Shadow of Love

Apa karena dia lebih kaya dariku ?



Apa karena dia lebih kaya dariku ?

0Dalam sekejap mata, Hans telah berhasil melucuti bagian atas baju Anita, Hans menghujani Anita dengan ciuman panas diseluruh wajahnya, gerakannya buas dan kasar, Anita merasakan bibirnya bagai remuk oleh ciuman beringas itu, Hans seolah tidak ingin memberi kesempatan padanya untuk menarik nafas, "Ugh ....", Wajah cantik Anita tampak memerah karena kekurangan oksigen, ia merasa tidak bisa bernafas, dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Hans yang menghimpitnya sangat kuat, namun usahanya itu bagai sia-sia belaka, dada pria didepannya itu sangat kokoh bagaikan dinding besi,     

Dan semakin lama ciuman Hans yang membara bergerak kebagian bawah tubuhnya, kedua lengan Hans menjepit tubuh Anita, memeluknya begitu erat, membuat Anita mustahil untuk meloloskan diri, "Hans !, please, jangan begini", seru Anita dengan nafas terengah-engah, kepanikan memenuhi dadanya, saat ia merasakan mulut Hans telah mulai meraih puting payudaranya, membuat setiap indra tubuhnya seolah bereaksi pada sentuhan magis pria itu, memicu hasrat liarnya menggebu-gebu,     

Anita memberontak dengan lemah, tubuhnya seolah telah kehabisan tenaga, dan ia hanya bisa menangis dalam diam,     

Namun ia tersentak kaget, ia hampir tidak bisa bernafas, saat merasakan sesuatu yang keras menggesek bagian perutnya yang telanjang,     

Anita memejamkan matanya dengan erat, nafasnya kian memburu, sambil berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah, dengan putus asa ia berkata dengan lirih, "Bahkan, aku sudah di titik ini-pun, kau masih sanggup menyakitiku,....",     

Hans tidak merespon ucapan Anita, ia hanya ingin menundukkan istrinya itu dengan caranya, dan memilikinya lagi seperti dulu kala....     

"Baiklah, jika memang ini yang kau mau, lakukanlah, lakukan semua sesukamu," ucap Anita dengan suara parau yang pilu, ia lalu memejamkan matanya erat, jika ini harus terjadi, just let it be.... Anita menggigit bibirnya dengan kuat...     

Diam-diam, Anita merasa kecewa, ia merasa frustrasi pada dirinya sendiri, sekarang segalanya tampak jelas , nyatanya pria yang sedang berada diatas tubuhnya kini masih mampu membuat ia bernafsu padanya,     

Hans benar, saat ini ia seolah hanya sedang berusaha membohongi diri saja, alih-alih ia memberi perlawanan sengit, padahal sebenarnya ia sedang berperang melawan dirinya sendiri.     

Ia menolak Hans lebih karena otaknya meresponse pada konsep 'Pernikahan yang sah diatas kertas', siapa yang berhak menyentuh tubuhnya adalah yang sah menjadi suaminya dihadapan hukum, meskipun kenyataannya hatinya tetaplah seorang munafik sejati, ia jatuh pada pesona Hans dengan mudahnya, menyadari betapa rapuhnya pendirian hatinya itu, Anita hanya bisa menangis terisak, pikirannya kosong, yang ada dikepalanya lenyap seketika,     

Bahkan, pasca kecelakaan tragis yang merenggut nyawa putera mereka, hingga membuat mereka akhirnya terpisah oleh keadaan, tapi ketika pria yang telah menyakitinya hingga ketulang itu muncul kembali didepannya, semua kebencian dan benteng pertahanan yang lama dibangunnya seketika runtuh ...     

Dirinya bagai langsung menyerah pada Hans seperti biasanya...     

Semuanya seolah sia-sia belaka...     

Tiba-tiba ponsel diatas meja bergetar terus menerus, Hans yang memang telah merasa terganggu dengan kata-kata Anita langsung menghentikan aksinya. wajahnya terlihat kesal, ia terpaksa melepas Anita dan menatapnya rumit, ia melihat air mata telah membanjiri wajah putih Anita, dengan tatapan dingin Hans mengangkat tubuhnya dan langsung menghentak pantatnya duduk ditepi ranjang,     

Tidak dapat dipungkiri, pemandangan menyedihkan Anita itu seolah langsung menenggelamkan gairahnya, dan Hans seolah menyadari, jika Anita bersungguh-sungguh. ia tidak bersedia bersamanya.     

Ponsel diatas meja terus bergetar,...     

Hans menatapnya dengan jengkel. dia lalu berdiri meninggalkan tempat tidur dan meraih ponsel itu, saat melihat nama Jenny pada layar ponselnya, wajahnya tampak semakin kalap, "Ada apa ?!", Hans menjawab panggilan telfon dengan suara menggelegar, seolah itu memang moment yang ditunggunya untuk melepas emosinya,     

Jennifer sontak terkejut, tapi detik selanjutnya ia merasa lega, bossnya itu akhirnya menjawab juga panggilan telfonnya, sebenarnya ia sudah menelfon Hans sejak jam sembilan pagi, namun tidak ada response, Jenny bahkan sempat mengira, apa mungkin bossnya itu sedang terdampar disuatu tempat terpencil dalam usaha pencariannya isterinya seperti biasanya, "Hehehe Selamat siang pak, maaf menganggu. saya ingin menginggatkan. hari ini bapak ada meeting di Thamrin. saya sudah nungguin bapak seharian ini, kira-kira jam berapa bapak akan datang ke sini ?",     

"Kau gila yah !! udah tahu ada meeting hari ini !, tapi kau baru menelfonku sekarang. telatt begok !, aku tanya kau. sudah berapa lama kau ikut denganku hah ?!. dasar tidak becus !, tindakanmu ini benar-benar seperti sekretaris amatir saja !. cepat. segera kau telfon Mr.Sam sekarang !, minta maaf sana !, katakan padanya jika aku sedang ada urusan yang tidak dapat ditinggalkan. kau atur lagi jadwal meeting dengannya lain kali !",     

Wajah Jenny auto shock. tidak menyangka dengan reaksi bossnya yang tiba-tiba ngegas,     

"Duh pak. saya sudah berusaha menghubungi bapak sejak jam sembilan tadi loh.... saya juga sudah menghubungi pengurus rumah untuk minta tolong disambungkan dengan bapak, tapi juga gak ada response .... lagian jika bapak memang ada urusan mendadak seperti ini, seharusnya bapak ngasih tahu minimal sejak pagi tadi dong pak. jangan asal main cancel dan reschedule seenakknya begini. ini benar-benar tindakan unprofessional !", balas Jenny sengit, membalas kemarahan Hans dengan argumentnya, ia tidak mau disalahkan dan dibentak seenakknya oleh bossnya itu,     

"Oh jadi kau sekarang sudah pandai melawan yah. mau dipecat kamu ?!, kalau gak becus bekerja. resign saja sekarang juga. aku tidak suka secretaries yang banyak complain sepertimu. kau kerjakan saja semua sesuai perintahku. jangan banyak cing-cong, atau kau tinggalkan pekerjaanmu itu sekarang juga. jelas !!",     

Jenny auto membeku, 'Ada apa sih nih kampret ?? marah-marah gak jelas banget. pasti lagi kesambet setan lagi ... huhhh sabar~.... sabar.....', Jenny diam-diam mengelus dadanya sendiri sambil mengatur nafasnya agar sabar, biar bagaimanapun, ia telah bekerja pada Hans belasan tahun lamanya, tentu ia telah mengenal kharakter Hans dengan baik, mereka telah melewati masa pasang-surut, terang- gelap bekerja bersama,     

Jenny menduga, saat ini bossnya mungkin sedang menghadapi hal yang membuat moodnya menjadi buruk, dan ia tahu, saat Hans bisa berpikir jernih nanti, ia pasti akan menyesali ucapannya dan minta maaf padanya seperti biasanya, jadi ia memutuskan untuk memahami, tidak ambil hati, dan memilih bersikap memaklumi sikapnya itu, "B-baik pak. saya akan lakukan sesuai perintah bapak sekarang juga." jawab Jenny patuh, ia lalu menutup telfonnya dan langsung menghempas nafasnya keras-keras, ia menatap kearah ponselnya dengan wajah jengkel sembari menggerutu kesal, "Huh dasar kampret gila !!, abis digigit anjing rabies lo ?? marah-marah gak jelas !".     

Setelah meleparkan ponselnya Hans melihat kebelakang dan menemukan Anita bersembunyi dibalik selimut, meringkuk menjauh darinya, ia seperti anak kecil yang takut dan bersembunyi dari orang asing yang menganggunya,     

Sikap Anita itu membuat Hans merasa sesak nafas, ia tidak menyangka Anita benar-benar sudah tidak menginginkannya lagi, wajah polos Anita tampak benar-benar ketakutan padanya,     

Hans meremas rambutnya dengan kuat, menyesali diri, mereka bahkan baru saja bertemu kembali, tapi ia telah membuat Anita merasakan trauma lagi, "Maafkan aku.... aku memang tidak berguna... kau tidak perlu ketakutan seperti itu... barusan aku benar-benar tidak dapat mengendalikan diri."     

Melihat Hans melunak, Anita buru-buru meraih kaos putih yang terdampar disebelahnya, "Aku tahu, sejak dulu kau memang tidak pernah bisa mengendalikan diri", balas Anita kesal, setelah mengenakan bra hitamnya, ia buru-buru mengenakan kaos putihnya lagi,     

Sebenarnya Hans masih dalam suasana penyesalan, tapi mendengar selorohan Anita, membuatnya tidak bisa menahan tawanya, ia terkekeh geli, "Kamu sihh... selalu memancing emosiku, kau khan tahu, aku paling tidak tahan jika kau abaikan...",     

"Iya. aku memang salah. aku tahu, apapun yang kuperbuat akan selalu salah dimatamu", jawab Anita tegas, dengan mimik wajah serius,     

Hans menghempas nafasnya dengan keras, ia tahu Anita masih marah padanya, "Jadi kau sudah menyerah padaku ?",     

"Bukan sepertinya. memang begitulah aku sekarang."     

"Apa karena dia lebih muda dariku ?, atau karena dia lebih kaya dariku ?", ujar Hans kecut, bibirnya melengkung tipis, tersenyum sinis, seolah sedang mencibir dirinya sendiri,     

Hans telah mengetahui latar belakang Chen, setelah pertemuan mereka dirumah Anita kemarin ia langsung mencari detail informasi tentangnya, dan sejujurnya ia merasa kecewa saat menemukan kenyataan jika Chen lebih segalanya daripada dirinya, di kalangan pengusaha sukses Asia, siapa yang tidak kenal dengan nama besar Reino Chen. ia bahkan masuk dalam jajaran 10 pria paling berpengaruh versi majalah terkenal international,     

merasa insecure dengan realita itu, Hans pergi menemui Eric untuk melepas emosinya dengan minum,     

"Apakah selama ini kau melihatku seperti itu ?,"     

"Jangan membalikkan pertanyaanku.! aku tidak suka."     

"Aku juga tidak suka kau menilaiku sepicik itu !!, aku pikir kau lebih lama mengenalku, kau lebih tahu bagaimana luar dalamku, tapi kau tega berkata seperti itu ",     

"Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak. jangan terus membantahku ",     

"Aku bukan isterimu lagi, kau tidak berhak memaksaku, terserah kau mau menilaiku seperti apa, aku tidak peduli. " jawab Anita menantang,     

Hans merasa sangat jengkel, ingin rasanya ia menaklukan isterinya itu, ia merasa marah pada pemberontakannya tapi dengan keadaannya yang baru sembuh begini, ia tidak cukup keji untuk memperkosanya, sambil menatapnya tajam, Hans dengan cepat masuk kekamar mandi dan menutup pintu. ia harus segera mandi air dingin. untuk meredakan emosinya,     

Melihat Hans pergi ke kamar mandi, Anita buru-buru kembali ke ruang wardrobe untuk mengambil tas Dior berisi barang-barang miliknya lalu keluar kamar dengan tergesa-gesa,     

Ia tidak memperdulikkan sapaan bibik yang menyuruhnya untuk makan siang bersama sebelum pergi, Anita hanya ingin segera meninggalkan rumah itu secepatnya, tapi sesuatu seolah menahan langkah kakinya,     

Anita menoleh kebelakang, ia menatap pintu kamar Bryan yang baru dilewatinya dengan wajah muram, 'Maafkan mommy nak, tapi... mom benar-benar tidak bisa bersama daddy lagi... '    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.