My Coldest CEO

Satu



Satu

0  Seorang gadis bernama Xena Carleta Anderson menatap aula besar yang kini sudah dipenuhi banyak karyawan tang siap menyambut CEO baru mereka.    

  Dan hari ini adalah hari yang paling Xena tunggu-tunggu. Ia sudah menerka bagaimana wajah CEO pengganti Leo nantinya. Apa dia laki-laki yang tampan? Biasa saja? Atau perutnya buncit? Sixpack? Atau sangat teramat tampan melebihi apa yang dia bayangkan?    

  Seluruh karyawan Luis Company sibuk menerka-nerka, mereka mengharapkan jika CEO kali ini jauh lebih muda dan menarik, dan tentunya lajang. Namun mereka semua tidak mengetahui jika pengganti diri Leo adalah putranya sendiri.     

  "Aku berani taruhan jika pengganti Tuan Leo nanti adalah putranya." Bisik Orlin tepat di telinga Xena.     

  Xena mengerutkan alisnya. Lalu menatap Orlin dengan heran. "Putranya?" Cicitnya.    

  Mata Xena membulat sempurna. Siapa sih yang tidak kenal dengan Vrans Moreo Luis? Laki-laki tampan yang menempuh pendidikan di UCL. Tampan, mapan, dan berpendidikan. Siapa yang tidak mau dengan laki-laki seperti Vrans? Bahkan dirinya saja mau kok! Tidak perlu dibayangkan lagi bagaimana dirinya menjadi Mrs. Luis. Ah, pasti akan terasa menyenangkan.    

  "Kalau tebakan aku benar, kamu harus terakhir aku taco sepuasnya. Bagaimana, deal?" Ucap seorang gadis di sampingnya sambil bersedekap dada. Namanya Roseline Damica, sahabat sekaligus teman kerja Xena.    

  Xena memutar bola matanya. Bahkan dirinya belum memilih siapa-siapa, bukan? Lalu untuk apa taruhan Orlin itu? Sangat menyebalkan.    

  Ruangan yang tadinya sempat ramai karena membicarakan tentang pergantian posisi Leo saat ini menjadi bungkam melihat seorang laki-laki yang sangat mereka kenali. Vrans Moreo Luis.    

  Dugaan mereka semua benar. Kecuali Xena yang memang tidak berhasil menebak apapun. Mereka semua menatap Vrans dengan tatapan memuja, terlebih lagi para wanita yang sudah bersiap menahan air liurnya supaya tidak menetes begitu saja. Sepertinya mereka melihat anugerah terindah yang diciptakan oleh Tuhan.    

  Hari ini Vrans memakai tuxedo kotak-kotak bewarna monoton, ia berpenampilan beda, namun tetap sangat tampan saat dilihat. Ah, idaman sekali!    

  "Selamat siang semuanya," ucap Vrans membuka acara ini dengan sopan.    

  "Selamat siang, Tuan." Ucap mereka semua kompak. Para gadis mulai sibuk memoles kembali make up-nya. Supaya tidak terlihat pucat katanya. Ah bahkan Vrans berniat untuk melirik mereka saja tidak, ia menjadi sosok yang beku saat ini.    

  "Mulai hari ini saya akan menggantikan posisi Leonardo Luis, saya yang akan mengambil alih perusahaan ini. Dan menjadi CEO baru kalian. Saya harap, kalian tidak terlalu mencuri perhatian pada saya." Ucap Vrans dengan nada bicara yang sangat dingin. Ia turun dari lectern tanpa mengucapkan apapun lagi, membiarkan seluruh karyawan menatapnya dengan tatapan yang terkejut.    

  Orlin bergidik ngeri, begitu juga semua orang yang ada di aula ini. Paras tampan Vrans ternyata tidak menjamin sifatnya. Namun itu menjadi daya tarik tersendiri. Mungkin mereka akan tetap menyukai Vrans diam-diam, karena sepertinya ucapan laki-laki itu tidak main-main.    

  Xena masih menatap lectern yang dipakai Vrans untuk menyampaikan kalimatnya tadi dengan tatapan berbinar. "Parah, Vrans keren banget! Kayaknya dia jodoh aku deh, Lin."    

  Orlin menyentil kening Xena. Membuat gadis itu meringis. "Kalau mimpi, jangan ketinggian!"    

  "Kata mommy aku juga kejarlah mimpimu setinggi langit." Balas Xena tidak ingin kalah. Ia kini menjulurkan lidahnya ke arah Orlin.    

  "Iya tau, tapi kalau mimpi ketinggian terus kamu jatuh, ketabrak pesawat, terus mendarat dilaut gimana? Sakit. Dan aku tidak ingin repot-repot menolong kamu" Ucap Orlin tidak mau kalah sambil meninggalkan Xena begitu saja.    

  Xena berdecak kesal, lalu menghampiri Orlin yang sudah lebih dulu meninggalkan aula. Dasar sahabat yang menyebalkan!    

  ...    

  Vrans memulai kegiatannya dengan membaca beberapa tumpuk dokumen yang sudah di tata rapih oleh sekretarisnya. Ia membaca dan mengumpulkan beberapa dokumen penting yang harus diperiksa sendiri olehnya.     

  "Permisi, Tuan."    

  Vrans menoleh dan melihat seorang bartender yang memang ia suruh untuk membuatkannya hot chocolate.    

  "Iya, taruh saja di meja." Ucap Vrans tanpa melihat ke sumber suara, ia mulai membaca satu persatu dokumen yang harus di diperiksa olehnya.     

  Setelah kepergian bartender tersebut, ia mulai menyesap hot chocolate nya dengan nikmat. Ah aroma coklat, ia jadi merindukan Klarisa, gadis yang selama ini menempati posisi paling utama di hatinya. Sedang apa dia disana?     

  Baru satu hari meninggalkan London, sudah membuat dirinya sangat merindukan negara itu. Bukan, maksud ia bukan negaranya, tapi seorang gadis yang menetap disana. Membayangkan coklat membuat dirinya mengingat segala tentang Klarisa. Menyukai coklat batang, menyukai strawberry shake, bahkan parfumnya wangi strawberry. Sangat memabukkan dirinya.    

  Ah setiap kali ia memikirkan Klarisa membuat fokusnya terbelah menjadi dua. Baiklah ia akan mulai fokus terlebih dahulu pada pekerjaannya ini.    

  Tok     

  Tok    

  Tok    

  Vrans memutar bola matanya malas. Ia melihat seorang gadis yang menurut penjelasan Leon kemarin, gadis ini adalah sekretaris utama di perusahaannya.    

  "Permisi Tuan tampan." Ucap gadis itu dengan senyuman yang dibuat sangat manis.     

  Vrans tidak tertarik, baginya yang paling manis adalah senyum Klarisa. Tidak ada yang bisa menandingi, apalagi gadis yang kini sudah berada di hadapannya dengan senyuman konyol. Ia tidak menghiraukan gadis itu, lalu kembali menyesap hot chocolate-nya dengan tenang.    

  "Aku kesini mau memberi kamu dokumen yang harus segera kamu tanda tangan ini." Ucap gadis itu sambil menjulurkan beberapa lembar kertas kehadapan-nya.     

  "Baik." Ucap Vrans singkat, lalu mulai membaca terlebih dahulu apa yang tertulis di lembaran itu sebelum ia tanda tangani. Seorang atasan harus teliti, bukan? Jangan asal menandatangani apapun.    

  "Perkenalkan nama aku Xena Carleta Anderson. Di panggil sayang juga boleh."     

  Vrans bergeming tidak menanggapi apapun yang dikatakan gadis itu, ia sibuk membaca lembaran tersebut dengan teliti. Anggap saja gadis di hadapannya ini hanya sebuah angin lalu yang tidak penting untuk di tanggapi.    

  Gadis itu, Xena, masih dengan percaya diri menatap laki-laki tampan yang menjadi atasannya saat ini. "Kalau kamu enggak jawab, oke kamu setuju kan kalau aku panggil sayang?"    

  Gila. Bagaimana bisa Leo mempekerjakan orang seperti, siapa tadi namanya? Ah, bahkan namanya saja aneh seperti orangnya. Ia berjanji akan menegur ayahnya yang lalai mempekerjakan gadis seperti ini.     

  Xena masih menatap Vrans dengan tatapan memuja. "Yaudah aku duduk di sofa ya, menunggu kamu menyelesaikan dokumen itu."    

  Vrans menghela napasnya lelah. Bukankah ia sudah bilang tadi di aula mengenai siapapun yang tidak diperkenankan untuk mencari perhatian padanya? Apa gadis ini tidak mengerti bahasa manusia? Sepertinya dia makhluk asing dari Pluto. Ah, bahkan Pluto sudah hilang di jagat raya. Pasti gadis ini adalah salah satu penghuni Pluto yang menyamar sebagai manusia karena sudah tidak punya tempat tinggal. Ah, oke Vrans, sepertinya pikiran kamu sudah mulai kacau!    

  "Pergi atau saya pecat." Ucap Vrans dengan dingin. Ia menatap tajam gadis yang kini dengan tidak sopan-nya sudah duduk di sofa yang khusus untuk tamu, bukan untuk karyawan biasa.    

  Xena menggeleng kuat. "Kamu tampan, aku seperti bertemu dengan sosok malaikat."    

  Astaga!    

  Vrans menghela napasnya dan secepat kilat ia membaca dokumen yang diberikan oleh gadis aneh itu. "Dokumennya sudah saya tanda tangan, ini, kamu boleh pergi." Ucapnya sambil menaruh kembali dokumen tersebut di atas meja kerjanya.    

  Xena menghampiri Vrans dengan tatapan yang berbinar. Ia tidak menyangka ada laki-laki setampan Vrans. Astaga, membuat hatinya berdebar tidak karuan.    

  "Pergi."    

  Vrans sudah benar-benar kehabisan kesabaran. Baru hari pertama menjadi CEO membuat dirinya harus merasakan tersiksa seperti ini. Gadis yang merepotkan!    

  Xena mengambil dokumen yang beberapa menit lalu ia berikan, dan ia mengedipkan sebelah matanya sambil melambaikan tangannya. "Bye tampan, jangan dingin-dingin, nanti susah aku cairinnya."    

  Tidak peduli! Vrans menatap jengkel pintu yang sudah tertutup membawa gadis aneh itu lenyap dari hadapannya. Lama-lama ia bisa gila!    

  Mungkin ia harus menghubungi ayahnya mengenai hal ini. Leo selalu berkata padanya untuk mempekerjakan orang yang berkualitas. Tapi apa-apaan tadi? Menjijikan!    

  "Akan ku pastikan gadis aneh itu segera terlempar dari perusahaan ini."    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.