My Coldest CEO

Sembilan



Sembilan

0  "ARGH AKU SENANG!"    

  Xena masuk kedalam rumahnya sambil menggenggam beberapa paper bag di tangannya. Setelah makan siang, ia merengek habis-habisan dengan Vrans untuk menemaninya membeli beberapa produk skincare yang sudah mulai kosong di rumahnya. Dan anehnya, Vrans menuruti kemauan dirinya. Astaga!    

  Namun senyumnya luntur seketika melihat Tasya dan Liam sedang duduk di ruang tamu dengan seorang laki-laki di samping Liam. Siapa?    

  Ia menghampiri mereka dan sangat teramat terkejut melihat Niel ada disana.     

  "Niel?"    

  Niel tersenyum, pandangannya turun menatap paper bag yang dibawa Xena.     

  "Hai, Xena."    

  Xena bersedekap dada, lalu menatap Tasya dan Liam seakan meminta penjelasan.     

  "Kami akan mendekatkan kamu dengan Niel. Dia anak sahabat ayah dan terlihat laki-laki yang baik." Ucap Liam sambil merangkul Niel dengan ramah.    

  Xena membelalakkan matanya. Tunggu, apa pendengarannya sedang bermasalah?    

  "Tidak lucu bercandaan kalian."    

  Tasya menatap Xena dengan lembut. Ia tahu betul bagaimana sifat putrinya yang tidak suka di larang, di atur, ataupun di tentukan bagaimana masa depannya. Tapi percayalah ia melakukan ini semua semua demi kebaikan Xena nanti. "Ini serius, Xena."    

  Xena menggeram marah. Ia menatap tajam laki-laki yang baru beberapa hari ia kenal. Ia sangat membenci jika diatur seperti ini. Tadi apa katanya? Mendekati dirinya dengan Niel? Mimpi.    

  "Kamu seharusnya jaga pacar kamu aja si Orlin. Buat apa kamu malah ingin dekat sama aku. Kamu penghancur segalanya tau gak sih!"    

  Tasya dan Liam melihat semburat kecewa di kedua bola mata putrinya. Namun sungguh, semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.    

  "Aku sudah memutuskan hubungan dengan Orlin, untuk kamu."    

  Xena menggeleng tidak percaya. Laki-laki yang ia sudah anggap sebagai sahabatnya sendiri menciptakan medan perang yang sebentar lagi akan terjadi antara dirinya dan Orlin. Kejam sekali!    

  "Benar-benar ya kamu...." Xena menggeram, menunjuk wajah Niel dengan kasar. Sosok dirinya yang lain saat ini keluar. Rasa sesak yang selama ini ia pendam sendirian, keluar begitu saja. "PERGI SANA DARI RUMAH AKU, BRENGSEK!"    

  Plak    

  Mata Xena memanas melihat Tasya yang kini menatap dirinya marah. "Jaga sopan santun kamu, Xena! Kami tidak pernah mengajarkan kamu menjadi gadis pembangkang seperti ini. Terlebih lagi tidak sopan dengan orang lain."    

  Xena berdecih, "Tau apa kalian tentang Xena? Apa selama ini kalian berada disisi Xena ketika Xena sedih ataupun bahagia? Tidak pernah lagi, kan?" Ucapnya sambil memaksakan sebuah senyuman. "Kalian bahkan tidak pernah hadir lagi dihidup Xena, kehadiran kalian nyata tapi seperti sudah hilang dalam hidup Xena."    

  Rasa sesak memenuhi rongga dadanya. Ia menahan air matanya agar tidak lolos begitu saja, tapi sayangnya terlalu sulit untuk menahan segala sakit ini sendirian lagi. Ia benar-benar menjadi gadis yang lemah kali ini.    

  Tasya menatap Xena dengan sorot mata sendu, begitu juga dengan Liam. Pertengkaran mereka membawa pengaruh yang sangat buruk kepada keharmonisan keluarga mereka. Tanpa mereka sadari, mereka telah menghancurkan Xena.    

  "Xena diam, mommy, daddy. Xena berpikir jika kalian akan sadar kalau masih ada Xena di hidup kalian! Tapi dengan mudahnya kalian setelah sekian lama tidak peduli dengan Xena, kalian kembali dan meminta supaya Xena dekat denga laki-laki ini?" Ucapnya sambil menunjuk kasar wajah Niel yang sudah menegang. "Sekeras apapun Xena mencoba membenci kalian, sebesar itu juga rasa rindu Xena memuncak. Xena butuh mommy, Xena butuh daddy." Sambungnya semakin lirih dengan nada yang mulai tercekat.    

  Liam menatap putrinya dengan tatapan sayang. Bukan seperti ini yang dia mau. Ia akui dirinya salah, tapi ia tidak bermaksud membuat Xena seperti ini.    

  "Maafkan daddy.." lirih Liam.    

  "Maaf, dad? Awalnya Xena akan selalu memaafkan sikap egois kalian. Tapi semakin kesini, kalian bertindak seenaknya. Maaf Xena seperti anak yang tidak tau sopan santun, tapi ini yang Xena rasakan. Kalian tidak mengerti, kalian EGOIS!"    

  Xena melangkahkan keluar rumah dan menyambar kunci mobil milik ayahnya, ia tidak peduli mengenai mereka. Persetanan! Sosok Xena yang lain kini keluar. Tidak ada lagi Xena yang kuat, yang berdiri kokoh, yang ceria, dan periang. Tidak ada. Semuanya hancur.    

  "Maaf om, tidak sepantasnya saya melihat kejadian ini." Ucap Niel sambil menundukkan kepalanya.    

  Jujur saja, ini semua adalah rencananya yang meminta ayahnya untuk membujuk Liam dan Tasya atas pendekatan ini. Awalnya ia sangat bahagia dan target mendekati Xena akan segera tercapai. Namun sungguh ia tidak tahu jika keluarga Xena sehancur ini. Ia sama sekali tidak tahu. Apa ia harus menyesal?    

  ...    

  Boom Boom Room - New York    

  The Standard, High Line, 848 Washington St, New York, NY 10014, Amerika Serikat    

  Berlokasi di : The Standard, High Line    

  Klub eksekutif, tempat hiburan malam yang glamor di bagian atas Standard Hotel di Distrik Meatpacking. Tempat ini juga dikenal dengan pemandangan 360 kota yang menakjubkan yang menghadap ke Sungai Hudson.    

  Setelah berganti pakaian di salah satu toilet, Xena keluar dengan tampilan berbeda malam ini. Baju yang cukup menampilkan punggungnya yang putih bersih dengan kerah baju yang sangat rendah menampilkan sebagian kedua belah dadanya.    

  Penampilannya kini sudah sangat berantakan. Ia berjalan menuju bartender yang ada disana untuk memesan tequilla. Setelah apa yang ia pesan siap, ia langsung meminumnya tanpa sisah. Ia memesan lagi sampai gelas ke tiga dan memberikan uang yang tentu jumlahnya tidaklah sedikit.    

  "Ambil saja kembaliannya, anggap saja tips untukmu karena sudah membuat tequilla seenak ini."    

  Kepala Xena mulai pusing dan berkunang-kunang. Ia mulai meracau nama Vrans berkali-kali, tidak peduli banyak orang yang menatap dirinya sebagai noob player di club ini.    

  Hellowww baru saja dirinya meminum beberapa gelas tequilla sudah merasakan pening yang luar biasa, lemah!    

  Hanya itu yang dapat Xena dengar, yang lainnya tidak. Ia benar-benar sangat pusing sekarang. Tapi setidaknya ini akan membantu dirinya melayang ke langit dan melupakan sejenak masalahnya.    

  "Hai gadis cantik, sepertinya kamu butuh teman malam ini, namaku Jemes."    

  Xena tersenyum menggoda. Di depannya saat ini ada seorang laki-laki yang sudah mulai mengelus rahangnya, dimatanya laki-laki itu adalah Vrans. Ia mengeram rendah. "Vrans..."    

  Tidak peduli dengan apa yang diracaukan gadis di sampingnya ini. Tanpa basa-basi, ia mencium bibir Xena yang sangat menggoda. Sialnya, gadis ini terlihat sangat sexy dengan pakaian yang kini dipakainya. Membuat nalurinya tertantang lebih jauh lagi.    

  Xena membalas ciuman Jemes tak kalah nafsu. Ia benar-benar sangat mencintai Vrans, ia pikir laki-laki itu adalah sumber keceriaannya kini. "Vrans.. jangan tinggalkan aku.."    

  Dengan tangan yang mulai nakal, Jemes mengelus punggung yang terekspos milik Xena. Membuat gadis itu menggeram rendah.    

  Bugh    

  Xena membelalakkan matanya. Disaat itu juga, ia sadar jika yang ia cium tadi bukanlah Vrans seperti penglihatannya. Sepertinya kadar alkohol dari tequilla sudah membuat dirinya berhalusinasi, membuatnya sulit untuk membedakannya.    

  Bugh    

  Bugh    

  Bugh    

  Xena melihat Vrans yang sedang menghajar Jemes mati-matian. Ia berteriak supaya siapapun menolong dan melerai kedua laki-laki itu, namun satu pun orang tidak ada yang berani mendekat. Mereka hanya menyaksikan sambil sesekali meringis melihat betapa kejamnya Vrans saat memukul laki-laki itu.    

  "Vrans.. cukup.." lirih Xena, setelah itu, matanya mulai tertutup. Dan segalanya mulai gelap.    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.