Shadow of Love

Jangan tinggalkan aku sendiri



Jangan tinggalkan aku sendiri

0Anita menoleh dan menangkap pandangan Chen. "Mengapa aku harus mempertimbangkanmu ?, hidupku saja belum menentu, aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya ",     

Bagai gayung bersambut, Chen langsung memanfaatkan kesempatan yang ada, "Kalau kau merasa seperti itu, mengapa tidak menatap disini saja bersamaku ?, aku akan menyiapkan segalanya untukmu, misalnya membuat sebuah klinik kesehatan private yang bisa kau kelola sendiri sesuai passionmu,.. bagaimana ?",     

'Huh Memang terdengar sangat menyenangkan, seandainya ia bisa membuka sebuah klinik khusus Anak dan merekrut beberapa dokter ahli, serta rekan-rekannya yang berintegritas untuk bergabung praktek bersama. sungguh sebuah tawaran yang menggiurkan !'. tapi Anita yakin, tidak ada yang gratis di dunia ini, pada akhirnya ia tetap harus membayar kebaikan Chen itu dengan apapun permintaannya. ia telah berhutang cukup banyak. dan ia tidak ingin menambahnya lagi.     

"Terima-kasih banyak atas tawarannya ... tapi, aku lebih suka berdiri dengan kakiku sendiri. aku akan membangun karirku perlahan, aku tahu semua butuh proses, aku akan merintis karir secara normal saja, sesuai kemampuanku, btw aku akan memasak spaghetti baru untukmu... kau pasti sangat lapar khan...", Anita tiba-tiba teringat jika Chen belum sempat makan apapun, spaghetti buatannya tadi tumpah dilantai,     

"Jika tidak merepotkanmu..." jawab Chen tegas, ia tidak berusaha menolak tawaran Anita, lagian selama ini ia tidak pernah makan sesuatu yang dimasak Anita khusus untuknya. rasanya menyenangkan. saat Anita menyadari kodratnya sebagai isterinya. memasak dan menyiapkan makanan untuknya.     

"Tidak sama sekali.... kau sudah membantu mengobati lukaku, itung-itung... ini sebagai balasan kebaikanmu...", jawab Anita ringan, enggan merasa bersalah,     

Anita lalu kembali kedapur dan mulai memasak spaghetti baru untuk Chen dengan bahan-bahan yang sama, yang tampak masih tergeletak dimeja dapur.     

Kali ini semuanya berjalan dengan lancar, Chen setia menunggu duduk dimeja makan, hingga Anita selesai memasak untuknya.     

"Bagaimana ?....", Anita duduk didepan Chen, menemani Chen menyantap spaghettinya,     

"Ini tidak buruk...", Sambil mengunyah makanannya, Chen tampak tersenyum manis dan melihat kearah Anita dengan wajah bersungguh-sungguh,     

Beberapa detik selanjutnya....     

Anita tidak tahu bahwa Chen saat ini sedang bersusah payah untuk menguatkan dirinya menghabiskan makanan yang berada diatas piringnya, ia benar-benar berusaha mengabaikan rasa spaghetti itu, ia tidak ingin membuat Anita kecewa. ia harus memberi kesan baik, agar isterinya itu tidak kapok untuk memasak lagi untuknya.     

Sial !, sepertinya sesuatu terjadi diluar prediksinya.     

Sekuat tenaga Chen menahan keinginannya untuk memuntahkan makanan itu, ia tampak memaksakan diri tersenyum dan menelan spaghetti itu hingga habis, 'Oh ini tidak mungkin. aku bisa mati jika terus memaksakan diri !!'     

Wajah Chen berubah semakin pucat, keringat dingin membasahi dahinya,     

"Apa kau tidak apa-apa ?" Anita tahu, ada sesuatu yang tidak beres,     

"Yaa..A..Aku baik-baik saja...",     

Anita tidak percaya, Chen terlihat sangat aneh, ia tampak tidak baik-baik saja, dengan cepat Anita segera merebut spaghetti dihadapannya dan mencicipi rasanya. 'Ini lumayan enak kok ??, apanya yang salah ?', gumam Anita tidak mengerti. 'Dasar lidah orang kaya !!, penuh drama. menjengkelkan !'.     

"Yank ~... sorry.... tapi aku pinjam toiletnya sebentar yah ...",     

Tanpa menunggu persetujuan Anita, Chen langsung berjalan dengan terburu-buru menuju ke toilet dikamar milik Anita.     

Anita hanya bisa menatapnya pergi dengan tidak mengerti. 'Omg seriously.... terus terang sekali. ia benar-benar tidak peduli dengan perasaanku lagi ..'     

Satu jam kemudian....     

Chen sudah bolak-balik kamar mandi selama enam kali. wajahnya tampak pucat pasi. ia terlihat lemas tidak bertenaga. Anita mengelap keringat dingin didahinya dengan lap hangat. Chen tampak sudah mengalami dehidrasi level pertama.     

Anita merasa bersalah. ia sempat meragukan sakit Chen dan diam-diam mengumpatnya,     

Ini tidak ada hubungannya dengan kebersihan dan caranya memasak. kesalahannya adalah seharusnya ia cari tahu dulu tentang makanan yang pantang dimakan oleh suaminya itu. sejujurnya ia sama sekali tidak tahu, jika Chen mempunyai intoleransi laktosa, saat ia menelfon bik vena dan memberi tahunya tentang apa yang terjadi, Anita baru tahu, jika ternyata Chen hanya dapat mengkomsumsi susu dan olahan keju dengan merk tertentu saja. itu karena tubuhnya kurang dalam menghasilkan enzim yang dibutuhkan untuk memecah dan mencerna gula dalam produk susu biasa. hingga membuatnya mengalami sakit perut dan diare hebat ketika mengonsumsi produk susu dan keju.     

Anita mencoba mengobatinya sendiri. ia memberi Chen obat penetral asam lambung dan mengoles perutnya dengan minyak kayu putih, ia juga memberinya larutan electrolyte untuk mencegah Chen mengalami dehidarasi lebih parah lagi, sembari beristirahat tidur diranjang miliknya Anita terus memantau keadaannya.     

"Che-en.... sebaiknya kau dirawat dirumah sakit saja. aku takut terjadi sesuatu padamu. aku akan mengantarmu sekarang yahh...",     

"Tidak perlu ... sttt. jangan ganggu aku... aku mau tidur sebentar....",     

Meskipun ini hanyalah gejala diare biasa, tapi Anita tidak ingin menyepelekannya. karena setiap orang memiliki imunitas berbeda-beda. Chen memiliki gaya hidup hygienic. ia strict pada masalah kebersihan. dan terlebih lagi ia tidak pernah melihat Chen dengan kondisi seperti ini sebelumnya, membuat Anita merasa cemas dengan resikonya, bagaimana jika tiba-tiba Chen mengalami shock dan koma ?. ini sangat berbahaya.     

"Jangan pergi ! Jangan tinggalkan aku sendiri ..." Chen langsung menangkap tangan anita, ketika menyadari Anita diam-diam bangkit dari sisinya.     

"Aku mau ke dapur sebentar, mengganti air hangat untukmu. aku segera kembali kok okay" Anita mengenggam tangan Chen dengan erat, untuk menenangkannya .     

Tapi entah apa yang dipikirkan chen. tiba-tiba dia justru menarik tangan Anita dengan kuat, Anita yang tidak siap auto terjatuh tepat diatas perutnya. Chen terlihat meringis kesakitan, tapi ia tetap enggan melepas pinggang Anita yang menindih tubuhnya.     

"Apaan sihh.... sakit khan !! usil sih. udah tahu lagi sakit, masih aja becanda..." ujar anita geram, ia segera bangkit dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Chen.     

"Abisnya kamu juga ! ... udah tahu aku lagi sakit, tapi ditinggalin terus dari tadi..." jawab chen membela diri, suaranya yang parau terdengar manja,     

"Ditinggalin bagaimana ?, aku cuma pergi kedapur saja ... aku khan sedang masak bubur buat kamu... "     

"Tetep aja ninggalin .... pakek lama lagi... dasar gak bertanggung jawab. udah bikin sakit perut. sekarang bikin sakit hati juga ..."balas Chen ketus, berlagak bagai orang paling terzolimi. ia tetap berkeras tidak melepas Anita dari atas tubuhnya,     

'Cihhh... jangan-jangan mabok electrolyte nih orang. lebay banget. Bryan aja dulu sakit juga gak selebay ini... yang maunya ditungguinn muluk macam anak bayi ....'     

"Udah.. kamu jangan manja .... kalau aku gak bertanggung jawab, aku pasti udah tinggalin kamu sejak tadi. .. kamu istirahat sekarang... nurut !. aku mengganti air hangat sebentar untukmu, cepat lepaskan pelukanmu .." ujar anita tegas, ia tampak kembali berusaha untuk bangkit dari atas tubuh chen, ia bergerak dengan hati-hati. takut membuatnya terluka. tapi belum juga ia dapat memindahkan tubuhnya keluar, Chen justru kembali memeluk tubuhnya dengan erat dan sengaja menariknya keatas ranjang bersamanya. "Che-en ??, apa yang kau lakukan ??", Anita melotot galak, sekonyong-konyong ia berusaha mengangkat tubuhnya. ia takut tubuhnya menindih perut Chen yang sakit. Pria ini benar-benar out of mind.     

Meskipun sedang sakit, nyatanya Chen dengan mudah menariknya keatas, tangan kuat Chen mengangkat tubuhnya bagaikan kapas yang tidak memiliki beban, Anita hanya bisa pasrah saat merasakan kedua kakinya terangkat keatas ranjang, membuat posisi tubuh mereka kini bertindihan sejajar.     

"Kau yah ... benar-benar !",     

"Biarkan aku memelukmu. aku merasa lebih baik dengan posisi begini.... aku merasa tidak sakit lagi,"     

Anita terdiam. ia tidak menolak sedikitpun. 'Sabar.... sabar... dia lagi sakit nitt... sabar~..', Anita menghela nafasnya dalam-dalam, berusaha menahan rasa kesalnya.     

Chen tampak memeluk Anita dengan erat, kedua lengannya menangkup tubuh Anita padanya, ia memejamkan matanya, menghirup aroma tubuh wanita diatasnya itu penuh penghayatan, 'Oh sayangku.. Aku sungguh merindukanmu.... aku sangat rindu memelukmu seperti ini....Aku rindu kamu yang bergantung padaku...aku merindukan isteriku yang selalu mengatakan sangat mencintaiku... Oh Tuhan, bukan aku tidak bahagia dia telah sembuh kembali ... tapi. bisakah KAU menolong ku untuk memiliki hatinya lagi.... kumohon....'     

Mereka saling berpelukan dalam diam. tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing...     

Suasana menjadi hening....     

Hanya terdengar suara nafas yang saling memburu, dengan bibir terkatup rapat, dua orang yang saling bertindihan itu kemudian saling bertatapan penuh arti...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.