Shadow of Love

Tidak ingin menjadi penghalang



Tidak ingin menjadi penghalang

0Chen mencium Anita seperti seorang yang sedang putus asa. suara desahan Anita teredam oleh lidahnya yang terus menjelajahinya dengan gairah yang menggebu. membuat setiap sel dalam tubuh Anita terbangun untuk merasakan sensasi erotis yang diberikannya.     

Tiba-tiba Chen menghentikan ciumannya, kedua tangannya dengan sigap menarik kaos pink yang dikenakannya lalu melemparnya kelantai dengan sembarangan, ia lalu melucuti celananya, sambil tatapannya terus menatap pada Anita tidak berkedip, Chen tampak tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Anita. gairahnya terpancar jelas dari seluruh tubuhnya yang menegang.     

Begitupun dengan Anita, untuk pertama kalinya sejak kesadaran utuhnya kembali, ia melihat Chen tampak sangat menginginkannya, entah mengapa, hatinya tidak sedikitpun ingin menolaknya, gairahnya seakan ikut terbakar bersamanya.     

Setelah melucuti seluruh bajunya Chen bergabung kembali diatas ranjang, ia kembali mencium Anita dengan lembut, Chen merasa bahagia saat merasakan Anita kembali menyambut ciumannya, rasanya cintanya kini tidak bertepuk sebelah tangan, dengan gerakan hati-hati kedua tangannya lalu menangkup wajah mungil Anita dan saling berbalas ciuman dengan penuh gairah,     

Anita menahan nafasnya, tangannya meremas sprei dibawahnya dengan kuat saat merasakan jari-jari panjang chen menggoda dan menekan puncak kemaluannya, jari tengahnya mencoba untuk masuk ke dalam dirinya, saat ia tidak membalas ciumannya lagi, ciuman Chen perlahan turun kebawah, bibirnya turun menyusuri rahang dan leher Anita, sapuan bibirnya yang intense membuat bulu halus Anita meremang, Chen tampak menjilat salah satu ujung puting Anita yang mengeras dan menariknya kedalam mulutnya, lidahnya menghisap dan memainkan ujung puting Anita hingga semakin mengeras,     

Anita merasakan ombak kenikmatan menyapu seluruh tubuhnya....     

"Aw-whhh...." Anita tidak dapat menahan desahannya lagi,     

Chen mendongak keatas, tatapannya tertuju pada wajah dan setiap ekspresi Anita, ia tampak mengamatinya dengan penuh gairah. Anita terlihat sangat menantang !.     

Berada dibawah tatapan kedua mata coklat Chen yang tajam sementara jari-jarinya terus menstimulasi bagian tubuhnya yang sensitive membuat Anita mencapai orgasmnya dengan cepat, Anita menaikkan pinggulnya keatas dan sontak mendorong tangan dan jari-jari Chen saat ia mencapai puncaknya,     

Chen tersenyum samar, Anita tampak terengah-engah, Chen menarik jari-jarinya dan menjilatnya dengan kedua matanya tertuju padanya. "Sayang maukah kau melakukannya ?", tapi sebelum Anita mengerti magsud ucapannya, Chen telah meraih tangannya dan langsung membawanya untuk menyentuh miliknya, Anita tergagap, saat ia tersadar, tangannya telah menyentuh ereksi Chen yang telah menegang sempurna. ereksi itu tampak melonjak kecil saat tangannya mengenggamnya, ia dapat melihat sedikit cairan bening keluar dari ujungnya. "A-aku.....",     

"Lakukan untukku.... please...", bisik Chen pelan, satu tangannya langsung membungkus tangan Anita bersamanya lalu membimbing tangan Anita untuk bergerak bersama keatas dan kebawah, wajah Anita tampak merah padam, jantungnya berdebar kencang, harus diakui melihat Chen bermasturbasi dengan tangannya sendiri membuat gairahnya kembali intense dari sebelumnya.     

Tatapan Chen terus tertuju pada gerakan tangan mereka yang kian lama kian cepat, rambut hitamnya tampak jatuh dikeningnya, Anita mendengakkan wajahnya untuk melihat reaksi chen. dan perasaannya menjadi exited saat melihat ekspresi high chen saat ini yang terlihat sangat seksi.     

tapi detik selanjutnya, tiba-tiba Chen menarik tangan Anita dan mendorong tubuhnya ke tumpukan bantal putihnya, dan ia langsung membenamkan wajahnya dipangkal lehernya. Anita tidak mengerti. "Ada apa ?....", ucapan Anita langsung terputus saat ia merasakan tangan kuat Chen membuka kakinya, bibir Anita seketika terbuka lebar , ia merasakan sesuatu yang keras seolah ingin menembusnya paksa untuk masuk kedalamnya.     

"A-aku tidak tahan lagi," Chen menunduk, pandangannya tertuju pada tempat penyatuan mereka, ia lalu mendorong pinggulnya dengan perlahan,     

Anita ingat. beberapa minggu yang lalu mereka juga sempat melakukannya, bahkan saat itu mereka melakukannya beberapa kali, tapi ia tidak mengerti, mengapa ia tetap merasa sakit saat mengulanginya lagi ?,     

Anita menggigit bibirnya dengan kuat, tubuhnya tidak bisa bohong, punggungnya tampak bergetar menahan sakit, tapi ia tahu, semuanya akan baik-baik saja, sakitnya akan berubah nikmat saat mereka berhasil menyatukan diri. jadi ia harus tetap hingga penyatuan mereka berhasil.     

Aghhh !!,     

Anita berteriak sambil meremas bahu Chen yang berotot, saat milik Chen akhirnya berhasil masuk seluruhnya kedalam dirinya.     

Chen langsung membungkam mulut Anita dengan ciuman dan terdiam ditempat, ia tampak menahan tubuhnya tidak bergerak diatas tubuh isterinya itu, untuk memberi Anita waktu menyesuaikan diri dari invasi ereksinya yang kuat.     

Chen menciumi wajah dan bibir Anita sementara ereksinya terasa berdenyut didalamnya,     

"I love you sayang .... I really love you... so much... ", bisik Chen menenangkan Anita, lalu pinggulnya mulai bergerak perlahan, Anita tampak tegang, ia tidak melepaskan remasan tangannya dibahu chen, sesekali dadanya menggesek mengenai puting Anita yang menegang, membuat tubuh Anita terasa semakin panas, dan sensasi erotis itu seakan kembali merasuki keduanya...     

Kamar yang semula hening itu kini berisik oleh erangan dan desahan indah menembus malam....     

Keesokan paginya, Anita turun dari ranjang dengan menompang dirinya menggunakan kakinya yang gemetaran, ia berpegangan pada tepi meja dan dinding berjalan tertatih menuju ke kamar mandi, Chen terbangun dan membuka matanya,"Apakah kau masih ingin pergi ke jakarta ?",     

Anita tersentak kaget, ia tidak tahu kalau Chen terbangun, padahal ia tadi sudah berusaha meninggalkan ranjang dengan gerakan sangat berhati-hati, Anita langsung menoleh kebelakang, ia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan sorot mata tampak ketakutan, ia merasa ngeri melihat Chen yang tampak terbangun dengan penuh stamina.     

Melihat Anita masih mematung ditempatnya, Chen mengerutkan alisnya, "Oh well, .. but are you sure ?",     

"Yeah. aku hanya ingin buang air dan membersihkan diri ... ", jawab Anita meyakinkan.     

Chen tersenyum puas, tatapannya mengiringi kepergian Anita yang langsung berjalan secepat kilat kekamar mandi, kemudian disusul suara pintu yang dikunci dari dalam, "Good girl. akhirnya kau menurut juga sekarang....",     

.     

.     

Sirena membuka tutup bubur ayam yang dibelinya di restaurant favorite ibu. awalnya ia bermagsud menemani ibu menyantap sarapan paginya itu, tapi tiba-tiba saat mencium aroma bubur itu perutnya terasa mual, ia tidak tahan untuk segera memuntahkan isi perutnya,     

Ibu menatapnya dengan heran, "Ada apa dengannya hari ini.... aneh sekali ", gumam ibu penasaran,     

Setelah sekian menit dikamar mandi, Sirena kembali dengan wajah pucatnya. tapi begitu ia sampai didekat ibu dengan bubur ayam hangat didepannya , ia kembali ingin muntah, aroma bubur itu benar-benar menjadi musuh besarnya.     

"Naa- kamu kenapa ?... kamu sakit yah ?....", melihat keadaan ponakannya itu ibu merasa kasian juga, ibu lalu membuntuti Sirena kekamar mandi, Sirena telah menemaninya dengan setia selama empat tahun terakhir ini, otomatis membuat kedekatan mereka terbangun dengan sendirinya. dan selama ini ibu tidak pernah melihat keadaan Sirena yang tiba-tiba payah seperti ini.     

Ibu menyapu wajah Sirena yang pucat pasi dengan tissue putih ditangannya, instinctnya sebagai ibu menebak begitu saja, "Naa ~... apa ini milik Hans ?",     

Sirena tersentak. mengapa ibu bisa langsung menebaknya dengan benar !. Ahh, ... mungkin karena ibu juga tahu, jika dalam hidupnya selama ini tidak ada seorang pria pun dihatinya kecuali puteranya itu, "Jangan takut tante... aku tidak akan memberitahu Hans", jawab Sirena dengan getir, ia lalu membersihkan wajahnya dengan air kran yang mengalir didepannya,     

"Anak bodoh !. kau harus beritahu Hans !!, aku yakin ia pasti akan senang mendengarnya",     

Spontan Sirena menoleh ke samping, dan berkata dengan gugup, "Tidak tante. saat ini Hans sedang berusaha mendapatkan Anita lagi, aku tidak ingin anak ini menjadi penghalang diantara mereka...",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.