Shadow of Love

Kamu dan Kenangan



Kamu dan Kenangan

0Kamu dan segala kenangan....     

Menyatu dalam waktu yang berjalan,     

Dan aku kini sendirian,     

Menatap dirimu hanya bayangan...     

.     

Tak ada yang lebih pedih,     

Daripada kehilangan dirimu     

Cintaku tak mungkin beralih     

Sampai mati hanya cinta padamu ~...     

.     

.     

Song. Kamu dan Kenangan     

By. Shanna Shannon     

.     

.     

Anita memeluk pusara Bryan sambil menangis terisak, "Bryan sayang, maafkan mommy karena baru sekarang bisa menjengukmu .. mommy benar-benar minta maaf, mommy tidak bermagsud melupakanmu nak...", Anita membelai gundukan tanah yang telah ditumbuhi rumput jepang yang hijau itu begitu erat, "Mommy sekarang mengerti, kenapa Bryan selalu datang dalam mimpi mommy setiap hari, ... itu karena Bryan juga rindu sama mommy khan ?, mom tahu.... Bryan sayang sama mommy dan tidak ingin mommy melupakan Bryan khan ?."     

Mendengar pengakuan polos Anita, Hati Hans bergetar, ia menatap nisan puteranya penuh haru, seolah menyadari bahwa Bryan-lah yang telah menyiapkan kejutan ini untuknya, 'Terima-kasih sayang, dad tahu, kamu yang telah membimbing mom pulang, membawa mommy kembali kesisi daddy lagi ... tahukah sayang, mom and dad sangat beruntung memilikimu nak...,' Hans buru-buru mengusap titik air matanya yang jatuh, tidak ingin Anita melihatnya menangis,     

"Sampai kapanpun kau adalah putra mommy yang paling berharga, mom mencintaimu selamanya nak.... kau adalah darah daging mommy, tidak mungkin mom melupakanmu, terima-kasih karena telah hadir dalam hidup mommy, terima-kasih karena telah hadir dalam mimpi-mimpi mommy selama ini, mimpi bertemu denganmu setidaknya bisa mengobati rasa rindu mommy padamu." Anita kembali memeluk gundukan tanah dalam bingkai batu nisan itu lebih erat lagi, seolah tidak ingin melepaskannya selamanya, Hans membelai bahu Anita dengan lembut, karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menguatkannya, tapi ia melihat hari beranjak gelap, matahari sore hampir tenggelam dengan sempurna, Hans berpikir akan sangat tidak nyaman berada di pemakaman pada malam hari, "Sayang, hari sebentar lagi malam, kita pulang sekarang yuk.... jika kamu masih rindu sama Bryan, besok pagi aku pasti akan mengantarmu lagi kesini yahh...",     

Hans mencoba berbicara sambil menarik tubuh Anita, agar melepaskan pelukannya pada makam putera mereka, Anita mendengak keatas, "Tapi kasian Bryan .... dia sendirian disini...",     

"Tidak sayang, Tuhan telah menjaga putra kita disana dengan lebih baik, ... besok hari, kita bisa datang lagi kesini untuk menjenguknya yahh... yukk", Anita menatap kearah sekitarnya, pemakaman terlihat begitu senyap, dan cahaya matahari telah samar-samar menghilang dari atas langit, ia berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepalanya pelan, "Bryan sayang, mommy pulang dulu yah, hari sudah malam... mom janji, mulai sekarang mom akan sering-sering datang menjenguk Bryan disini yah... ",     

Setelah berpamitan dan memanjatkan doa, dengan berat hati Anita mengikuti langkah Hans yang menariknya pergi meninggalkan area pemakaman , tatapannya terus melihat kebelakang, hatinya merasa tidak rela meninggalkan puteranya sendirian disana, Hans mengenggam tangan Anita dengan erat, membimbing langkahnya keluar area pemakaman itu bersamanya,     

Hans membantu memasang sabuk pengaman pada Anita, Hans baru saja menghidupkan mesin mobil saat Anita menengok kearahnya dan berkata dengan suara tegas, "Tolong antar aku pulang ke rumah mamah ",     

Hans menatap Anita dengan wajah memelas, "Sa~yang ....",     

"Aku ingin pulang kerumah mamah ", tegas Anita lagi, seolah tidak mau mendengar penolakan,     

"Sayang, aku tahu kau sangat merindukan mamah, tapi aku mohon, beri kesempatan aku duluan yah.... kita harus bicara, banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu.... aku janji besok pagi aku pasti akan mengantarmu pulang menjenguk mamah yah...",     

"Tidak !, Kita akan berbicara dirumah mamah,"     

"Sayang, kita tidak akan bisa berbicara dengan bebas jika menginap dirumah mamah, ... kau tahu persis itu...",     

"Jadi kau keberatan ?, baiklah. kalau begitu aku akan pulang sendiri dengan taksi...",     

"Ple~ase...", Hans langsung menahan tangan Anita yang bersiap melepas sabuk pengamannya, ia menatap Anita dengan wajah memohon, Anita pura-pura tidak mengerti, ia menatap lurus kedepan, tetap menunjukkan wajah tegasnya,     

Hans tahu, ia tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaan Anita, ia tidak ingin membuat Anita lebih marah lagi, mereka baru saja bertemu, ia tidak ingin memulai perjumpaan mereka dengan pertengkaran, Hans menghela nafasnya, raut wajahnya terlihat letih, ia lalu membawa mobilnya melaju kearah utara,     

Suasana jalanan diluar sangat ramai, lalu lintas begitu padat, ini bertepatan dengan waktu pulang kerja, semua kendaraan seolah tumpah dijalanan, tetapi meskipun diluar begitu riuh, suasana dalam mobil sangat hening, hingga seolah suara nafas sendiripun bisa terdengar,     

Anita memiringkan kepalanya, menatap keluar jendela tanpa bersuara, pandangannya tidak terfokus, menatap pemandangan diluar mobil yang berjalan cepat, sebenarnya ia hanya mencari cara untuk menghindari tatapan Hans padanya, ia ingin secepatnya sampai dirumah, hatinya diliputi kekacauan, ia harus meminta penjelasan pada mamah tentang apa yang terjadi padanya dalam masa absentianya,     

Anita telah mendapatkan seluruh ingatannya, ia telah menginggat segala yang terjadi, bahkan ingatan masa kecilnya sekalipun, ia kini telah dapat menginggat semuanya,     

Tapi segalanya kini terasa sangat aneh, ia merasa bingung, Ia sadar betul statusnya kini adalah istri sah Reino Chen, ia ingat mereka telah menikah di catatan sipil singapore tiga tahun yang lalu, mereka telah menandatangani akta nikah dengan kekuatan hukum sah dihadapan negara, bahkan tadi malam, mereka masih tidur satu ranjang bersama, mereka tinggal bersama sebagai sepasang suami istri yang legal ...     

Anita memberanikan diri mencuri pandang kearah samping, diam-diam ia menatap wajah Hans yang tampak sedang fokus mengemudikan mobilnya, Hans tampak menatap jalanan didepannya dengan penuh konsentrasi,     

Anita menggaruk hidungnya yang tidak gatal, wajahnya tampak gelisah, ia sungguh tidak mengerti, kenapa Hans memperlakukannya seolah-olah ia masih berstatus istrinya ?,     

"Kalau kau berubah pikiran, aku bisa memutar arah didepan sana...", ucap Hans tiba-tiba, ia seperti tahu perasaan Anita yang sedang bimbang,     

Anita tersentak, ia langsung mengalihkan tatapannya kedepan, "T-tidak perlu.... aku hanya sedang memikirkan sesuatu ", jawabnya tergagap, ia meremas jari-jarinya dengan kuat,     

"Tidak usah berpikir terlalu berat, semuanya baik-baik saja, kau telah kembali pulang, tidak ada yang lebih penting dari itu", ucap Hans menenangkannya,     

Ucapan Hans terdengar lembut dan terasa menenangkan hati, tapi itu tidak membuatnya terkesan, Anita tersenyum sinis, ia tidak bodoh, sekarang ia telah mengingat segalanya, ia ingat apa yang dilakukan Hans pada menit terakhir ingatannya,     

"Ugh !", Anita menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, hatinya terasa nyeri dan perih, ia seolah merasakan kembali rasa sakit atas pengkhianatan suaminya kala itu,     

"Ada apa ?, apa kamu baik-baik saja, tubuhmu masih lemah, bagaimana kalau kita ke rumah sakit dulu ?",     

Anita menepis tangan Hans, "Tidak perlu !, cepat antar aku pulang, aku tidak ingin berlama-lama denganmu !!",     

"Sa~yang !",     

"Jangan pernah panggil aku sayang lagi !!, Itu sangat menjijikkan !", Amarah Anita bagai ingin meledak, ia menatap Hans dengan mata yang menyala, ia teringat kejadian saat memergoki suaminya bermesraan dengan Vanessa didepan toko bakery, meskipun bagi Hans kejadian itu telah berlalu empat tahun yang lalu, namun bagi Anita terasa seperti baru kemarin terjadi, dan luka di hatinya masih mengangga lebar,     

"Kenapa kau tiba-tiba marah ?, Apa salahku ?",     

"Dasar lelaki brengsek !!, Kau pikir aku buta ? kau pikir aku tidak ingat apa yang sudah kau lakukan padaku !!, kau bilang kau pergi ke Surabaya untuk mengurus bisnis, nyatanya kau malah asik berselingkuh di belakangku !!, Apa kau pikir aku bodoh !!, Kalau kau merasa Vaness lebih baik dariku, kenapa kau tidak nikahi saja dia, kenapa kau harus jadi pengecut yang menjijikkan !, cepat turunkan aku disini !!",     

Hans terkesiap, ia buru-buru menepikan mobilnya ke tepi jalan, "Cepat buka pintunya!!", Anita berusaha membuka pintu mobil Hans dengan paksa, tapi tetap tidak bisa,     

Hans sengaja mengunci pintu secara otomatis, tidak membiarkan Anita keluar dari mobil, merasa kesal karena usahanya sia-sia, Anita memukul kaca mobil dengan tangan kosong, "Sayang jangan marah, maafkan aku... sungguh maafkan aku ", Hans langsung merengkuh tubuh anita dan memeluknya erat, ia menahan kedua tangan Anita , tidak ingin Anita melukai tangannya sendiri,     

"Lepas !!",     

"Sayang Tenangkan dirimu dulu.....",     

"Kau tidak berhak menyentuhku, kau bukan suamiku lagi !!",     

"Sayang jangan berkata begitu.... aku sungguh menyesal, aku telah berubah, aku telah mendapatkan hukumanku, aku telah kehilangan mu dan anak kita, aku sudah hidup dalam kematian selama empat tahun ini... aku benar-benar menyesal.... maafkan aku",     

"Lepas !!, Kau pikir aku bodoh ?!, asal kau tahu, aku bukan keledai bodoh yang akan jatuh dalam lubang yang sama !, jadi jangan harap aku akan terharu dengan penyesalanmu itu !!", Anita memberontak, berusaha melepaskan pelukan Hans sekuat tenaga,     

"Sayang... jangan begitu .... kasihanilah aku, sampai kapan kau mau menghukumku, Bryan pasti akan sedih melihat kita terus bertengkar begini."     

"Jangan pernah berani menyebut namanya !! Kau yang membuatku jadi pembunuh anak-anak kita....", tangis Anita pecah seketika, ia memukul dada Hans sekenanya, "Asal kau tahu, kau yang membuatku kehilangan mbak fitri dan Bryan, juga bayi dalam perutku... kau benar-benar brengsek .....",     

"Sayang....", ucapan Anita langsung merubah ekspresi Hans sepenuhnya, wajahnya menjadi muram,     

Anita menarik lock pintu berulang kali, mencoba untuk keluar mobil, "Bagaimana caranya agar kau bisa memaafkanku ?",     

"Jangan pernah muncul didepanku selamanya !!",     

Hans membeku, ia menatap wajah keras Anita dengan kuyu, tidak dapat mengucapkan sepatah katapun, lalu..... bagaimana dengan hatiku ?, Hans menundukkan kepalanya kebawah, menyembunyikan air matanya, "Jadi, kau benar-benar tidak bisa memaafkanku,"     

"Aku telah menikah lagi.... apa itu masih kurang jelas ?!",     

Wajah Hans langsung mendengak keatas, tiba-tiba ia teringat dengan point penting itu, ia tidak bisa menerima pernyataan Anita, biar bagaimanapun pernikahan mereka belum selesai,     

"Tidak !! Aku tidak pernah mengucapkan satu kata talak-pun padamu, aku tidak pernah merasa menceraikanmu, bagaimana bisa kau menikah lagi tanpa itu, lelucon ini sungguh tidak lucu...",     

"Mamah telah menikahkan aku dengan pria lain tiga tahun yang lalu ... itu kenyataannya.",     

Hans menarik bahu Anita, ia menatap Anita dengan lurus, meyakinkan bahwa ia tidak salah mendengar ucapan Anita barusan, "Apa katamu ?!!",     

"Aku mengatakan yang sebenarnya....",    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.