumu, nita berjanji akan menelfonku, ia akan menghubungiku setelah selesai bekerja",     

"Oiya.... Syukurlah, saat itu aku tidak berhasil membujuknya untuk memberi nomor ponselnya padaku, .... aku pikir kau bisa memberitahuku setelah menerima telfon darinya khan ",     

"Pasti. ... begitu ia menelfonku, aku pasti akan memberi nomornya padamu...",     

.     

.     

"Aku sudah selesai....", Anita meletakkan pisau dan garpunya dipinggir piring, ia mengelap tepi bibirnya dan menghabiskan air putih dalam gelas miliknya, Anita telah selesai dengan makan malamnya, saat ia akan beranjak dari tempat duduknya tiba-tiba Chen menahan satu tangannya yang berada diatas meja, "Anita.... aku benar-benar minta maaf, aku tahu, aku sudah membuat kesalahan...",     

"Apa yang kau inginkan....", jawab Anita penuh waspada,     

"Aku akan menuruti semua maumu... ",     

Anita mengeryitkan keningnya, alisnya bertaut, "Semua mauku ?....", ucapnya mengulang kata-kata Chen, raut wajahnya jelas menunjukkan rasa tidak percaya,     

"Iya semuanya.... aku tidak akan pernah mengekangmu lagi, aku akan menonaktifkan semua bodyguard yang mengawasimu, dan kau juga boleh menggunakan gadgetmu tanpa pengawasan, kau boleh membeli sendiri laptop dan ponsel baru .... aku janji akan memberi privacy sepenuhnya padamu seperti maumu...",     

"Apa syaratnya....", Anita seolah bisa menebak manuver Chen selanjutnya,     

"Tetaplah bersamaku....",     

Mereka saling bertatapan penuh arti, "Kenapa aku harus tetap bersamamu ?...", Anita menolak jatuh dalam jebakan Chen,     

Chen menghela nafasnya dalam-dalam, "Akhir-akhir ini, aku merasa tidak menjadi diriku sendiri,... tapi aku yakin, setelah apa yang kita lewati beberapa tahun ini, hatimu pasti tahu jika aku sungguh-sungguh mencintaimu... aku akui, kemarin aku sudah berbuat sangat keterlaluan... aku sungguh menyesalinya, dan aku ingin memperbaiki semuanya lagi nitt ~.... ",     

Chen berjalan memutari meja makan dan duduk disamping Anita, ia mengenggam tangan Anita dengan erat, "Aku tidak tahu, kenapa hatiku merasa terbakar melihatmu bersama lelaki itu, .... maafkan aku karena tidak bisa mengendalikan diriku.. ..",     

"Sudah aku bilang padamu, dia hanya pasienku ... tidak lebih dari itu", jawab Anita tegas,     

"Aku tahu.... kau tidak akan mengkhianatiku,"     

"Lalu kenapa masih marah ?",     

"Sa~yang ... kau coba berada di posisiku, bagaimana perasaanmu jika kau melihat aku dipeluk oleh wanita lain..?!",     

"Ahh biasa aja,..."     

"Kau yah !! Aku ini suamimu !, kau harus memiliki sedikit rasa possessive padaku, kau tidak boleh merasa biasa saja jika aku digoda oleh wanita lain... sudah jadi kewajibanmu untuk merasa cemburu padaku paham !..." gertak Chen kesal, tidak terima dengan sikap cuek Anita,     

"Terus aku harus bagaimana ?, kau adalah pria dewasa, kau sudah bisa mengambil keputusanmu sendiri, aku tidak bisa mengatur perasaanmu untuk hanya menyukaiku saja .. meskipun aku adalah isterimu, tapi ini adalah negara demokrasi, aku tidak berhak memaksakan kehendakku padamu !",     

"Udah, aku males ngomong sama kamu lagi, kamu tuh emang selalu bikin darah tinggi, pokoknya aku ingin kita berdamai lagi, dan aku sudah selesai minta maafnya !",     

"Dih, minta maaf kok maksa, ngomongnya pake teriak-teriak lagi ..."     

"Karena kamunya nyebelin !!", seloroh Chen, ia berdiri dan membantu Anita bangkit dari kursinya, "Aku akan mengantarmu keatas ",     

Memandang sekilas kearah Chen, Anita memperhatikan Chen tampak sedang menatap mulutnya, Anita membeku, teringat akan ciuman Chen yang bertubi-tubi kemarin malam, dan tersentak dengan kesadaran bahwa ini adalah trick Chen untuk sengaja mengantarnya kekamar, agar ia punya kesempatan lagi menjebaknya dan mengikutinya ke kamar, Anita berkata dengan tegas, "Tidak perlu repot-repot, aku bisa naik sendiri ",     

Chen tersenyum masam, seolah-olah bisa membaca pikiran Anita, "Kalau begitu, selamat malam ",     

"Selamat malam ", Anita kemudian berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa, walaupun ingin lari agar secepatnya sampai dikamarnya, tapi ia berusaha berjalan dengan tenang, ia berada di kaki tangga ketika mendengar suara Chen "Oh sayang, pintu kamarmu tidak usah dikunci malam ini, kecuali itu membuatmu merasa aman,"     

Tanpa menjawab atau melihat kebelakang Anita naik keatas tangga dan ia menyadari jika Chen masih tetap berdiri dan mengawasinya dibawah tangga,     

Anita menutup pintu kamarnya dan menghembuskan nafasnya lega, dengan hati-hati ia lalu menekan locked pada pintu sehingga tidak dapat dibuka dari luar, ia lalu menenggelamkan tubuhnya dalam bantal-bantal berwarna putih,     

Penutup tempat tidur telah dilipat, dan tirai telah ditarik menutup jendela kaca dikamarnya yang luas, Tempat air dari kaca serta sebuah gelas diletakkan dimeja samping tempat tidur, Anita terus menatap kearah pintu kamarnya, teringat ucapan Chen, "Pintu kamarmu tidak usah dikunci malam ini",Anita menyilangkan tangannya kedada dan menggosok tangan itu, seakan-akan ia merasa dingin, Anita merasakan tekanan yang sedikit samar tetapi menganggu pada kata "malam ini ", yang pasti merupakan usaha Chen untuk membuatnya tidak tenang,     

Chen mirip seekor kucing yang siap menangkap tikus incarannya, "Huh dasar brengsek !!", sambil menahan rasa takut Anita menghibur diri, bahwa ia bukanlah tikus yang tidak berdaya, ia punya seribu senjata untuk melawannya,     

Anita punya rencananya sendiri, jika tiba waktunya nanti, ia akan pergi darinya, membebaskan diri dari cengkraman Chen, ia akan menjaga dirinya baik-baik, mandiri secara financial , supaya tidak pernah lagi jatuh ke cengkramannya suaminya itu lagi,     

Anita menguap lebar, ia segera bangkit dari tempat tidur, setelah ia menggosok gigi, ia naik ketempat tidur lagi dan membaringkan tubuhnya dengan nyaman, "Aku akan menelfon sirena esok hari.. kurasa dia juga sudah tidur saat ini", gumam Anita lirih, menghibur diri, karena rasa lelahnya yang tidak terbendung, segera setelah ia meletakkan kepalanya dibantal ia langsung tertidur....     

Beberapa jam kemudian....     

Dengan langkah penuh perhitungan, Chen membuka pintu kamar Anita dengan menggunakan kunci cadangan ditangannya, ia mengapit bibirnya erat, tatapan matanya terus menatap kearah ranjang Anita dengan waspada, memastikan bahwa pintu kamar terbuka tanpa menimbulkan suara berisik,     

Suasana aman dan terkendali,... dengan hati-hati Chen lalu merangkak keatas tempat tidur seperti seorang pencuri, ia bahkan tidak menyalakan lampu karena takut membangunkan tidur Anita, tapi Anita reflects bergeser saat Chen menduduki ranjang, Chen tersenyum samar, dengan perlahan-lahan ia lalu ikut berbaring disampingnya,     

Anita bergerak mendekatinya, ia seolah mencari posisi yang nyaman dalam pelukannya,     

Chen menahan nafasnya, ia tidak menyangka Anita akan langsung meresponse kedatangannya, ia sebenarnya hanya ingin tidur bersama isterinya itu diranjang yang sama, tanpa bermagsud ingin menganggu tidurnya, tapi nyatanya Anita seperti monster buas yang dengan kepolosannya seolah sengaja menggodanya,     

"Huh Sialan !!", Chen membenahi letak celananya yang kian sesak dan membuatnya merasa tidak nyaman,     

Anita mendengakkan wajahnya keatas, bibirnya yang sensual sedikit terbuka, seolah sengaja menantang, nafasnya yang wangi menyapu tepat wajah Chen,     

Chen menatap wajah polos isterinya itu dengan wajah tidak berdaya...     

Nafasnya terdengar kian memburu tidak terkendali, jantungnya berdebar kencang bagai genderang yang mau perang, "Jangan salahkan aku, kau duluan yang memancingku yahh...",     

Chen tidak bisa menahannya lagi, ... ia menundukkan kepalanya, dan seketika bibirnya langsung menyambar bibir pasrah Anita dihadapannya, ia melumatnya dengan hasrat yang menggebu,     

Chen dulu tidak pernah berpikir akan tertarik dengan hal-hal semacam ini sebelumnya, ketika ia belum kehilangan keperjakaannya, bahkan ketika banyak wanita cantik berlomba mendekatinya, ia merasa tidak berminat sedikitpun, justru terkesan jijik hingga mau muntah, karena sikap anti-nya itu, membuat banyak orang menganggapnya gay atau punya kelainan seksual,     

Namun sejak ia terpikat pada wanita satu ini, entah mengapa ia menjadi tidak terkendali, dan kebersamaan mereka dua hari ini, seolah membangkitkan hasrat biologisnya menjadi tidak terkontrol lagi, ia merasa addictive, seperti kecanduan yang tidak terobati, bahkan hanya dengan sedikit sentuhan Anita saja, mampu memprovokasi gairah lelakinya bergolak lagi, membuat gelombang api dan hasrat ditubuhnya terbakar hebat,     

Anita membuka matanya, butuh waktu yang lama untuk dapat mengerti situasinya,....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.