Shadow of Love

Aku akan mati jika kehilanganmu



Aku akan mati jika kehilanganmu

0Hans keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk putih ditangannya, dilihatnya bibik telah selesai merapikan tempat tidurnya , ia juga tampak telah menyiapkan satu mangkok soup hangat untuk meringankan hangover-nya, "Pak, jika bapak sudah selesai minum soup nya, sebaiknya segera turun, buk nita sudah lama menunggu bapak dibawah",     

"Hahh !! Nita masih dibawah ?? kenapa kau tidak mengatakan padaku dari tadi ?!!",     

"Tadi Keadaan bapak masih payah begitu... bagaimana saya bisa bilang... lagian, apa bapak mau menemui ibuk dengan kondisi kacau begitu ?",     

Benar juga, saat bangun tidur tadi ia mengalami muntah-muntah yang parah, ia harus berada satu jam di toilet untuk mengeluarkan isi perutnya, ia sangat mabuk semalam, ia ingat telah menghabiskan beberapa botol sampanye sendirian di Bar milik Eric,     

"Yaa udah, cepat keluar sekarang. aku mau ganti baju sekarang !",     

"Eh-hh jangan lupa, diminum dulu soup hangatnya pak... biar bapak merasa lebih baik",     

Dengan tidak sabar Hans mendorong tubuh bibik agar keluar dari kamarnya sesegera mungkin, "Iya ... Ihh, buruan keluar !, dasar bawel !",     

Tiba-tiba hati Hans merasa exited, jika Anita tetap mau menunggunya dibawah, itu adalah pertanda bagus untuknya, setidaknya Anita masih bersedia mendengarkan penjelasannya,     

Hans tentu menyadari dengan pasti apa yang terjadi semalam bersama sirena, mereka telah menghabiskan malam dan memadu cinta dengan panasnya, tidak bisa dipungkiri, itu membantunya merasa lebih baik, ia merasa lebih segar sekarang, benar juga, ternyata dengan mengeluarkan hasrat lelakinya membuat emosinya lebih stabil dan terkendali, biar bagaimanapun ia adalah lelaki normal, sudah lama ia tidak melakukannya, jadi dalam keadaan mabuknya semalam seolah merupakan moment dirinya menunjukkan sisi liarnya kembali, meskipun itu berarti ia telah mengkhianati Anita lagi,     

namun, dalam hal ini ia tidak bersalah,     

Entah ia dijebak siapa, ia tidak tahu, apa ini termasuk rencana Eric yang sengaja menjebaknya tidur dengan sirena seperti kejadian empat tahun yang lalu ?, atau ini murni kecelakaan saat mabuk saja?, yang jelas ia menolak mengakui jika ia melakukannya dengan sengaja.     

'Ahhh whatever.... aku akan membuat perhitungan dengannya nanti !' Hans tetap menyalahkan Eric sebagai biang dari incident ini,     

Selesai berganti baju dan minum soup hangatnya, Hans segera keluar kamar,     

Tapi wajahnya langsung muram, saat ia sampai di lantai bawah dan tidak mendapati Anita berada disana lagi,'Apa Nita sudah pulang ??, bukannya tadi bibik bilang ia menungguku ?', wajah Hans seketika berubah memerah, namun baru saja ia ingin berteriak memaki bibik yang tidak becus menahan Anita untuknya, ia segera mengatup bibirnya kembali, ketika sayup-sayup ia mendengar suara berisik dari dalam kamar Bryan,     

Dengan langkah gemetar Hans masuk kedalam kamar Bryan lalu menutup pintunya dengan perlahan,"Sayang ~.....apa yang sedang kau lakukan ?",     

Bibik ikut menoleh kebelakang, saat melihat kedatangan Hans kekamar, bibik seolah mengerti apa yang harus dilakukannya, ia segera mengkode dua pelayan lainnya untuk ikut keluar kamar bersamanya, memberi privacy agar tuannya dapat berbicara bebas dengan Anita,     

Anita terlihat selesai packing beberapa mainan dan baju-baju milik Bryan, ia menata dan memasukkan baju-baju kedalam kotak kardus dengan rapi, setelah penuh ia lalu menyusun tiga kardus yang telah disolatip itu dan menaruhnya di pinggir ruangan, "Aku akan mendonasikan mainan dan baju-baju Bryan untuk panti asuhan ....", jawab Anita tenang, ia lalu kembali duduk melantai dan meraih beberapa kardus yang terbuka lebar disebelahnya, Anita kemudian mulai merapikan baju-baju milik Bryan lainnya, untuk di masukkan kedalam kardus berikutnya,     

"A-apa kau yakin?", Mendengar suara parau Hans, Anita langsung menoleh kebelakang, ia menatap Hans dengan tatapan penuh kesedihan, kedua matanya tampak bengkak dan memerah, menggambarkan jelas jika ia habis menangis,     

Anita bungkam, ia seolah tidak sanggup menjawab pertanyaan simple dari Hans itu, 'Selamanya aku tidak akan pernah merasa yakin.... tapi aku harus melakukan ini... karena hidup harus tetap berjalan... sudah saatnya aku membiarkan Bryan merasa tenang disana...' perlahan-lahan Anita menganggukkan kepalanya sekali, pura-pura tegar, tapi detik selanjutnya, pertahanannya seolah jebol, ia kembali menangis terisak, memeluk baju milik Bryan ditangannya dengan erat,     

"Oh sayang ~... kau tidak perlu melakukannya sekarang, jika belum rela...", Hans tidak tahan melihat kesedihannya, ia langsung duduk menghampiri disampingnya, tanpa menunggu persetujuan Anita lagi, ia langsung meraih bahunya dan memeluknya erat,     

Anita merasakan hatinya menjadi kian rapuh, anehnya tangisnya justru semakin keras saat Hans mencoba menenangkannya, semakin Hans berusaha menghiburnya, hatinya semakin terasa sakit, ia merasa sangat hancur tak tertolong ... ia benar-benar merindukan puteranya itu hingga ketulangnya... dan perasaan tak terbalas ini sungguh menyakitkan....     

Hans membelai punggung Anita, membiarkan ia menumpahkan air matanya, "A-aku sangat merindukannya Hans~...", ratap Anita mengadu,     

"Aku tahu, ... aku tahu.....",     

Hanya Tuhan yang tahu, betapa ia juga sangat merindukan puteranya itu siang dan malam. dan tanpa Anita ketahui, sebenarnya ini adalah pertama kali untuknya, ia berani menginjakkan kakinya lagi kedalam kamar puteranya itu setelah empat tahun lamanya,     

Sejak kepergian Bryan, tidak sekalipun ia berani menginjakkan kakinya masuk kedalam kamarnya, biasanya jika ia merasa sangat rindu, ia hanya akan menatap pintu kamar Bryan sepanjang hari, sambil membayangkan puteranya itu sedang keluar masuk kedalam kamarnya , berlari dengan wajah cerianya, ia tahu, bibik selalu melakukan perawatan dan memastikan kebersihan kamar Bryan, membuat kamar itu selalu nyaman seperti saat ada puteranya tinggal disana,     

Hans tiba-tiba merasa sangat kehilangan, hatinya seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga, saat menatap kearah depannya, dilihatnya lemari kaca milik Bryan yang sebelumnya full terpajang koleksi-koleksi mainan favoritenya, kini telah menjadi kosong,     

Seluruh koleksi mainan puteranya itu kini tidak ada disana lagi,     

Tatapan matanya memencar pada tumpukan mainan disekitarnya, Ada beberapa mainan yang sangat familiar yang kini berada dalam kardus coklat disebelahnya, seolah siap untuk dipacking juga,     

"S-sayang ~, tapi ini khan mainan favorite Bryan, ...", Hans mengambil salah satu mobil- mobilan dalam tumpukan mainan didalam kardus yang masih terbuka itu,     

Ia ingat, itu adalah mobil-mobilan favorite Bryan, dulu saat ia bermain racing dengan Bryan, ia selalu memilih mobil itu sebagai kesayangannya, Bryan bahkan memberi nama khusus untuk mobilnya itu,     

"Sudah saatnya kita harus melepasnya Hans",     

Mata Hans tampak berkaca-kaca, ia mengambil mobil-mobilan itu dengan tangan bergetar, "Bagaimana jika Bryan marah... ia sangat menyukai mainan ini yank~...", Hans menatap kearah Anita penuh harap, agar Anita mengurungkan niatnya untuk mendonasikan semua barang milik puteranya itu, ia tidak rela melepas semua kenangan indah yang dimilikinya bersama putera kesayangannya itu,     

Tidak untuk saat ini....     

Anita memeluk pinggang Hans dengan erat, kini seolah keadaan berbalik, justru ia yang harus menghibur Hans, Anita tahu, biar bagaimanapun, semua tentang Bryan akan membuat hati mereka terhubung, Bryan seolah mengikat mereka untuk merasakan luka yang sama, mereka berdua memiliki rasa kehilangan yang sama, dan selamanya, mereka akan terikat dalam perasaan cinta pada putera mereka yang telah tiada itu. selamanya,     

"Tidak Hans~. Bryan justru akan merasa lebih senang lagi jika mainannya ini diberikan pada teman-temannya yang membutuhkan... dia anak yang baik, dia anak yang suka berbagi,... ", Anita mendengakkan wajah Hans keatas dan mengusap air matanya dengan lembut, "Sudah saatnya kita melepaskannya ... membiarkan ia tenang disana....", lanjut Anita menenangkan,     

Mereka saling bertatapan sambil berurai air mata,...     

Setelah sekian detik, akhirnya dengan berat hati Hans menganggukkan kepalanya, dengan pasrah ia menuruti ucapan Anita, lalu kembali menghambur dalam pelukan Anita lagi dan menagis terisak, "Tapi kau harus berjanji, kau tidak akan meninggalkanku lagi....", tegas Hans memohon,     

Dalam perasaan kalutnya, spontan Anita menganggukkan kepalanya berulang kali,     

"Aku sudah kehilangan Bryan, dan itu sangat menyakitkan.... aku bisa mati jika aku harus kehilanganmu lagi nitt~....",     

Hans mengeratkan pelukannya melingkar ditubuh Anita, seolah tidak ingin melepasnya lagi,     

Anita kembali menganggukkan kepalanya mengerti, membalas memeluk Hans dengan segenap jiwanya...     

Suasana dalam kamar Bryan kian mengharu biru, dua sosok pria wanita itu tampak saling terisak dan berpelukan dengan eratnya, mereka tampak saling menguatkan satu dengan lainnya, melepas rindu yang lama dipendamnya....    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.