Shadow of Love

Tidak seperti yang kau pikirkan



Tidak seperti yang kau pikirkan

0Anita membuka sebuah aplikasi chatting yang sudah lama tidak digunakannya, begitu ia membuka inbox, ia menemukan ada 1000++ notifikasi pesan masuk dari teman, saudara, om, tante dan handai taulan lainnya, maklum ia sudah tidak menggunakan nomor telfonnya itu sejak empat tahun yang lalu, jadi notifikasi pesan menumpuk, beruntung mamahnya tetap maintain pembayaran fee nomor telfonnya setiap bulan, jadi ia kini masih bisa menggunakan nomor telfon lamanya lagi,     

"Hans .... aku sudah datang ke makam Bryan, jadi kau tidak perlu menjemputku kerumah", tulis Anita, ia mengirim pesan singkat ke nomor whatsaap milik Hans, Anita juga menyertakan foto pusara Bryan dengan rangkaian bunga segar yang baru ditaburnya diatas makam,     

Setelah perbincangannya dengan mamah semalam, akhirnya ia dan mamah mencapai satu kesepakatan, mamah berjanji padanya, akan membiarkannya membuat keputusan sendiri dalam hidupnya, termasuk menentukan sendiri nasib pernikahannya dengan Chen, tapi sebagai kompensasinya, Anita menyanggupi keinginan mamah agar ia menyelesaikan studi dokternya yang hanya tinggal selangkah lagi, mamah tidak ingin ia terus terpuruk, dan menyerah pada cita-citanya lagi,     

Mamah berjanji akan membantunya mengendalikan situasi agar Hans dan Chen tidak menganggunya dalam proses penyelesaian studinya, mamah akan turun langsung mengatur agar Chen dan Hans tidak menemui dan menganggunya sementara waktu ini,     

Setelah puas bercengkrama di makam Bryan, Anita membawa mobilnya menuju ke menteng, ia ingin melihat kembali kamar puteranya disana, membereskan barang-barang dan mainan milik Bryan dulu, sekedar menghapus kerinduan hatinya, ia berencana untuk mendonasikan semua pakaian, mainan dan seluruh barang-barang milik Bryan untuk anak-anak di panti asuhan,     

Anita yakin, pada jam begini Hans pasti sudah berangkat ke kantor,     

"S-selamat pagi ibuk....", sambut bibik dengan wajah terkejut, ia tidak menyangka dengan kedatangan Anita yang tiba-tiba, "Ibuk tampak sangat kurus.... ibuk pasti tidak makan dengan baik khan....?",     

"Ahh bibik, Saya baik-baik saja bik... jangan khawatir....", Anita membalas pelukan hangat bibik padanya, bibik menepuk bahu Anita dengan penuh rasa sayang,     

"Mana mungkin baik-baik saja, lihat saja tangan ibuk ini.... cuma tinggal tulang begini.... jangan khawatir, mulai sekarang bibik akan merawat ibu lagi, bibik akan masak makanan enak setiap hari, Ayok ikut bibik ke dapur sekarang, bibik akan buatkan masakan favorite kesukaan ibuk yah...",     

Anita tersenyum kecil, ia mengenggam tangan bibik erat, berterima kasih atas kehangatan sambutannya, "Tidak perlu bik.... terima-kasih banyak atas kebaikan bibik, nita beneran udah kenyang, sebelum datang ke sini nita udah sarapan kok"     

"Tapi, ibuk pernah bilang, tidak ada yang bisa menandingi masakan bibik bukan ?,"     

"Iya bik.... masakan bibik tetap yang terbaik kok, hanya nita beneran sudah kenyang bik,... serius !" Anita mengusap bahu bibik, sambil memperlihatkan wajah penolakannya, ia benar-benar masih merasa kenyang, "Baiklah kalau begitu....", jawab bibik pasrah,     

"Oiya, nita mau kekamar Bryan dulu yah bik, nita mau lihat-lihat sebentar....",     

"Oh tentu saja buk... silahkan....", bibik mengikuti langkah Anita dibelakangnya,     

.     

.     

Sirena terbangun dalam keadaan kepala yang masih terasa sakit, ia memicingkan matanya, melihat matahari tampak bersinar terang dari balik Vitrase horden berwarna putih tipis yang berada ujung kamar, ia yakin , dirinya pasti telat bangun lagi, Sirena mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha bangkit dari tidurnya, namun, baru juga ia berhasil mengangkat kepalanya saja, perutnya tiba-tiba terasa sangat mual, Sirena sontak mengerang kesakitan, dan langsung memutuskan untuk berbaring kembali,     

Saat ia menjatuhkan tangannya, tiba-tiba ia merasa menyentuh sesuatu yang hangat, sontak ia menoleh kearah sampingnya, 'W-What the ....?!!!!' wajah sirena seketika membeku, matanya membola lebar, menatap sosok lelaki yang sangat tidak asing itu dengan wajah tidak percaya,     

'Berarti.... kejadian tadi malam adalah real ?!,'     

Mata sirena lalu menatap kesekitarnya, dilihatnya ranjang tidur yang ditempatinya kini tampak sangat berantakan, beberapa potongan baju dan underwear berserakan dilantai, 'Huh mampus ! bagaimana ini,...", Sirena menggigit bibirnya dengan kuat, ia benar-benar bingung, tidak menyangka jika percintaannya dengan Hans semalam benar-benar nyata adanya,     

Sambil menahan sakit kepalanya, sirena perlahan-lahan turun dari ranjang, dengan tangan gemetar ia berusaha memungut pakaian miliknya yang berserakan di lantai, ia sebaiknya harus segera meninggalkan kamar ini !,     

Sambil berusaha mengenakan pakaiannya, tatapan mata sirena terus mengawasi Hans yang tampak masih tertidur lelap diranjang, ia berharap Hans jangan bangun dulu. ia tidak ingin Hans menyadari kejadian ini, dan hubungan baik yang telah ia bangun dengan susah payah selama ini menjadi retak karena incident ini,     

Sirena sudah cukup bahagia dengan kondisi hubungan mesranya bersama Hans dan ibu saat ini, setelah usahanya sekian lama, mereka akhirnya membuka hati untuknya, sekarang ibu mau menghabiskan waktu mengobrol hangat dengannya, juga menerima uluran tangan darinya, hal yang tidak mungkin terjadi di masa lalu,     

Ia tidak ingin Hans merasa terjebak dengan situasi mereka saat ini, ia menyadari cara kotor seperti ini tidak akan membuahkan hasil apapun, selain justru semakin menjauhkan dirinya dari Hans, Namun, tangannya yang gemetaran membuatnya memakan waktu lebih lama untuk mengenakan pakaiannya,     

Bagai maling yang takut ketahuan, Sirena berjalan dengan langkah pelan mengambil kedua high heels nya yang terdampar dipojok kamar dan memeganginya erat, tentu saja ia tidak akan mengenakan sepatu tingginya itu saat ini, ia tidak ingin menimbulkan suara berisik yang dapat membangunkan tidur Hans,     

Setelah mengalungkan tasnya melingkar dibahu, sambil bertelanjang kaki Sirena jalan berjinjit keluar kamar, namun baru saja ia akan membuka pintu, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar disusul suara panggilan dari bibik, "Tuan~ Apa anda sudah bangun ",     

'Duh gawat !!... bibik ngapain sih kesini ....?' Sirena sontak menatap kearah Hans dengan panik, ia memegangi dadanya kuat-kuat, jantungnya serasa mau copot, takut suara keras bibik membangunkan tidur Hans, dan akan membuatnya ketahuan telah tidur seranjang bersama semalam,     

Tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu lebih lanjut, Sirena melihat kesekitarnya, mencoba menemukan tempat untuk bersembunyi, matanya menangkap ide saat melihat celah besar dibawah meja kerja Hans, beruntung ia sudah memakai baju lengkapnya, ia ingin bersembunyi disana ,     

Namun akibat terlalu gugup, ketika ia hendak berlari, sebuah pakaian yang terjatuh dilantai menjerat kakinya, dan seketika tubuhnya pun terpeleset jatuh diatas tubuh Hans,     

Hans terkejut dan seketika membuka matanya, mereka saling menatap dengan kondisi tubuh Sirena menindih diatasnya,     

Bersamaan dengan itu, pintu kamar Hans terbuka, Anita masuk kedalam kamar diikuti bibik dibelakangnya, Anita tampak membeku ditempatnya, ia tidak menyangka jika Hans benar-benar masih berada dikamarnya,     

tadinya ia hanya ingin mengambil beberapa dokumen dan surat penting milik pribadi yang masih tersimpan dibrankas pribadinya dikamar itu,     

"N-nita...!!.", seru sirena gugup, ia langsung berdiri dengan tegap, dan merapikan rambut panjangnya yang tergerai berantakan, "N-nita ??", Hans spontan mengikuti pandangan Sirena kearah pintu kamar, dan mendapati tatapan Anita yang membeku menatapnya,     

"Oh maaf ....", Anita langsung membalikkan tubuhnya kebelakang, ia mendorong bibik untuk keluar bersamanya,     

"T-tunggu !! sayang tunggu sebentar, ini tidak seperti yang kau pikirkan ",     

Hans bangkit dari tidurnya, mencoba mengejar Anita, tapi kepalanya benar-benar terasa berat, ia langsung jatuh kembali ketempat tidur, dan tidak mampu mengangkat tubuhnya lagi, efek alcohol masih menguasai tubuhnya, kepalanya terasa berputar-putar tidak karuan,     

Sirena berdiri mematung ditempatnya, ia seolah tidak mampu menggerakkan tubuhnya lagi, tidak mampu membayangkan resiko bagaimana yang harus ditanggungnya pasca kejadian ini....     

"Why.... why.....??", Hans menangis meratapi diri, merasa putus asa dengan keadaannya... ia bahkan tidak mampu mengejar Anita, kondisinya kini benar-benar telanjang, kacau dan tidak berdaya,     

"Mengapa jadi begini....",     

Setelah penantian panjangnya selama ini, mengapa harus berakhir seperti ini, Hans meremas rambutnya dengan kuat, ia tidak menyangka segala usahanya hancur dalam sekejap mata...     

Semua menjadi sia-sia belaka....    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.