Shadow of Love

Sudah saatnya berbaikan lagi



Sudah saatnya berbaikan lagi

Tangan Anita yang sedang memegang sendok tampak gemetar, "Mama Annie, bantu aku tambahkan lagi", ia berusaha mengulur waktu, 'Apa ini berarti ia menginginkan bersamaku malam ini ?', Anita menjadi semakin gelisah, ia meruntuk diri, menyalahkan tubuhnya yang tidak subur, karena meskipun mereka telah bercinta berulang kali, nyatanya sampai detik ini ia belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan juga, dan setelah dua minggu ini mereka tidak berhubungan, apa ia berniat mencobanya lagi ?,     

Annie melihat tingkah gugup Anita dan menjawab pelan, "Ah, mengapa kau begitu takut pada tuan ?, dia tidak akan melahapmu, jangan bersikap keras kepala, sudah saatnya kalian saling berbaikan lagi",     

Anita tidak menanggapi ucapan mama Annie, pikirannya terus sibuk mencari jalan keluar,     

Anita melihat pintu kamarnya sedikit terbuka, tetapi ia tetap mengetuk pintu kamar sebelum masuk, ia melihat Chen tampak sedang membongkar dokumen-dokumen di meja kerja yang terletak disebelah pintu kaca yang sedikit terbuka, gelas yang setengahnya terisi wine terlihat di meja kecil disampingnya, Chen langsung mematikan rokoknya, menekann pada asbak kristal diatas meja ketika melihat Anita berjalan memasuki kamar, karena Anita akan terbatuk jika terpapar asap,     

"Kemarilah...",     

Anita mendekat,     

Chen langsung meletakkan kertas file yang dipegangnya diatas meja dan mendekap tubuh Anita dalam pelukannya, "Aku akan pergi ke New York untuk perjalanan bisnis besok, ikutlah denganku ",     

Anita merasa gugup, Chen tiba-tiba bersikap sangat intim dan mendudukkannya dipangkuannya, dengan bibir gemetar ia mencoba menjawab, "Kau pasti akan sibuk disana... bukankah le... lebih baik jika aku tidak ikut ?",     

Selama tiga tahun terakhir, diantara kekampus atau rumah, Anita jarang berinteraksi dengan dunia luar, dia masih mempunyai sedikit fobia pergi ketempat yang tidak familiar atau berbicara dengan orang yang tidak ia kenal, juga melihat pasang surutnya hubungannya dengan Chen akhir-akhir ini, ia sangat pesimis dan tidak dapat membayangkan hal menyenangkan saat pergi dengan Chen nanti,     

"Yakin kau tidak mau ikut ?", bisik Chen mesra, sambil sengaja mengeratkan pelukannya di pinggang Anita,     

Anita tidak ingin membuat Chen kecewa, namun ia benar-benar tidak ingin pergi, secara tidak sadar, ia menjawab dengan cara menawan, "Tidak.... aku akan menunggumu dirumah saja",     

Chen merasa puas dengan jawabban Anita, ia mencubit dagu Anita dan mencium bibirnya dengan lembut, saat rasa manis yang menyegarkan menariknya lebih dalam, chen kian tergoda menikmati ciuman panas itu, namun Anita mendadak berpaling, tatapan matanya tiba-tiba menangkap buku kecil berwarna hijau dibalik laci pertama meja kerja Chen, itu adalah passportnya !.... Chen ternyata menyimpannya disana....?     

"Kenapa ?, Apa kau masih marah ?, kau tidak mau melakukannya denganku lagi?", nada suara Chen turun sedingin suhu kamar, langsung menyadarkan Anita pada realita, membayangkan amarah dimatanya, Anita menggigit bibirnya, "B-bukan ....A-ku....",     

Ponsel Chen yang tergeletak diatas meja bergetar, Anita mencium pipi Chen dengan tipis, dan bangkit untuk mengambilkan ponsel itu     

Chen tersenyum kecil, ia menerima ponsel yang diberikan Anita, wajahnya yang teduh seolah mengisyaratkan ia telah memaafkan masalah mereka tadi, dan menganggapnya selesai,     

Anita memberi ruang pada Chen untuk menerima telfon,     

Chen tidak berniat menganggu tidur Anita, kala ia melihatnya tertidur lelap diranjangnya,     

Keesokan harinya, Chen meninggalkan rumah pagi-pagi sekali, begitu tidak mendapati bayangan Chen disisinya, Anita langsung bergegas menuju meja kerjanya, ia membuka laci pertama dan mengambil passport miliknya yang ternyata tersimpan rapi disana,     

Anita mencium buku kecil berwarna hijau itu dengan wajah bersinar,     

Dalam pikirannya kini hanya ada satu kata, "Pergi ke jakarta !!", ini adalah kesempatan emas untuknya, ia tahu Chen sudah pergi meninggalkan kota, dan bisa dipastikan, dalam perjalanan bisnis kali ini Chen akan pergi minimal hingga beberapa hari kedepan,     

Anita berhasil mengelabuhi para pengawal yang selalu mengawasinya, ia keluar dari kampus dengan mengenakan baju berbeda, ia sengaja menggunakan wig rambut pendek serta kaca mata berbingkai tebal,     

Anita akhirnya bisa pergi ke bandara dengan uber yang dipesannya lewat aplikasi online, ia sengaja membayar pembelian tiket pesawat dengan uang cash, yang ia dapatkan dari komisinya sebagai asisten dosen, ia juga sengaja meninggalkan ponsel dan laptopnya dikampus dan tidak ingin menggunakan kartu kreditnya, agar keberadaannya saat ini tidak langsung dapat dilacak oleh Chen,     

Anita naik pesawat menuju jakarta pada pukul sebelas siang, dan mendarat di Jakarta tepat pukul satu siang,     

Begitu kakinya menyentuh lantai bandara jakarta, ia merasakan keakraban yang sangat kuat, jantungnya seperti merasakan sesuatu sehingga mulai berdebar tanpa henti,     

Setelah menukar uang dollar miliknya dengan rupiah, ia naik taxi bandara,     

ia hanya mengandalkan instinctnya, saat membaca tulisan arah tujuan, instinctnya langsung menetapkan ia ingin ke arah jakarta pusat,     

Supir taxi mencoba mengajaknya berbincang ramah, Anita membalas dengan tersenyum saja, tatapan matanya terus menatap kearah jalanan yang dilaluinya, mobil mereka melintasi kawasan kuningan, melihat lalu lintas jalanan, hati Anita seperti ingin menangisi sesuatu.... mobil mereka terus berjalan kearah senopati, dan hatinya mendadak menjadi sangat gugup, ia merasa sangat familiar dengan seluruh jalanan ini, ia tahu, ia pasti pernah datang kesini sebelumnya, Anita sangat yakin itu.     

Papan diatas jalan raya bertuliskan "Menteng" berada tepat didepannya, lagi-lagi dengan instinctnya Anita mengarahkan supir taksi itu agar berjalan terus mengikuti petunjuknya, dan mereka masuk dipintu gerbang hunian elite,     

Anita turun didepan rumah mewah berpagar putih yang tinggi nan kokoh didepannya, matanya bergerak cepat mengawasi sekitarnya, sebelum tertuju pada sebuah pos penjaga disamping pagar, "Maaf nona, ada keperluan apa anda kemari ?", Seorang pria berseragam security putih dan biru bertanya padanya dari balik jendela kaca pos penjagaan,     

Anita juga merasa tidak mengerti, mengapa, nalurinya membimbingnya datang kerumah ini,     

Anita merasa gerah, udara diluar benar-benar sangat panas, ia spontan melepaskan kacamata dan wig dikepalanya, lalu menyimpannya dalam tas ranselnya,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.