My Coldest CEO

Dua



Dua

0  "KAMU GILA, XENA!"    

  Xena meringis mendengar jeritan Orlin yang mengundang tatapan mata heran dari semua orang di kantor. Ia membekap mulut gadis di hadapannya dengan segera. "Sttt, jangan berisik!"    

  Orlin menjitak kepala Xena. Tidak habis pikir otak sahabatnya ini tertinggal dimana. Bisa-bisanya gadis itu bertingkah seperti orang aneh di hadapan bos barunya. Apalagi ini hari pertama laki-laki itu.    

  "Aku yakin pasti kamu akan dikeluarkan dari Luis Company, Na." Bisik Orlin takut orang lain mendengar pembicaraan mereka secara diam-diam.    

  Xena mengangkat sebelah alisnya, lalu bersedekap dada dan mengangkat dagunya. "Emang dia pikir aku takut? Ya tidak masalah juga si, aku rela kalau dia yang keluarin aku dari sini."    

  Gila. Itu kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan sahabatnya satu ini. Tidak habis pikir, Orlin bahkan tidak tau harus menasihatinya seperti apa lagi.    

  "Kamu udah kehilangan akal, Na." Ucap Orlin sambil pergi meninggalkan Xena yang sudah mengerucutkan bibirnya. Toh dia cuma bersikap seperti itu, apa adanya, memang salah ya?    

  Ah biarlah, ia juga tidak ingin ambil pusing. Yang terpenting saat ini ia sangat ingin menjadi kekasihnya Vrans. Membayangkan setiap berangkat kerja bersama, pulang bersama, dan kedua orang tua dari keluarga mereka setuju dengan hubungan dirinya dan Vrans, lalu setelah itu tidak lama kemudian Vrans menikahi dirinya. Membayangkannya saja membuat dirinya terbang sampai langit.    

  "Xena, kamu di panggil ke ruangan Tuan Vrans."    

  Xena yang sedang sibuk melamun, menghayal kan sesuatu ya sangat tinggi itu menoleh ke sumber suara. Terlihat disana sudah berdiri Erica, sekretaris bawahannya sambil menggenggam ponsel di tangannya. "Kenapa, Ca?"    

  "Aku tidak tau, tuan Vrans yang menyuruhku seperti itu." Ucap Erica sambil mengangkat bahunya memberitahu Xena jika ia tidak tau apapun.    

  Senyum Xena mengembang sempurna, ah pasti Vrans rindu dengan dirinya. Terlalu percaya diri? Itu adalah sebuah kelebihan bagi dirinya. Ia segera berjalan, memasuki lift karyawan lalu menekan tombol ruangan paling atas menuju kantor Vrans.    

  BABY VRANS I'M COMING!    

  Xena mengetuk pintu ruangan laki-laki yang beberapa jam ini memenuhi pikirannya. Disana terlihat Vrans yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya, wajahnya sangat serius menambah ketampanan laki-laki itu.     

  "Ada apa, Tuan?"    

  Vrans terkejut dibuatnya, pasalnya kini gadis aneh itu telah berada tepat di depannya. Atau mungkin karena ia terlalu larut dalam pekerjaannya sampai tidak mendengar ketukan pintu saat gadis itu masuk? Ah biarlah, tidak penting juga.    

  "Ini."    

  Xena mengangkat sebelah alisnya. Ia bingung karena Vrans tiba-tiba memberinya selembar kertas. Untuk apa itu? Apa dirinya benar-benar dipecat? Kalau gitu tidak apa deh, soalnya yang pecat dia ganteng banget sih!    

  SURAT PERJANJIAN    

  Mengenai Leo yang tidak memperbolehkan saya untuk memecat kamu karena kinerja kamu yang bagus, tapi attitude kamu sangat buruk, saya membuat surat perjanjian ini.     

  Perjanjian :    

  Saya akan bertahan selama 6 bulan dengan segala tingkah aneh kamu, setelah itu kamu akan saya pecat. Saya tidak menerima karyawan yang hanya menang di otak, tapi buruk di attitude.    

  Saya tidak menerima penolakan.    

  Mata Xena berbinar sempurna. Baru kali ini ia melihat Vrans berbicara sepanjang ini? Berbicara? Anggap saja seperti itu. Dengan tingkat percaya diri yang sangat tinggi sampai menembus langit, Xena menatap Vrans dengan mata berbinar andalannya.    

  "Aku pasti orang pertama yang kamu ajak berbicara sepanjang ini, iya kan?"    

  Vrans menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring. "Tidak." Ucapnya dengan nada dingin.    

  "Atau jangan-jangan kamu memang suka dengan aku?" Tanya Xena yang merasa belum puas dengan jawaban Vrans tadi.    

  "Tidak."    

  "Aku pasti memang gadis pertama kan yang kamu ajak bicara sepanjang ini?" Ulang Xena karena tidak puas dengan jawaban atasannya itu.    

  "Bahkan saya tidak berbicara."    

  Xena berdecak sebal. "Ya iya sih kamu ngetik, tapi masa ngetik gak di baca?"    

  "Terserah."    

  "OKE DEH SAYANG, AKU MAU LANJUT KERJA DULU, BYE!"    

  Vrans meringis mendengar teriakan dari mulut Xena. Gadis itu benar-benar! Ia melihat Xena melenggang pergi dengan senyum yang sangat ceria sambil menatap terus menerus lembar perjanjian itu tanpa henti, dasar gadis aneh!    

  Merasa lelah karena belum sempat makan siang, ia berniat untuk keluar dari ruang kerjanya dan menuju ke luar gedung untuk makan siang di restoran.    

  Masa, Manhattan     

  //Restoran Jepang dan Sushi yang terletak di lantai empat Time Warner Center di 10 Columbus Circle di Manhattan ini merupakan salah satu restoran termahal di dunia, dan termahal di New York. Restoran yang dibuka oleh Chef Masa Takayama tahun 2004 ini, memiliki hidangan yang sangat segar dan berkualitas.//    

  Daripada tenaganya habis untuk berbicara pada gadis aneh yang sialnya adalah sekretaris utama di perusahaannya, lebih baik ia makan sushi.    

  Disisi lain, Xena masih saja memperlebar senyumnya. Ah ia masih merasa sangat spesial di mata Vrans! Tuhkan ia sudah bilang jika kelak Vrans pasti suaminya! Di Dunia ini kita kan harus berpikir optimis, gak boleh pesimis, pikir Xena.    

  Ia tidak satu ruangan dengan Orlin, sekretaris utama satu ruangan dengan Erica.    

  Erica Vresila, gadis yang kedudukannya latar belakangnya hampir sama dengan Xena. Ia gadis yang mampu bersaing dengan pekerja lain yang mendaftar di perusahaan ini. Dengan otaknya yang di atas rata-rata, membuat dirinya dengan mudah merebut posisi sekretaris. Namun sialnya otaknya tidak bisa menandingi Xena, gadis aneh itu benar-benar cerdas dengan sistem pola pikir yang terkadang diluar nalar. Salah satu kelebihan Xena yang selalu dipertahankan Leo.    

  "Lama-lama kamu gila deh kayaknya, Na." Ucap Erica yang menatap Xena dengan tatapan aneh, melihat gadis itu dengan tidak tahu malunya tersenyum terus menerus memandang selembar kertas.    

  Xena melebarkan senyumnya. "INI TUH DARI CALON SUAMI AKU! DIA NGOMONG PANJANG BANGET SAMA AKU, SENENG BANGET ARGGHH!" Pekiknya sambil memeluk pelan kertas yang di berikan Vrans tadi untuknya. Ah rasanya begitu menyenangkan!    

  Erica memutar bola matanya malas. "Kalau nanti kamu sakit hati karena dia mungkin sudah punya kekasih, aku tidak ingin mendengarkan suara tangisan mu yang menyakiti telinga."    

  Xena meringis, "Ya tidak mungkin lah! Orang cuek seperti dia tidak mungkin punya kekasih! Aku yakin aku akan menjadi yang pertama!"    

  Oh ya, satu lagi kelebihan Xena. Ia sangat teramat percaya diri. Leo tidak pernah malu membawa gadis itu masuk ke ruangan meeting dan terkadang Xena juga memberikan pendapat yang sebelumnya belum pernah dipikirkan mereka. Jujur saja, perusahaan ini memiliki kerja sama yang lumayan banyak dengan orang berpengaruh di dunia contohnya W'company dan Wesley company, itu berkat bantuan dari Xena. Luar biasa, bukan?    

  "Terserah kamu lah, kamu senang aku juga ikut senang saja." Ucap Erica, kembali menatap layar laptopnya, memeriksa statistik keuangan perusahaan. Lebih baik dirinya berkutat dengan beberapa dokumen daripada meladeni Xena yang pastinya tidak akan ada habisnya.     

  Pikiran Xena sudah melayang kemana-mana. Membayangkan semua hal yang ia akan lakukan ketika dirinya berhasil mendapatkan hati si es batu.    

  Lihat saja, Xena pasti bisa! Ia pasti akan mencairkan pertahanan yang Vrans buat. Entahlah, dengan modal percaya diri yang sangat tinggi mungkin ia harus lebih dari sekedar berusaha.    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.