My Coldest CEO

Tujuh



Tujuh

0  Xena membanting tubuhnya di salah satu sofa yang berada di kamarnya. Astaga ia benar-benar lelah seharian bekerja dan bersenda gurau bersama Orlin dan Niel. Mereka berhasil membuat mood-nya meningkat secara drastis.    

  Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan yang pernah ada!    

  "Kira-kira Vrans lagi apa ya?"    

  Ia mengingat sekali ketika dirinya dengan lancang menelpon nomor rumah laki-laki itu. Ia pikir Vrans sudah sampai rumah, ternyata yang mengangkat dering telponnya adalah seorang laki-laki yang bernama Ciko.    

  Tidak ingin bertambah halu, ia menegakkan tubuhnya dan langsung melesat ke kamar mandi. Tubuhnya benar-benar lengket sekarang. Ewh!    

  Wangi caramel memenuhi setiap sudut ruangan di kamarnya. Benar-benar wangi yang manis, sangat memanjakan indra penciuman. Salah satu wangi ciri khas yang dimilikinya.    

  Kali ini Xena hanya memakai kaos polos berwarna merah dengan sedikit tulisan di bagian dadanya. Tanpa Baluran make up membuat dirinya terlihat lebih fresh dan natural.    

  Ia duduk di balkon kamarnya yang sudah tersedia kursi yang memang sengaja di letakkan disana. Karena dirinya ini adalah penikmat senja. Menurutnya cahaya redup dari matahari senja, tak begitu menyilaukan mata bahkan terlihat begitu anggun dan menawan. Cahaya jingga yang menghiasi langit-langit ufuk barat, seakan melukiskan sebuah ketenangan bagi siapapun yang melihatnya. Sangat indah!    

  Suasana rumahnya kini memang terbilang sepi. Hanya ada beberapa maid yang memang sudah istirahat masing-masing di kamar mereka karena sudah lelah bekerja seharian. Tasya bahkan mungkin kini sedang pergi ke pusat perbelanjaan. Dan Liam mungkin sekarang sedang lembur karena pekerjaannya. Ia merindukan suasana harmonis keluarganya yang dulu. Kapan ini semua berakhir?    

  Ia berbohong jika tidak sakit hati atas semua perilaku Vrans padanya. Tapi apa dia sebodoh itu untuk menyerah sekarang? Kenapa ia menjadi lemah kembali karena cinta? Tunggu, apa ia benar-benar mencintai Vrans, atau hanya sebatas mengaguminya saja? Ia memijat pelipisnya dan mulai memutar lagu yang sangat menggambarkan hatinya.    

  Hatinya pilu mengingat suasana rumah yang seharusnya menjadi tempat terindah untuk melepas penat, kini sudah tidak ada istimewanya sama sekali, huft. Ia sudah tidak tau ingin kemana lagi untuk mengubur semua rasa sakit ini.    

  Avril Lavigne - Nobody's home    

  :musical_note: I couldn't tell you    

  Why she felt that way    

  She felt it everyday    

  And I couldn't help her    

  I just watched her make    

  The same mistakes again    

  What's wrong, what's wrong now?    

  Too many, too many problems    

  Don't know where she belongs    

  Where she belongs    

  She wants to go home    

  But nobody's home    

  That's where she lies    

  Broken inside    

  With no place to go    

  No place to go    

  To dry her eyes    

  Broken inside    

  Open your eyes    

  And look outside    

  Find the reasons why    

  You've been rejected    

  And now you can't find    

  What you left behind    

  Be strong, be strong now    

  Too many, too many problems    

  Don't know where she belongs    

  Where she belongs    

  She wants to go home    

  But nobody's home    

  That's where she lies    

  Broken inside    

  With no place to go    

  No place to go    

  To dry her eyes    

  Broken inside    

  Her feelings she hides    

  Her dreams she can't find    

  She's losing her mind    

  She's falling behind    

  She can't find her place    

  She's losing her faith    

  She's falling from grace    

  She's all over the place, yeah    

  She wants to go home    

  But nobody's home    

  That's where she lies    

  Broken inside    

  With no place to go    

  No place to go to    

  To dry her eyes    

  Broken inside    

  She's lost inside, lost inside    

  She's lost inside, lost inside :musical_note:    

  Sial, ia tidak ingin merasa selemah ini. Bahunya bergetar, menahan agar suara tangisnya tidak terdengar. Jangan salah, orang yang selalu ceria selalu menyimpan luka yang paling dalam.    

  ...    

  Setelah makan malam dengan Leo, Vrans duduk di balkon kamarnya sambil menyesap sebatang rokok yang sudah terselip di antara jari tengah dan jari telunjuknya.    

  Pikirannya teralih pada gadis pluto yang selama beberapa hari ini mengganggu dirinya, seperti parasit. Ia benci dengan orang yang seperti itu, sangat rendahan menurutnya. Seumur-umur, ia baru sekali bertemu dengan gadis seperti Xena, sungguh ia benar-benar langka.    

  Matanya menuju layar ponsel yang berada dalam genggamannya. Tumben sekali gadis itu tidak menghujam dirinya dengan puluhan pesan yang sama sekali tidak penting. Seperti,    

  Sayang!    

  Sudah makan?    

  Lagi apa?    

  Kalau aku sedang mikirin kamu    

  Aku kangen tau sama kamu    

  Kamu mau aku bawain makan siang apalagi buat besok?    

  Masakan aku enak kan?    

  Jangan dibuang lagi!    

  Sudah tidur ya?    

  Kok hanya di read?    

  Bales dong, bosayang    

  Nyebelin tapi sayang!    

  Heiiii apa ada orang disini?    

  Jangan lupa makan, jaga kesehatan!    

  SAYANG!    

  Aku sayang Vrans    

  Jangan lupa mikirin aku    

  Jangan lupa mimpiin aku ya    

  Jangan lupa... Balas perasaan aku    

  Byeeeeee!    

  Lihat saja, pesan tidak penting seperti itu membuat dirinya sangat terganggu. Rasanya ia ingin mengembalikan Xena ke planet lain, mars contohnya supaya gadis itu terbakar. Untuk apa juga ia membalas pesan menyebalkan seperti itu? Membuang-buang waktu saja!    

  Tapi entah kenapa, Xena sedikit lucu. Sedikit loh ya. Walaupun gadis itu sangat menggangu dirinya, tapi Xena seperti punya kelebihan tersendiri. Astaga kenapa ia jadi memikirkan gadis pluto itu!    

  Sebatang rokok, tidak mampu mengalihkan segala pikirannya. Entah sejak kapan ia menjadi pecandu rokok. Mungkin sejak mengetahui rasa sayangnya kepada Klarisa semakin besar, membuat dirinya sendiri kewalahan dan membutuhkan pelampiasan.    

  "Shit."    

  Umpat Vrans sambil membuang kasar putung rokok yang sudah habis, tersisa ujungnya saja. Ia mengacak rambutnya kasar, ia pikir dirinya harus ke psikolog untuk merilekskan pikirannya kini. Sekarang hanya tentang Klarisa di otaknya, astaga!    

  Ting!    

  Ting!    

  Ting!    

  Ting!    

  Ting!    

  Vrans melirik ponselnya dengan malas. Baru saja di bilang, sudah melancarkan aksinya kan si gadis pluto.    

  Pluto    

  SAYANG!    

  Pluto    

  Selamat malam:red_heart:    

  Pluto    

  Jangan lupa mimpiin aku ya    

  Pluto    

  Soalnya aku selalu mimpin kamu nih    

  Pluto    

  Byeeee aku ngantuk!    

  Benar kan apa tadi kata Vrans? Ini benar-benar tidak penting untuk di balas ataupun dipikirkan.     

  Tanpa membuka ruang chat ataupun berniat untuk membalasnya, Vrans kembali menyesap sebatang rokoknya kembali dengan nikmat. Ah, biarlah seperti ini. Sangat tenang sekali.    

  Xena, gadis yang sama sekali tidak ia inginkan untuk sekedar singgah di hidupnya. Bahkan dihatinya kini masih terdapat nama Klarisa yang terpahat lebar di setiap sudutnya.     

  Lagi-lagi, kalian harus memegang prinsip cinta tidak harus memiliki.    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:    

  Falling for someone and knowing that we cannot have them is the worst thing.     

  - Vrans Moreo Luis    

  //    

  I do anything for you, and I know that I will never get anything in return.     

  - Xena Carleta Anderson


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.