Shadow of Love

Kau bau dan jorok



Kau bau dan jorok

0Chen mendorong tubuh Anita menjauh, percakapan tak disengaja mereka barusan seolah langsung membuatnya kehilangan gairahnya, Chen tidak dapat menutupi rasa marahnya, ia beranjak meninggalkan ranjang, mengabaikan Anita yang masih mengatur nafasnya sembari duduk terbengong, Chen melepas jas dan kemeja putihnya yang berantakan, membuka kancing kemejanya satu persatu dan pergi ke kamar mandi dengan hanya mengenakan celana panjang,     

"Sialan !!", Chen memukul dinding kamar mandi dengan tangan kosong, "Kenapa selalu berakhir seperti ini ?", ia mengutuk percakapan yang seharusnya tidak terjadi itu, Chen tahu, meski Anita terlihat lemah lembut diluar, tetapi sebenarnya ia memiliki kharakter yang keras kepala, hatinya sangat susah ditaklukan, tapi, Chen tetap tidak bisa memahami, bagaimana mungkin isterinya itu bisa mengatakan hal logis dalam sesi intim seperti tadi ?, kenapa ia sangat tidak berperasaan ?,     

Chen merasa kecewa, selama beberapa hari ini, ia telah berusaha mendinginkan suasana, ia telah datang merajuk dan meminta maaf duluan, berusaha menjelaskan magsud hatinya yang tulus pada isterinya , tapi sepertinya usahanya itu sia-sia belaka, Anita seolah tidak mampu memproses itu, ia tetap berkeras dengan ego-nya, seolah hatinya terbuat dari batu, yang sama sekali tidak tersentuh dengan cinta dan ketulusannya selama ini,     

'Apa yang harus kulakukan ?,' Chen mengacak-acak rambutnya sambil mengguyur seluruh tubuhnya pada showers yang memancar diatas kepalanya,     

Chen tahu, satu-satunya hal benar yang harus ia lakukan adalah ia harus segera pergi meninggalkan rumah, karena ia yakin, jika ia terpancing membuka percakapan dengan Anita, maka sesuatu yang tidak di inginkan mungkin akan keluar dari mulutnya, lalu mereka akan mengulangi pertengkaran , dan ia akan menyesal lagi,     

Ia benar-benar muak dengan siklus ini.     

Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Anita tersadar, ia mengerjapkan kedua matanya, bulu matanya yang lentik terlihat bergetar "Apa salahku ?, bukankah aku hanya menagih janji yang ia ucapkan sendiri ? kenapa ia marah ?", Anita buru-buru bangkit dari tidurnya, meskipun tubuhnya terasa lengket, tapi ia harus mengenakan kembali baju tidurnya, ia tidak ingin telanjang bulat ketika Chen keluar dari kamar mandi nanti, Anita buru-buru merapikan diri, otaknya terus bekerja, memikirkan apa yang akan ia katakan ketika Chen keluar dari mandi nanti,     

Lima menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka, Chen keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang dililit dipinggangnya, ia menyisir rambut basahnya dengan tangan dan berjalan melewati Anita, bersikap seolah-olah tidak melihat keberadaannya,     

Anita membeku, Chen dengan santai bertelanjang bulat didepannya, dalam cahaya terang pagi , tubuh Chen terlihat begitu memikat, pria itu memiliki tubuh yang berotot, ia memiliki bahu yang lebar, setiap garis tubuhnya penuh dengan kekuatan, terutama lengannya tampak dua kali lebih besar daripada lengannya,     

Tiba-tiba suara dingin Chen membelah keheningan, "Apa kamu menunggu sampai ada yang mau memandikanmu ?", Anita menggigit bibirnya, menjawab dengan nada tak kalah sengit, "Kenapa kau suka sekali marah-marah tanpa alasan, memang apa salahku padamu ?",     

'Marah tanpa alasan ?', Chen langsung memejamkan matanya, ia mengepalkan tangannya dengan kuat, berusaha menahan rasa emosi yang memuncak sekuat tenaga, 'Kenapa gadis ini menyebalkan sekali Tuhan.....', jika bisa, ingin rasanya ia menelannya dalam sekali telan,     

Chen membalikkan tubuhnya,     

"Tidak ada, kau sama sekali tidak ada salah apapun ....pu~ass?!, sekarang, cepatlah mandi .... karena aku harus segera pergi ke kantor !...", Chen berusaha mengucapkan kata-katanya selembut mungkin,     

melihat raut wajah Chen yang tampak kesal bercampur marah, Anita bertanya dengan nada lugu, "Baiklah, kalau begitu , Apa aku boleh pergi jalan-jalan ?, aku ingin membeli laptop dan ponsel baru",     

Chen sudah berjanji padanya, akan membiarkannya membeli gadget baru sesuai kemauannya, tentu ia juga tidak akan ingkar janji bukan ?,     

Chen merasa tidak tahan lagi, ia merasa Anita benar-benar menekan sabarnya kebatas akhir, seperti dikasih hati minta empela ,     

"Tubuhmu bau sekali. kau benar-benar jorok. cepat mandi sekarang juga !", bentak Chen keras, sambil melihatnya dengan ekspresi jijik,     

Anita tersentak, ia tidak menyangka Chen tiba-tiba membentaknya, dan hatinya sangat sakit mendengar cemooh Chen itu, semalam mereka baru saja bercinta dengan panasnya, dan sekarang ia mengatakan ia bau dan jorok, dengan ekspresi seolah merasa jijik padanya... ini sungguh menyakitkan !     

Wajah Anita seketika memerah, tatapan matanya tampak berkaca-kaca, tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia langsung pergi berjalan menuju ke kamar mandi,     

'Oh come on Chen.... Why ?..why can't you hold back yourself for a moment ??', Chen memegang kepalanya dengan kedua tangannya,     

Didalam kamar mandi,     

Anita langsung menangis tersedu, suara tangisnya yang lirih bercampur dengan gemericik air yang mengguyur tubuhnya, ia yakin Chen tidak mungkin bisa mendengarnya, tapi seandainya mendengarnya pun, ia yakin, Chen juga tidak peduli,     

Anita membersihkan bagian intimnya dengan bodywash hingga bersih, ia menggosok seluruh tubuhnya dengan perasaan marah dan terhina, ia ingin membersihkan sisa-sisa percintaannya dengan Chen sebersih mungkin,     

Saat ia keluar dari kamar mandi, ia melihat Chen masih berada dikamarnya, Pria itu sedang menelfon, tampaknya panggilan itu adalah urusan pekerjaan, Chen memberikan beberapa instruksi dengan serius, ucapannya terdengar lugas, tidak kenal kompromi, sekilas Anita melihat bentuk garis tegas diwajah Chen, bibir tipis, hidung mancung, dan mata elang yang tajam, seluruh tubuhnya seperti penuh dengan jiwa ganas nan sombong,     

Chen diam-diam melirik kearah Anita, ia melihat mata Anita yang tampak memerah dan bengkak,     

Chen bangkit dan mengenakan jasnya, ia mengancing kancing hitam pada jasnya lalu berjalan pergi keluar kamar, "Tunggu sebentar, " Chen langsung berhenti, Anita dapat merasakan sepasang mata yang dingin dan ganas menatapnya dengan tajam, dan tiba-tiba ia merasa gentar, nyalinya kembali menciut, tapi ia mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara, "Apa aku boleh bertemu mamah ?",     

Chen tidak mengatakan apapun, ia hanya menatap Anita dengan kesal, lalu pergi dengan tidak menjawab sepatah katapun,     

Tidak tahu Chen setuju atau tidak, tapi Anita ingat, selama ini Chen tidak pernah melarang apapun yang dilakukannya, apalagi jika ia ingin bertemu mamahnya, ia tidak pernah menghalanginya sama sekali, Anita memukul jidatnya sendiri, kenapa ia baru sadar hal itu sekarang ?,     

Sebenarnya tidak masalah jika ia menelfon mamah atau pergi keluar rumah, Chen tidak pernah melarangnya, Chen hanya galak dimulut saja,     

Setelah Chen pergi,     

Anita menyuruh sopir untuk mengantarnya ke rumah sakit, untuk dinas praktek seperti biasanya, hari ini adalah hari terakhir ia dinas di unit Anak, karena mulai hari senin depan ia akan rotasi di bagian interna, dengan tempat praktek di rumah sakit berbeda, tentu saja ini akan membuatnya tidak dapat bertemu dengan sirena lagi,     

Tapi ia tidak memikirkan itu lagi, karena setelah ia pikirkan lebih dalam, ia memutuskan untuk tidak akan menghubungi sirena seperti janjinya semula, ia merasa tidak yakin dengan informasi yang dikatakan sirena, banyak yang tidak singkron dan tidak masuk di-akalnya, bagaimana mungkin ia memiliki suami lainnya selain Chen ?, sementara jelas-jelas ia kini berstatus sebagai isteri sah Chen, bukankah itu sangat mustahil ?, tidak mungkin dirinya melakukan poliandri !, ia yakin mamahnya juga pasti akan langsung membunuhnya jika ia berani melakukan perbuatan memalukan itu !!,     

Sepulang dari rumah sakit, ia pergi ke mall untuk membeli ponsel dan laptop baru,     

Chen tahu ia mengganti seluruh gadgetnya, dan ia tidak berkomentar sedikitpun,     

Dua minggu kemudian....     

Anita menyelesaikan dinas praktek dan ujian akhirnya dengan luar biasa, ia mendapat nilai akademik diatas rata-rata, salah satu professor cardiovascular memintanya untuk menjadi assistance-nya, dan tanpa berpikir ia langsung setuju dengan tawaran itu,     

Baginya, menjadi assistant dosen merupakan prestasi yang sangat prestigious, impian semua mahasiswa, apalagi untuk mata kuliah cardiovascular yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, selain ia akan dapat berkomunikasi dengan professor Jim secara pribadi, ia juga mendapatkan hak privilege untuk dapat berpartisipasi dalam operasi bedah Jantung bersama professor Jim, ia akan melihat sendiri proses pembedahan secara langsung, dan tentu saja ia sangat menunggu moment itu,     

Anita tersentak, mendengar suara derap sepatu memasuki serambi depan, ia sedang membaca buku tentang cardiovasculer sambil bersantai menikmati pemandangan villa mereka yang asri diteras belakang, ia tidak menyangka Chen pulang lebih awal, terlihat para pengawalnya memegang sebuah payung hitam untuknya agar tidak terkena rintikan hujan,     

Ketika ia memasuki pintu, tercium parfum khas miliknya yang masculin dan dingin,     

Chen melewati pintu pembatas kaca, Anita spontan menoleh, tatapan mereka bertemu, Chen membuang muka dan langsung naik kelantai dua kamar mereka,     

Makanan mereka telah tersaji di meja makan saat Chen turun dari lantai atas setelah mandi, sejuta pikiran terlintas dikepala Anita, mereka tidak berselisih akhir-akhir ini, dan secara tidak langsung mempertahankan keharmonisan juga, meskipun mereka tidur satu ranjang, tapi hampir tidak ada kontak fisik diantara mereka, mereka tidur dibagian ranjang mereka masing-masing, yang seolah diberi pembatas tak kasat mata,     

Setiap hari Chen akan bangun pada pukul tujuh pagi dan pergi menuju lantai bawah pada pukul 07 :10, setelah sarapan ia meninggalkan rumah pukul 07 : 30, kemudian ia akan pulang kerumah ketika malam tiba, terkadang saat ia pulang, Anita telah tertidur duluan, begitulah rutinitasnya setiap hari,     

Anita merasa tidak nafsu makan, sajian diatas meja makan dilengkapi rempah-rempah yang berlimpah, hal ini telah berlangsung cukup lama, Annie menyiapkan masakan sesuai arahan dari Chen, membuat ia merasa jengah, meskipun tidak dapat dipungkiri, bahwa ia kini jauh terlihat lebih baik, kulit tubuhnya terlihat semakin mulus bahkan pipinya terlihat lebih berwarna, yang membuatnya tampak lebih segar dan cerah,     

Tanpa Anita sadari, Chen terus mencuri pandang kearahnya saat ia sedang fokus makan, Chen melihat jelas bahwa Anita tampak menjadi lebih feminine dari tampilan sebelumnya yang terlihat lemah, dan sebuah senyum tersungging di ujung bibirnya,     

"Cepat masuk kekamar jika kau telah selesai ", ujar Chen sambil berlalu meninggalkan meja makan,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.