Shadow of Love

Anda adalah nyonya kami



Anda adalah nyonya kami

0Udara jakarta terasa panas, membuat Anita tidak tahan untuk melepaskan penyamarannya, Anita mengusap keringat didahinya, sambil berusaha mencari botol air minum dalam tas ranselnya, tapi setelah mengobrak-abrik seluruh isi tasnya, ia tidak menemukan botol air minumnya, dengan ragu-ragu ia lalu berjalan mendekat kearah jendela pos penjagaan dan bertanya pada security yang sedang berjaga disana dengan suara parau, "Maaf pak ... apa saya boleh meminta sedikit air putihnya ?", Anita merasa sangat haus, karena ia terburu-buru tadi, membuatnya lupa membawa water bottle miliknya, yang kemungkinan tertinggal di locker kampusnya ,     

Security itu meletakkan barang yang sedang dipegangnya lalu berdiri tegak, saat ia mendengakkan wajahnya, akhirnya ia dapat melihat seperti apa wajah wanita yang sedang berbicara dengannya, dan seketika wajah security itu tampak memutih, ia membelalakan matanya menatap kearah Anita, "N-Nyonya... Nyonya Anita !!",     

"Bapak mengenal saya ?",     

"S-saya.. ? ..", security itu tampak tidak dapat berkata lebih banyak lagi, dengan wajah pucat pasi, ia langsung memencet remote untuk membuka pintu gerbang rumah, ia berlari keluar pos penjagaan dengan tubuh sempoyongan, ia berusaha keras menyeimbangkan diri dan menyambut Anita dengan tubuh gemetar, "M-maafkan saya Nyonya... saya benar-benar sudah lancang... saya sungguh tidak mengenali anda tadi... maafkan saya...", Security itu berusaha menjelaskan dengan terbata-bata,     

Anita tidak memiliki kesan apapun tentang security itu, tetapi hanya menatapnya dengan curiga, "Saya haus, bolehkah saya meminta segelas air ?",     

"Ohh tentu saja Nyonya.... silahkan Nyonya,... silahkan Nyonya masuk kedalam... Nyonya bisa minum di dalam rumah dengan nyaman",     

Security itu membimbing Anita untuk masuk kedalam rumah bersamanya, ia berjalan satu langkah didepannya, "Bik~ !! Nyonya Anita pulang !!", security itu sengaja berteriak dengan kencang, memberitahu kedatangan Anita pada kepala pelayan dirumah itu dengan berteriak lantang,     

Bibik sedang bersantai tidur siang dikamarnya, ia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan orang diluar kamar sana, tapi ia langsung bangkit, merasa terganggu dengan suara teriakkan keras itu, "Ada apa sih... ribut bener !", gumam bibik kesal, setelah membenahi pakaian dan rambutnya, ia keluar kamar dan berjalan menuju ke ruang makan, "Ada apa kalian ribut-ribut disini... bikin kaget saja ?",     

"N-Nyonya.... bikk....", seorang pelayan menjawab pertanyaan bibik sambil menatap kearah Anita yang sedang duduk dengan tenang dan meneguk segelas air dingin ditangannya,     

Bibik mengeryitkan keningnya, tatapan matanya mengikuti kearah tatapan pelayan itu, dan sontak ia langsung membelalakan matanya, seolah tidak mempercayai apa yang dilihatnya, "Ibuk ~.....",     

Anita menoleh kearah samping, "...",     

Bibik berjalan mendekati Anita, air matanya tiba-tiba mengalir deras, tubuhnya tampak sedikit bergoncang saat ia memberanikan diri memegangi kedua lengan Anita,     

Anita bangkit dari kursinya, ia menurut saja saat bibik memutar tubuhnya untuk memeriksanya, tangis bibik pecah, ia langsung mendekap tubuh Anita dan memeluknya erat, "Ibuk~.... ini benar-benar ibuk .. saya senang sekali melihat ibuk kembali, ...",     

".....",     

"Ibuk, kami benar-benar kehilangan ibuk, ... setiap hari bapak terus berusaha mencari ibuk di setiap sudut kota, ohh, ibuk dimana sebenarnya ibuk selama ini ?, bapak benar-benar mencemaskan ibuk siang dan malam.... ",     

"A-Aku ?....", Anita tidak tahu bagaimana menjawab semua pertanyaan bibik, sejujurnya ia sampai di rumah ini berkat instinctnya, dan ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan sesampainya di rumah ini, Anita tampak terdiam, berpikir sejenak, sebelum bertanya pada bibik meski tidak yakin, "Bisakah aku melihat-lihat rumah ini sebentar ?",     

"Kenapa ibuk bertanya begitu.... ini adalah rumah ibu sendiri. tentu saja ibu bisa melihat seluruh isi rumah ini tanpa harus meminta ijin pada saya",     

"Ini ?, ....rumahku ?....",     

Bibik menarik tangan Anita dengan lembut, membawanya berjalan menuju ruang utama untuk menerima tamu yang terletak didepan sana, Anita berjalan mengikuti bibik, tatapan matanya berpencar mengamati setiap sudut ruangan dengan seksama, interior rumah itu terlihat begitu mewah, dengan furniture berdesign classic ala eropa, sofa beludru megah berwarna abu-abu yang dilengkapi bantal beraneka ragam tampak menghias sudut ruangan, lampu crystal berkilauan nan megah tergantung menawan diatas langit-langit ruang tamu yang tinggi, menambah kesan luxurious rumah semakin megah, beberapa lukisan langka berwarna eksotis juga menghias di dinding ruangan,     

Bibik terus memperhatikan Anita dengan takjub, "Saya senang sekali melihat ibuk baik-baik saja, ini benar-benar seperti mimpi, tapi saya sungguh bersyukur ibuk ternyata hidup dengan baik...", Bibik mengusap air matanya dengan tissue putih ditangannya,     

"Apa kau yakin kau benar-benar mengenalku?",     

"Tentu saja buk ! ... anda adalah nyonya kami dirumah ini ",     

"Tapi aku tidak menginggatmu sedikitpun ", bibik tersenyum kecil, berusaha menenangkan Anita yang tampak kebingungan, "Tidak apa-apa buk, .... pelan-pelan saja, melihat ibuk sekarang berdiri disini saja, sudah suatu keajaiban besar, ini benar-benar anugrah luar biasa, dan bapak pasti akan sangat bahagia melihat ibuk kembali pulang.... Oiya !! saya akan menelfon bapak sebentar", bibik seolah langsung teringat pada tuannya itu,     

"Eh tunggu sebentar !!", Anita langsung menahan tangan bibik, ia masih merasa tidak yakin, "Kau tidak perlu menelfonnya sekarang",     

"Oh baiklah....", bibik memahami, mungkin nyonyanya itu masih butuh waktu untuk menenangkan diri dulu,     

"Apa kau punya fotoku dulu ?, aku ingin melihatnya ",     

Bibik terkesiap, "Tentu saja.... hanya saja, saya takut akan membuat ibuk merasa tidak nyaman, saya takut ibuk akan sedih lagi", tapi melihat wajah keras Anita, bibik tahu, Anita tidak ingin ia membantah ucapannya, bibik buru-buru berjalan menuju kearah rak buku berdesign classic dari bahan kayu yang menempel pada dinding ruang tamu itu,     

Anita berjalan membuntutinya,     

Bibik mengambil beberapa album foto dari deretan buku yang berbaris di rak paling bawah, dan memberikannya pada Anita, "Ibuk bisa melihat ini.... ini adalah koleksi foto pernikahan ibuk dan album yang ini adalah foto-foto pemotretan keluarga ",     

Anita mengambil album foto yang diberikan bibik padanya, dan melihatnya satu persatu, saat ia melihat wajahnya terpampang pada album foto itu, jantungnya terasa berdetak dengan kencang, ia melihat dirinya sedang berpose mesra, bibirnya tampak menempel mencium bibir pria tampan didepannya, Anita pasti sedang mengobrol dengan pria itu, karena meskipun bibir mereka saling menempel, ekspresi mereka berdua seolah-olah sedang membicarakan sesuatu, begitulah cara foto ini diambil oleh fotografernya,     

Anita membeku, ia merasa tidak asing dengan pria pasangannya itu, wajahnya terlihat mirip dengan pasien yang dirawatnya di unit IGD singapore kala itu,     

Anita menjadi semakin gelisah, ia membolak-balik album itu, dan sampai pada foto keluarga, Anita melihat foto dirinya yang sedang mengendong anak kecil yang tampak tertawa dengan riang, kedua tangan kecilnya memegangi wajahnya, sementara ada pria itu yang juga mencium pipinya hangat, mereka duduk disofa besar dengan background pemandangan sejuk pegunungan Switzerland,     

Anita tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini, tiba-tiba ia merasa berada dipusaran topan yang berputar cepat, ia seolah berdiri ditengah topan dengan foto-foto itu berada ditangannya , ia merasakan angin dasyat menerjangnya dari segala penjuru,     

Anita membuka mulutnya, ia menarik dan menghembuskan nafasnya dengan berat, bagai ikan yang terdampar ditepi kolam dan sedang berjuang keras untuk bernafas, tubuhnya tampak mengiggil, ia tidak dapat menyingkirkan rasa takut dihatinya,     

Dengan susah payah ia mencoba mempertahankan pegangan tangannya pada album foto yang hampir lepas,     

Ia merasa sekelilingnya terus berputar dengan cepat,     

Anita mencengkeram apapun yang bisa menopangnya, ia ingin keluar dari rumah ini secepatnya, dengan langkah terhuyung, ia berjalan kearah pintu keluar, wajah bibik tampak khawatir, ia terus mengikuti langkahnya dibelakang, ingin mendekat dan memeluknya, "Ibuk.... ibuk mau kemana ?",     

Anita tidak dapat mendengar lagi suara disekelilingnya, ia berjalan keluar sambil membentur banyak barang disana-sini, ia tampak berusaha keras untuk bernafas,     

"Ibuk... apa anda baik-baik saja ", bibik meraih lengannya, takut kalau Anita akan roboh ke lantai,     

Anita berhasil keluar ruangan, ia mendengakkan wajahnya keatas, menatap terik cahaya matahari diluar, seolah ia belum pernah melihat cahaya matahari yang begitu cerah, dia terus menatap cahaya terang itu sambil bernafas perlahan, keringat membasahi wajahnya, ia bisa merasakan tubuhnya terasa ringan, lalu tiba-tiba ia roboh kelantai halaman,     

Anita tidak merasakan nyeri ditubuhnya, yang bisa ia dengar hanyalah suara nafasnya sendiri yang berat dan suara sayup-sayup disekitarnya, Ada seseorang yang berteriak, "Ibuk.... apakah anda baik-baik saja ?, cepat panggil dokter sekarang juga !", Anita bisa mendengar suara panik orang disisinya itu tepat sebelum ia kehilangan kesadarannya,     

Setelah suara nafasnya melemah, Anita tidak bisa mendengar apapun, dan akhirnya dunia disekitarnya menjadi hening dan gelap,     

Seolah-olah ia menjalani mimpi yang sangat panjang....     

Ia sedang bercengkrama bersama seorang anak laki-laki yang sangat lucu nan tampan, anak lelaki itu tersenyum riang dan sengaja terus menciuminya, mereka sangat dekat, ia bahkan bisa merasakan detak jantungnya dalam dirinya, karena ia merasa anak lelaki itu adalah bagian dirinya, ia terus berceloteh riang menghibur kesedihannya,     

Tapi kemudian, anak lelaki itu berlari menjauh, hingga ia tidak bisa menemukannya lagi, Anita berlari mengejarnya, tiba-tiba angin bertiup dengan keras, ia melihat lantai putih yang dipijaknya retak, Anita berlari menghindari retakan demi retakan itu, menuju ke tempat anak lelaki itu berada,     

Saat berlari, ia mulai melihat ingatannya dari masa lalu, potongan-potongan kenangan yang memburai itu berputar mengelilinginya,     

Anita berhenti berlari, dan perlahan-lahan mulai mendapatkan ingatannya kembali, sepertinya ia akan menginggat apa yang terjadi di masa yang lalu, begitu ingatannya itu menyentuhnya, ia seperti sedang berenang di lautan luas, ia membentangkan kedua tangannya, wajahnya mendengak keatas, tubuhnya mengambang, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, terus bertahan agar tidak tenggelam,     

Dan perlahan mimpi-mimpi itu menampakkan wajah anak kecil itu dengan jelas.... membuatnya langsung mengerti, mengapa selama ini ia sering memimpikan anak lelaki kecil itu dalam tidurnya, "Oh Bryan sayang .... maafkan mommy.... mommy tidak bermagsud melupakanmu...",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.