Shadow of Love

Bukan seorang pembual



Bukan seorang pembual

0Anita memicingkan matanya, baginya kata-kata Chen itu terdengar lebih seperti ancaman daripada sebuah rayuan, penuh penekanan tegas yang memaksa. Anita merasakan sebuah perasaan penindasan yang kuat. tanpa sadar ia memundurkan wajahnya. meskipun itu sia-sia belaka karena semakin ia berusaha menghindar, Chen justru semakin mengeratkan pelukannya, ia lalu menatap pria itu dengan lehernya yang terasa kaku, "Beri aku sedikit waktu untuk memikirkannya ..."     

Chen dengan samar menaikkan alisnya dengan peringatan yang jelas terlihat, Anita merasa bergidik, ia tahu, Chen ingin agar ia mendengarkan ucapannya, "Jangan khawatir, aku akan memberimu waktu yang tak terbatas untuk memikirkan itu,... tapi dengan satu syarat. buang jauh segala keinginan untuk berpisah dariku !, tidak akan pernah ada perceraian diantara kita.... mengerti."     

"........",     

"Aku tahu, kau sangat terganggu dengan gap usia diantara kita, but, i can't do anything about it. ... aku tidak punya kekuatan untuk merubah fakta itu dan membuatmu merasa lebih baik, .... jadi, kau harus menyesuaikan diri dengan itu, bagiku umur hanya sebuah angka, nyatanya kau tampak selalu cantik dalam keadaan apapun. wajahmu tidak menggambarkan usia-mu sama sekali. bahkan jika kau membiarkan wajahmu polos tanpa make up, kau masih tampak seperti high school students when get along with me, ..."     

"Humph Dasar gombal ....",     

"No. I'm not lying, aku mengatakan yang sebenarnya, semua orang mengakui itu !, lagian bagiku masalah usia sama sekali tidak ada impactnya dengan hubungan kita.... iya khan,"     

".......", 'Huh this man is so dangerous !, diam-diam menghanyutkan. mulutnya benar-benar berbahaya,' Anita tampak tersipu malu, wajahnya memerah, ia mengapit bibirnya rapat-rapat, menahan senyumnya agar tidak mengembang, untuk sejenak ia merasakan hatinya bagai gerimis, terasa sejuk, ia juga wanita biasa, yang akan tersentuh jika mendengar kata pujian yang menghanyutkan,     

"Kumohon, Jangan meragukan kata-kataku lagi. aku sudah berusaha melakukan yang terbaik. aku bukanlah seorang pembual. dan aku tidak punya pengalaman merayu wanita sebelumnya. aku pikir, usahaku ini tidak begitu buruk khan...",     

"Seharusnya kau tidak perlu mengatakan itu, merusak suasana saja. hufft dasar !",     

Chen terhenyak, "Ohh benarkah ?, kalau begitu aku akan mencabut kata-kataku lagi, anggap saja kau tidak pernah mendengarnya",     

"Telat !!" jawab Anita dengan kesal,     

Raut wajah Chen tampak penuh penyesalan, "Ayolah. aku benar-benar tidak bermagsud merusak suasana",     

Melihat wajah memelas Chen, Anita merasa tidak berdaya, mereka kemudian saling bertatapan penuh arti, .... detik selanjutnya tawa riang pecah dari mulut keduanya....     

Chen menghembuskan nafasnya lega, bagai sedang membebaskan diri dari himpitan batu berat didadanya. hembusan nafasnya yang kasar menyapu wajah anita yang masih berbaring tepat diatasnya.     

Suasana diantara merekapun menjadi lebih rileks dari sebelumnya,     

"Chen,... sebenarnya alasanku ingin berpisah darimu, bukan hanya karena masalah perbedaan usia kita. tapi ini tentang konflik internal dalam diriku sendiri". Anita melihat celah, dan ini adalah kesempatan bagus baginya untuk menjelaskan isi hatinya,     

"Aku tidak buta, aku bisa melihat ketulusanmu padaku, and honestly I'm so grateful to have you in my life right now, Aku tidak bisa membayangkan bagaimana diriku sekarang ini jika tidak bersamamu,....Chen, aku sungguh sangat berterima kasih padamu, aku tahu kau sudah berkorban banyak untukku, kau juga membuatku percaya bahwa ketulusan cinta itu masih ada, tapi. maafkan aku ... jika aku tetap dengan ke-egoisanku, untuk memprioritaskan mencintai diriku sendiri dulu daripada kamu....",     

"It's okay. I understand. kalau begitu, aku akan menunggu hingga kau selesai dengan dirimu sendiri, bagaimana ?", jawab Chen penuh pengertian,     

Anita menatap Chen hopeless, "Tidak. bukan ini yang kumagsud. you know.. you're absolutely deserve better Chen.. look at me. I'm just worthless and nothing. kamu berhak mendapatkan yang lebih segalanya dariku,"     

"Hanya aku yang berhak memutuskan siapa yang pantas dan tidak pantas bersamaku. tidak ada seorangpun yang berhak mengatur perasaanku. termasuk kamu !.... if I willing to do anything for you ... that's meant you deserve for me. kita sama-sama manusia. punya human rights yang sama. berhak untuk mencintai siapapun yang kita inginkan, case closed ! And no one can intervene my choice. you got it !!", ucap Chen tegas, sambil memukul ujung hidung Anita dengan jarinya,     

"Huh whatever !!,"Anita enggan berdebat lagi,'He always forces me to do things, what else he can do besides using forces ?',     

"... kau harus minum lagi sekarang, untuk mencegah agar tidak dehidrasi", Anita melirik kearah gelas minuman Chen diatas meja disamping tempat tidur mereka yang tampak masih penuh.     

Mereka sudah berbicara sekian lama, sudah saatnya untuk chen minum lagi untuk mempercepat pemulihan sakitnya,     

Anita akhirnya bisa melepaskan diri, tapi baru selangkah ia meninggalkan tepi ranjang, tiba-tiba langkahnya terhenti, Chen berhasil menangkap satu tangannya,"Kau mau kemana. apa kau tidak lihat. aku masih sakit ?." protes Chen tegas,     

"Iya.... aku tahu. Aku hanya pergi kedapur sebentar, mau lihat buburnya sudah matang atau belum, aku tadi memasak buburnya dengan api kecil, mungkin sekarang airnya sudah habis ..."     

"Kau harus cepet balik yah..."     

"Iya. Iya. gak sampai lima menit kok, aku janji ...", Chen mengenggam tangan Anita dengan flexible , tapi ketika Anita berusaha menariknya, Chen seperti menahannya, mengusahakan agar tangan Anita tetap disana,     

"Tapi lima menit itu sangat lama, aku merasa kesepian sendirian disini, ... bagaimana kalau tiga menit saja ?!", Chen berusaha menawar dengan manja,     

Anita mencoba bersabar, jelas sikap yang ditunjukkan Chen saat ini sangat tidak mencerminkan kharakternya 'Udah tua masih kolokan, apa gak malu sama umur?', Anita mengatur nafasnya, mencoba mengalah, ia lalu menganggukkan kepalanya pasrah. tidak mendebat sedikitpun, "B-Baiklah... deal !, tiga menit, aku akan segera kembali dalam tiga menit. okay",     

"Okay.....", Akhirnya Chen melepaskan tangan Anita dengan hati terpaksa,"Ingat. hanya tiga menit saja. tidak lebih...."     

"Aku tahu." Anita tampak speechless, sambil berjalan menuju ke dapur, sesekali kepalanya menoleh kearah belakang, menatap pintu kamarnya dengan suspicious, "Ada apasih dengannya hari ini ?? perasaan yang bermasalah adalah perutnya... tapi kenapa sepertinya konsletnya hingga ke otak yah ??",     

.     

.     

Anita tampak memasukkan kaldu dan irisan daging ayam yang dipotong kecil kedalam adonan bubur putih itu, ia terlalu fokus dengan masakannya, hingga tidak menyadari kalau Chen sudah berdiri dibelakangnya, menyusulnya kedapur.     

Anita terkejut , tiba-tiba tangan kekar Chen memeluk pinggangnya dari belakang,     

Anita menoleh, "Kenapa kau keluar kamar ?? aku sudah hampir selesai ",     

"Ini sudah lebih dari tiga menit....", protes Chen tegas seraya menyandarkan dagunya dibahu kanan Anita. kedua tangannya tampak memeluk pinggang Anita dengan erat,     

"Huh sabar dikit kenapa sihh.... masak bubur khan emang lama",     

"Hmm tetap saja, kau sudah ingkar janji... Harum banget.....", Chen mengendus-endus aroma bubur, dan ia merasa lapar.     

"Kamu duduk dulu disana. sebentar lagi buburnya matang. aku akan segera selesai okay",     

Chen menganggukkan kepalanya, ia lalu duduk dimeja makan dapur sambil menunggu Anita selesai masak untuknya.     

Anita lalu menyajikan satu mangkok bubur buatannya untuk disantap chen. Chen membuka mulutnya dan memakan bubur itu. rasanya sangat lezat. Chen merasa ragu pada awalnya. ia sedikit was-was, apakah bubur ini juga akan memberinya rasa sakit lagi, diam-diam ia merasa sedikit trauma dengan masakan Anita. tetapi setelah memakan beberapa suap dia merasa tidak bisa berhenti.     

Ia semakin merasa lapar...     

Chen benar-benar menghabiskan satu mangkok bubur itu hingga ludes. sambil menghadapi tatapan aneh Anita, dengan samar ia berkata, "Ini makan pagi, siang dan malamku." jelas Chen dengan tatapan awkward, karena merasa sangat lapar, ia seolah kelepasan, membuatnya lupa menjaga images, ia tidak ingin Anita menganggapnya pria rakus,     

Anita langsung tersadar, "Oh , aku tahu... apa kau ingin tambah lagi ?",     

"Tidak. ini sudah cukup. aku merasa full sekarang...", jawab Chen tenang, penuh wibawa,     

"Baiklah....", Anita mengambil mangkok bekas makan Chen dan membawanya ke tempat cuci piring, Anita bahkan tidak peduli dengan kesan yang ingin ditinggalkan Chen,     

Sambil membereskan peralatan masaknya, Anita berkata dengan santai, "... em-m tampaknya kau sudah terlihat lebih baik sekarang. kalau begitu aku akan menelfon asistenmu untuk menjemputmu pulang yah...",     

Chen menatap Anita dengan kesal,     

Suasana tiba-tiba berubah menjadi tegang lagi ....     

Chen lalu membawa gelas kotor bekas minumnya dan berjalan mendekati Anita. sepasang mata coklat muda yang licik itu menatap Anita dan berkata. "Aku akan tidur disini malam ini !",     

"Tapi aku harus terbang keJakarta besok pagi,"     

Chen mendekatkan wajahnya pada Anita, membuat Anita ketakutan dan sedikit menyusut kebawah, melihat reaksi wanita itu, Chen tersenyum dengan puas. dia menangkup wajah Anita dengan kedua tangannya, dan suaranya terdengar mengandung kejahatan yang tidak bisa dikatakan saat ia berkata sambil tersenyum tipis, "Jangan harap kau bisa lari begitu saja setelah membuatku hampir mati, siapa tahu kau tadi memang berniat meracuniku. ini tindakan kriminal yang harus diselidiki, " Chen mengangkat dagu Anita dan berbisik dengan mata yang memicing, "Kau harus bertanggung jawab padaku, atau aku akan membuat masalah ini menjadi panjang, "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.