Shadow of Love

Seharusnya menghabiskan harimu dikamar



Seharusnya menghabiskan harimu dikamar

0Hans melangkah masuk kedalam Bar mewah, yang termasuk salah satu tempat hiburan malam elite bergengsi di Jakarta milik sobat akrabnya Eric, sudah beberapa tahun terakhir ia tidak pernah menginjakkan kaki ketempat seperti ini, namun malam ini, ia merasa sudah berada di puncak frustrasinya, dan butuh pelampiasan segera, jadi ia memutuskan ingin minum alcohol untuk sekedar melepas segala beban hatinya,     

"Hei, what's up man !.. long time no see...",     

Hans membalas sapaan Eric dengan tersenyum dingin, wajahnya tampak muram, ia membalas adu kepalan tangan Eric dengan lesu, dua sahabat itu kemudian saling beradu kepalan tangan tanda persahabatan,     

Eric tampak menyambut sendiri kedatangan Hans didepan pintu masuk, ia ingin memastikan sobatnya itu tidak mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari petugas keamanan di lobby depan, karena Hans masuk tanpa reservasi sebelumnya, Hans hanya menghubunginya by phone satu jam sebelum kedatangan, padahal semua orang tahu, Bar milik Eric itu tidak dapat di reservasi mendadak, Bar miliknya super exclusive dan hanya menerima tamu dari kalangan kelas atas, bahkan untuk mendapatkan meja disana seseorang haruslah reservasi beberapa hari sebelumnya kecuali ia termasuk circle teman dekat dari Eric sendiri,     

Eric langsung membawa Hans ke barisan sofa ungu yang nyaman dipojok ruangan, dan segera setelah mereka duduk, pelayan anggur mendekat, membawa ember sampanye yang berisi dua botol vintage Pol Roger bertuliskan tahun 70-an,     

"Congrats bro.... tadi sore aku sempat chit-chat dengan sirena, ia bilang akhirnya kau menemukan istrimu kembali right... WOW ~ what's love story ... istrimu akhirnya pulang sendiri kerumah dan menemukan cinta sejatinya kembali, actually.... aku benar-benar amazed dengan perjalanan cintamu Hans, aku tidak mengira akan berakhir dengan Happy endings seperti ini, it's just to good to be true, but I'm really happy for you",     

Eric memberi ucapan selamat pada Hans dengan raut wajah exited,     

"...", Hans membalas dengan tersenyum sinis, penuh ironi, ia menyesap sampanye yang nikmat itu sambil memandang disekitarnya, 'Huh sayangnya cerita cinta itu hanya dongeng dalam film romance saja, semua hanya khayalan yang tidak mungkin terjadi dalam dunia nyata,'     

"Heiii, bukankah seharusnya kau menghabiskan harimu dikamar ?, lalu apa yang membawamu kesini...", Eric mencoba menghidupkan suasana, memancing perbincangan,     

"...", Hans tetap bungkam, tapi wajahnya tampak kian gelap, ia merasa terganggu dengan kata-kata Eric barusan, 'Jangankan menghabiskan hari dikamar, untuk sekedar berbicara dengannya saja sangat sulit, .....', Hans mengenggam gelas ditangannya dengan erat, seolah ingin menghancurkannya berkeping-keping, dengan raut wajah rumit, ia kembali menuang sampanye itu dalam gelasnya, mengisinya hingga penuh, lalu meneguknya dalam sekali teguk,     

"Hei hei hei watch out bro ... no need rush okay !! pelan-pelan saja minumnya...", Eric langsung menahan tangan Hans yang akan kembali menuang sampanye kedalam gelasnya, ia merasa cemas dengan cara minum Hans yang terburu-buru,     

Tapi Eric segera melepas gengaman tangannya, saat ia melihat Hans menatapnya tajam, seolah ingin mengajaknya duel, "Okay... fine... up to you... terserah lo saja ... ", Eric segera mengangkat kedua tangannya keatas, "Go on.... lanjutkan saja, it's none my business right ..",     

Usai berkata seperti itu, ia menggaruk kepalanya, 'Sebenarnya ada apa lagi dengan nih brandal !!, huh kenapa gak habis-habis sih drama-nya. merepotkan saja !!'     

Sambil menghisap rokoknya, Eric tampak mencermati raut wajah muram Hans, ia menyimpulkan, Hans sedang dalam suasana hati yang tidak baik, "Coba kau katakan padaku, apa masalahmu bro, mungkin aku bisa membantu ?"     

Hans tidak menjawab sepatah katapun, ia seolah menganggap Eric tidak ada, ia larut dalam pikirannya sendiri, dengan tangan yang mulai gemetar ia kembali menuang sampanye kedalam gelasnya lagi,     

Akhirnya Eric menyerah. ia malas untuk bicara lagi, ia menyibukkan diri dengan melihat smartphone miliknya, sementara tetap menemani Hans minum,     

Dua jam kemudian.....     

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, Eric mendapati Hans sudah terlihat sangat mabuk, sejak tadi Hans minum sampanye yang tersedia secara tidak terkendali, ia sampai tidak tahu, sohibnya itu sudah menghabiskan berapa botol sampanye,     

Melihat Hans tampak sudah tidak bergerak lagi, Eric segera memerintahkan pak Azka untuk mengantarnya pulang, Pak Azka adalah sopir pribadi kepercayaan Hans, yang telah bekerja padanya bertahun-tahun lamanya, "Antar tuan-mu pulang kerumah ....",     

"Baik tuan Eric, kalau begitu saya permisi sekarang, "     

Pak Azka memiringkan tubuhnya untuk membantu Hans berdiri, ia terlihat kesusahan saat memapah Hans berjalan keluar Bar,     

.     

.     

Akhirnya Pak Azka sampai juga membawa Hans pulang kerumah, ia lalu memapah tubuh Hans menuju kekamarnya di lantai atas, saat ia meletakkan tubuh Hans diatas ranjang, membuatnya bisa bernafas lega,     

Sejenak Pak Azka memandangi wajah kusut bossnya itu dengan iba, di lubuk hatinya ia merasa kasihan padanya, ia ikut merasakan kesedihan atas semua yang terjadi, ia juga menjadi saksi kebahagiaan dalam rumah mewah ini sebelumnya, melihat rona bahagia dalam keluarga yang terlihat sempurna,     

Tapi, Empat tahun yang lalu, semua kebahagiaan itu lenyap, berganti kesedihan dan ratapan,     

Pak Azka buru-buru mengusap air matanya, ia menyelimuti tubuh Hans dengan selimut putih dibawah kaki, dan berbalik badan meninggalkan kamar tersebut,     

.     

.     

Sambil memegang kepalanya yang terasa berputar-putar, Sirena membuka pintu kamar dan langsung membaringkan tubuhnya diranjang, ia tahu Hans tidak mungkin pulang kerumah malam ini, ia pasti sedang menikmati malam dengan Anita. jadi setelah selesai mengantar ibu therapy, ia sengaja me-time dengan menghabiskan satu botol wine di mini bar lantai bawah,     

Ia ingin mengucapkan selamat tinggal pada Hans, dengan tidur dikamar pribadinya untuk yang terakhir kali, ia ingin memeluk bantal tidurnya, seperti yang diam-diam ia lakukan akhir-akhir ini, untuk mengobati rasa patah hatinya, mumpung Hans tidak pulang kerumah malam ini, 'it's okay, ini tidak akan ketahuan, ... aku akan membereskan tempat tidurnya sebelum ia pulang',     

Kembalinya Anita tentu membuatnya merasa lega, ia ikut berbahagia untuk Hans, "Benar.... besok pagi aku akan mengucapkan selamat datang padanya.... aku harus bersikap baik padanya...", gumam sirena lirih, seolah berjanji pada dirinya sendiri dengan rencananya esok hari, ia lalu menekuk lututnya keatas, sambil memeluk tubuhnya sendiri, ia lalu mulai memejamkan mata dan tertidur dengan posisi seperti udang,.... ia terlihat menyedihkan,     

Tengah malam, Sirena merasakan kepalanya pusing, tubuhnya terasa sangat gerah akibat alcohol yang dikomsumsinya, dengan acak ia menendang selimut ditubuhnya, melepas bra yang terasa mengikat tubuhnya,     

Tapi saat ia kembali merebahkan diri, ia menyadari, bahwa ia barusan merasakan benda lain yang ia tendang selain selimut,     

Sirena langsung membuka matanya, ia menoleh kearah sampingnya, meskipun pandangannya masih buram, namun ia masih bisa melihat gambaran wajah yang tidak asing baginya,     

"Hans ~?", Sirena menggeser tubuhnya kedepan, mendekati sosok pria yang tampak tertidur lelap tepat disebelahnya, dengan setengah kesadarannya, matanya menyusuri wajah pria yang paling dikaguminya itu dengan seksama, ia memperhatikan detail wajah Hans, mulai dari mata, hidung, bibir dan alis wajahnya yang sempurna,     

Sirena mengucek matanya, memastikan apakah dirinya telah salah lihat ?, Tapi anehnya, berulang kali ia mengucek matanya, tapi Hans masih tetap berada didepannya,     

Sebenarnya sudah sejak lama ia selalu memimpikan tentang Hans, tetapi setiap bermimpi tentangnya, Hans selalu menunjukkan sikap dingin padanya, pria itu bagai sebuah mahakarya luarbiasa, yang tidak mungkin tergapai olehnya, dan mengingat mimpi-mimpinya itu, membangkitkan kesedihan yang terpendam dihatinya.....     

Sepertinya malam ini ia memimpikannya lagi, mungkin karena mabuk, ia jadi tidak bisa mengontrol perasaannya, sehingga Hans hadir dalam mimpinya lagi,     

Tapi sepertinya, dalam mimpinya kali ini Hans tidak terlihat dingin, wajahnya terlihat begitu hangat dan memikat,     

Perlahan-lahan sirena memberanikan diri mendekati wajah Hans, tatapannya terpaku pada ketampanan wajah pria itu, tanpa sadar tangannya menjulur kedepan dan spontan ia membelai wajah Hans didepannya , jemarinya membelai lembut alis tegas Hans, lalu menelusuri mata, hidung, pipi dan bibirnya, sirena menyentuh setiap detail wajah Hans dengan sangat hati-hati, bagaikan sedang menyentuh batu permata yang sangat berharga,     

Ia tidak tahu, apa karena dilubuk hatinya yang terdalam, ia masih sangat mendambakan Hans, hingga ia bisa merasakan mimpi ini seolah nyata adanya, hingga ia bisa merasakan kehangatan hembusan nafas Hans diwajahnya.... begitu hangat,     

Oh, betapa mimpi yang sangat indah.....     

Akhirnya kali ini ia dapat memimpikan Hans dengan sangat indah, hingga rasanya ia tidak ingin bangun,     

Merasa senang, Sirena menghembuskan nafasnya yang gugup dengan keras, menyapu wajah Hans yang tak berjarak dari wajahnya, dan tiba-tiba mata Hans terbuka, pupil matanya yang hitam menatapnya tajam,     

Tubuh sirena seolah menjadi beku,     

Mereka saling bertatapan penuh arti, dan aksi saling tatap itu seolah berhasil menghentikan perputaran waktu,     

Nafas mereka kian terdengar memburu, pandangan Hans terasa semakin dalam, Hans menghela nafasnya dan langsung meraih pinggang ramping sirena hingga bergeser masuk dalam pelukannya, detik selanjutnya mulut Hans langsung meraih bibir sirena dan menciumnya penuh hasrat,     

Sirena membelalakan matanya, seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi, 'Tunggu dulu.... apakah ini kenyataan....?', sirena dapat merasakan ciuman itu nyata... benar-benar nyata !!,     

'Oh Tuhan, terima-kasih sudah memberi mimpi indah ini padaku....'     

Sirena memejamkan kedua matanya, titik air mata meleleh jatuh membasahi bantal, ia tahu, ini hanyalah bunga tidur, tapi tetap saja ia ingin menyambut balasan cinta dari pria yang ia impikan itu dengan segenap jiwanya, ia lalu membalas ciuman Hans penuh suka cita, sambil melingkarkan kedua tangannya pada leher Hans dan memeluknya erat,    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.