My Coldest CEO

Delapan



Delapan

0  We are doomed when we are falling in love with someone. Whatever we do, our minds will get distracted by the thought of that person, and we cannot do something to make it stop.    

  - Nathaniel Gio alvaro    

  //    

  "Aku senang sekali deh bisa keluar bareng kamu. Anggap aja jalan-jalan."    

  Vrans memutar bola matanya malas. Ia menatap gadis yang sudah duduk di samping kursi kemudinya dengan tajam.     

  "Berisik." Ucap Vrans dengan sangat dingin. Ia sama sekali tidak berniat untuk menoleh pada gadis yang berada di samping kursi pengemudinya.    

  Xena menjulurkan lidahnya. "Biarin, yang penting aku bisa pamer dengan Orlin dan Erica jika aku bisa duduk di mobil mewah kamu. Astagaaaa!" Pekiknya dengan nada tertahan, menurutnya hal ini adalah hal yang paling keren selama ia hidup.    

  Vrans menghela napas lelah. Entah apa yang membuat dirinya kini mengajak gadis aneh ini untuk makan siang bersama. Ia pikir dirinya ingin makan siang di luar dan butuh teman berbincang. Dan bodohnya, ia malah memilih Xena yang super duper cerewet. Menyesal? Tentu saja. Seharusnya ia lebih baik mengajak Erica yang memang satu sifat dengannya.    

  "Diam atau ku pecat."    

  Kalimat andalan yang selalu dirapalkan Vrans ketika sudah benar-benar kesal dengan sosok aneh di sampingnya ini. Ia tidak habis pikir dengan Xena, apa tidak lelah mengejar sesuatu yang tidak pasti. Ah ia bahkan lupa, dirinya saja melakukan hal yang sama dengan Xena, miris.    

  "Sayang, kamu jangan marah-marah terus dong, aku kan jadi makin sayang."    

  Vrans berdecih. Terbuat dari bahan dasar apa sih gadis ini? Terlalu menyebalkan!    

  "Love yourself, not me."    

  Seakan-akan Xena tidak mendengar apa yang di katakan laki-laki disampingnya, ia kini sibuk mengambil foto selfie dia dalam mobil Vrans. Astaga ia sangat niat untuk memamerkan hal ini pada kedua sahabatnya.    

  "Aneh." Gumam Vrans.    

  Mereka hanya diam saja di dalam mobil. Vrans yang terlalu fokus untuk mengendarai mobil, sedangkan Xena masih saja sibuk mengambil banyak sekali foto selfie dan sesekali mengarahkan kameranya ke Vrans tanpa sepengetahuan laki-laki itu tentunya. Ia berjanji akan mengingat hari ini sampai akhir hayatnya. Berlebihan? Tidak, Xena hanya terlalu senang.    

  Vrans memarkirkan mobilnya.    

  ELEVEN MADISON PARK, MANHATTAN.    

  :round_pushpin:11 Madison Ave, New York, NY 10010, Amerika Serikat    

  Berlokasi di : Sony Square NYC    

  Restoran ini menempati peringkat ketiga di antara 50 Restoran Terbaik Dunia di tahun 2016, dan menempati urutan teratas pada tahun 2017.     

  Mereka memesan dua porsi sea urchin custard with baby squid, bay scallop and green Apple, dan Wine-Poached Pears with Saffron, Apricots, and Almond. Dan dua porsi Smoked-Sturgeon Cheesecake with Caviar sebagai penutup.     

  Vrans memesan anggur dan dikenakan biaya tambahan sebesar USD175, hal ini tidak masalah baginya, karena makan tanpa anggur seperti ada yang kurang bagi dirinya.    

  Xena melahap makanannya dengan mata berbinar yang tidak luput dari wajah Vrans. Tidak, ini bukan pertama kalinya ia makan di restoran mewah ini, bahkan ia dulu sering sekali menghabiskan waktu bersama Tasya dan Liam. Ia sangat astaga bahkan ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya kali ini. Makan siang bersama Vrans? ASTAGA!    

  Vrans makan dengan tenang, dan tentunya sedikit risih dengan tatapan gadis di hadapannya ini.     

  "Terimakasih, Vrans. Kamu baik sekali." Ucap Xena dengan lembut membuat Vrans mendongak, menatap manik mata abu-abu miliknya.    

  Deg    

  Vrans merasakan ada sesuatu yang menyengat dirinya. Melihat Xena kali ini, seperti melihat Klarisa kedua. Tatapan mata teduh itu, Klarisa juga memilikinya. Namun segera ia tepis semua perasaan itu, ia sangat paham jika Klarisa adalah anak satu-satunya yang dimiliki oleh Daniel. Tidak mungkin kan jika Xena adalah adik dari Klarisa? Wajahnya saja sangat berbeda.    

  "Ya." Ucapnya sambil menatap hidangan yang di pesan olehnya dengan dada yang sedikit bergemuruh.    

  Sial, ada apa ini?    

  "Aku semakin menyayangimu, Vrans."    

  ...    

  Nathaniel Gio Alvaro.    

  Nama yang sangat cocok untuk seorang laki-laki yang kuat dan tidak pantang menyerah, iya kan?    

  Laki-laki itu kini sedang menyesap sebatang rokoknya di atas rooftop cafe milik ayahnya. Disaat teman-temannya sibuk mengurus perusahaan, dirinya hanya diberi kepercayaan untuk mengurus cafe. Menyebalkan sekali, bukan?    

  Pikirannya melayang membayangkan Xena menjadi miliknya. Bukan kali ini dia merasakan jatuh cinta, sering sekali ia mengungkapkan kata 'cinta' pada banyak gadis. Tapi perasaan ini, perasaan ini memiliki seutuhnya Xena membuat dirinya benar-benar gila.     

  Apa setiap orang yang jatuh cinta akan merasakan hal ini?    

  Sial, menjadi lemah bukan passion-nya sama sekali. Ia akan merebut hati Xena secepatnya.     

  Drtt..    

  Drtt..    

  Ia mengambil ponselnya.    

  Orlin:red_heart: is calling...    

  "Hai, babe." Sapa Niel sebagai basa-basi.     

  "Hai, apa nanti kamu bisa menjemputku? Kumohon, mobilku sedang berada di bengkel."    

  Niel menyeringai sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan nanti. Satu ide muncul di kepalanya.    

  "Tentu saja, ajak Xena bersamamu juga nanti."    

  Niatnya hanya satu, mendekati Orlin untuk lebih dekat dengan Xena. Ia tidak bisa tanpa perantara yang kuat, karena ia tau Xena bukan gadis yang mudah sekali ia dekati. Xena terlalu sulit di gapai.    

  "Hm, sepertinya tidak bisa."    

  Ia menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"    

  "Xena sedang kencan dengan bos kesayangannya. Sepertinya mereka akan di mabuk cinta." Ucap Orlin sambil terkekeh. Ia sedang membayangkan betapa bahagianya dan cerewetnya Xena nanti ketika sudah berhasil mengambil hati si manusia kulkas itu. Pasti ia akan pamer habis-habisan, dasar tukang pamer!    

  Niel mendengus kesal, astaga ia sudah ketinggalan jauh rupanya. "Yasudah ya babe kamu bisa sendiri kan dengan memesan kendaraan online? Aku sedang banyak kerjaan, bye."    

  Pip    

  Tanpa menunggu balasan dari Orlin, ia memutuskan sambungan telepon secara sepihak.     

  "Sialan."    

  Sepertinya menjadikan Orlin kekasihnya hanya untuk menarik perhatian Xena sudah tidak mampu lagi. Ia harus bertindak cepat sebelum Vrans benar-benar mencintai Xena.     

  Nathaniel    

  Ku pikir, aku ingin kita selesai.    

  Send    

  Jahat? Tentu tidak. Karena perjuangan seseorang memerlukan tindakan ekstrim. Menjadikan Orlin alat selama dua hari sejak awal pertemuan mereka adalah ide yang bagus, tapi jika Xena belum sedekat ini dengan Vrans.    

  Dekat? Seharusnya Niel meneliti lagi lebih dalam bagaimana hubungan mereka.    

  Orlin:red_heart:    

  Kenapa, Neil? Apa aku berbuat kesalahan?    

  Nathaniel    

  Kurasa, aku tidak cocok padamu    

  Niel menghapus emoticon love merah pada username Orlin di ponselnya. Lebih baik seperti ini, memutuskan hubungannya dengan Orlin. Ia tidak ingin Orlin sakit hati mengetahui jika dirinya tidak benar-benar menyukai gadis itu.    

  Orlin    

  Baiklah, aku tidak melarang mu    

  Orlin    

  Asal kamu tau, aku akan tetap nunggu kamu. Maaf jika aku punya salah dan membuatmu terganggu    

  Read    

  Niel menaruh ponselnya di saku celana tanpa berniat untuk membalasnya. Tidak penting sih katanya. Tapi yasudahlah.    

  Rokok ditangannya juga sudah habis, ia membuangnya dan berjalan turun untuk kembali ke ruang kerjanya.     

  Enaknya mengurus cafe memberi banyak keuntungan baginya. Kerjanya pun juga tidak terlalu berat, hanya memantau kinerja karyawan dan bertanggung jawab secara penuh atas kelalaian karyawan. Ia juga memantau statistik keuangan cafe ini. Jika menurun, ia harus menjalankan operasi promosi yang lebih menarik lagi.    

  Niel duduk di kursi kerjanya, lalu menyandarkan tubuhnya di badan kursi.    

  "Aku akan mendapatkan kamu, Xena."    

  ...    

  Next chapter..    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.