My Coldest CEO

Dua puluh tiga



Dua puluh tiga

0  Selesai! Orlin menyudahi rekaman di ponselnya untung saja ponselnya dalam keadaan diam kalau tidak panggilan telpon dari Niel akan terdengar.    

  "Jangan bersembunyi, keluarlah."    

  Deg    

  Seketika lutut Orlin lemas. Napasnya mulai tercekat dengan pikiran yang sudah menjalar kemana-mana. Apakah ia ketahuan bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan mereka?    

  "Tidak, aku akan tetap bersembunyi di dalam bayang-bayang Paula saja. Selamat tinggal."    

  Orlin menghembuskan napas lega. Beruntung bukan dirinya yang ketahuan tapi mereka memang masih ada disana. Apa tadi katanya? Bersembunyi? Ada apa ini semua?    

  Alisnya menyatu tanda dirinya berpikir keras. Selama ini Xena tidak pernah memiliki musuh satu pun. Gadis itu terlalu baik dan terlalu ceria untuk ukuran gadis yang memiliki banyak musuh. Astaga apa yang ia lewatkan selama ini? Ia merasa menjadi sahabat tidak berguna jika tidak tahu apapun mengenai apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya ini.    

  Orlin keluar dari persembunyiannya. Ia harus segera pergi dari sana sebelum ada yang menyadari kehadiran dirinya. Dengan langkah seribu yang di keluarkan sekuat tenaga, ia meninggalkan tempat itu dengan berbagai macam perasaan. Takut, cemas, dan tentunya senang karena mendapat informasi penting ini. Ia akan memberitahu Vrans dan yang lainnya, itu pasti.    

  Ia segera masuk ke dalam mobil untuk kembali menjalankan misinya ke rumah kediaman keluarga Alvaro. Bagaimana pun juga, ia harus tetap memenuhi janjinya pada Lala untuk datang ke kediaman mereka sebelum memberikan informasi ini kepada Vrans.    

  "LALA, I'M COMING!"    

  ...    

  Worth Street Veterinary Center    

  77 Worth St #1, New York, NY 10013, Amerika Serikat.    

  Worth Street Veterinary Center terletak di Kota New York. Worth Street Veterinary Center bekerja di aktivitas Dokter hewan dan klinik hewan.     

  Dengan sabar, Vrans menunggu Xena yang sedang menjenguk Poddie yang masih berada di rumah sakit hewan. Rasa sayang Xena terhadap Poddie memang tidak dapat di anggap remeh. Jika dirinya tidak melarang, Xena terus bersikeras untuk menginap disini untuk menemani Poddie tidur dan bermain. Terdengar aneh memang tapi jujur ini semua berasal dari hati Xena yang tulus.    

  "Tapi dok aku kan mau main lagi sama Poddie, jahat banget sih."    

  Vrans menoleh mendapati Dr. Regita tengah menarik lembut pergelangan tangan Xena dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Walaupun sikap Xena benar-benar menghabisi rasa sabarnya, tetap saja ia tersenyum dengan lebar. Dokter memang harus ramah pada siapa saja, bukan?    

  "Maaf nona Xena, tapi Poddie harus beristirahat." Ucapnya dengan sangat sopan menatap Xena yang tengah merajuk ke arahnya karena jam besuk Poddie udah selesai.    

  Vrans menghampiri mereka, lalu memeluk pinggang Xena dengan sayang. Saat ini kedekatan mereka berdua menjadi pembicaraan hangat di sosial media. Seorang Luis dan Anderson bersatu, walaupun tidak dapat menandingi posisi Damian dan Klarisa, ya setidaknya mereka menjadi topik terhangat bulan ini.    

  "Ayo kita pulang, kamu belum makan, kan? Biarkan Poddie beristirahat, nanti kalau dia semakin sakit, memangnya kamu mau?"    

  Xena menggeleng kuat membuat Vrans tersenyum.    

  "Terimakasih ya, aunty." Ucap Vrans sambil mengangguk dan tersenyum.    

  Benar, Dr. Regita adalah tante dari Vrans yang kebetulan bekerja di Worth Street Veterinary Center. Laki-laki itu memang sengaja menyerahkan Poddie pada Regita karena menurutnya wanita itu adalah orang yang sangat tepat untuk mengurus peliharaan mereka.    

  Vrans segera membawa keluar Xena dari rumah sakit hewan. Gadis itu menekuk senyumnya, pipinya menggembung lucu. Astaga apa gadis itu tengah merajuk juga kepadanya?    

  Dengan berbekal sifat yang apa adanya, Vrans diam saja. Ia tidak menanyakan hal lainnya kecuali 'kamu ingin makan apa?' setelah itu di dalam mobil tidak ada lagi pertanyaan. Menjadi laki-laki bawel sama sekali bukan karakternya.    

  "Kamu kenapa malah diam sih, Vrans!"    

  Vrans terkekeh kecil. Xena yang memang sudah sifatnya bawel dan cerewet pun tidak tahan dengan situasi ini. "Aku bingung harus bagaimana saat kamu sedang merajuk seperti ini."    

  Xena memutar bola matanya. Ia memandang wajah Vrans dengan intens. Sepertinya laki-laki ini serius padanya. Mengenai dia yang mati-matian berusaha untuk mengembalikan kepingan memorinya tentu bukan suatu hal yang mudah. Namun sampai detik ini Vrans sama sekali tidak pernah mengeluh bahkan untuk menyerah saja tidak.    

  "Apa aku benar-benar amnesia, Vrans?"    

  Laki-laki disampingnya itu mengangguk pasti. Sorot matanya seperti terlihat sedang menelusuri waktu lampau. Mungkin Vrans sedang menyesal atas sifatnya yang terlalu berlebihan kemarin.    

  "Apa aku dulu sangat mencintaimu, Vrans?"    

  Vrans mengangguk.    

  "Apa aku mengejar-ngejar dirimu?"    

  Vrans lagi-lagi mengangguk.    

  "Tapi kenapa kamu tidak merespon ku?"    

  Tubuh Vrans menegang, ia mengingat alasan yang di gunakan dirinya saat menolak kehadiran Xena. Pikirannya mulai berkelana mengingat sosok Klarisa, lagi. Sedang apa gadisnya di London sana ya? Apa sudah makan? Apa dirinya baik-baik saja? Apa calon anaknya juga baik?     

  Calon anak? Luka dihatinya kembali terasa lagi. Sepertinya hatinya mulai bercabang antara Klarisa dan Xena.    

  "Karena dulu aku masih mencintai sahabatku."    

  Xena mendengus. "Dasar cowok aneh."    

  Huh, itu dulu kalimat ku untuk mu, tahu! Dasar gadis pluto! Batin Vrans.    

  Olio e Piú    

  3 Greenwich Ave, New York, NY 10014, Amerika Serikat    

  Amazing restaurant with phenomenal service!    

  Rated 10/10 or whatever you say    

  Mereka memasuki restoran pizza yang cukup terkenal di New York. Suasana restoran cukup ramai mengingat ini adalah jam pulang kerja, pasti banyak orang yang ingin mengisi daya tubuh mereka yang terkuras sebab bekerja seharian. Lelah, letih, dan lesuh terbayar sudah ketika mereka memakan bongkahan pizza dengan topping yang sangat menggiurkan.    

  Vrans memesan satu Pizze Rosse Abbondante (Mozzarella, mushrooms, artichokes, prosciutto cotto, kalamata olives, basil) untuk mereka berdua.     

  Untuk dessert, Vrans memilih Tiramisu (lady fingers soaked in espresso, mascarpone cream, cocoa powder, espresso gelato).    

  Dan Xena memilih Nutella Calzone (lady fingers soaked in espresso, mascarpone cream, cocoa powder, espresso gelato).    

  "Vrans, aku ingin tequilla." Ucap Xena tiba-tiba membuat wajah selucu dan semenggemaskan mungkin.    

  Vrans menatapnya dengan tajam. Terakhir Xena meminum Tequilla, gadis itu berakhir mabuk yang sangat menyiksa batin laki-lakinya. "Tidak, jangan meminum itu." Ucapnya dengan sangat dingin.    

  Vrans memesankan cappucino untuk Xena, yang tentunya membuat gadis itu berdecak sebal. Sedangkan dirinya pribadi memesan Vulcano (Del Maguey Vida Mezcal, Lunazul tequila, aperol, aveze, lime cordial, hibiscus).    

  Mereka menunggu pesanannya tersaji. Perut mereka benar-benar berbunyi satu sama lain. Ini semua karena Xena yang keras kepala ingin bermain bersama Poddie dan melewatkan jam makan siang. Ia sangat menyayangi anjing puddle itu sampai lupa jika peliharaannya sedang sakit. Makan pun belum sempat karena gadis itu terburu-buru takut terjadi hal yang tidak menyenangkan pada Poddie.    

  "Kenapa lama sekali, aku lapar." Rengek Xena sambil menepuk-nepuk perut ratanya.     

  Vrans terkekeh. "Sabar."    

  Ting    

  Ting    

  Ting    

  Vrans memeriksa ponselnya.     

  Orlin St'1    

  Bos, maaf ganggu, tapi ini penting    

  Ia menaikkan sebelah alisnya.    

  Orlin St'1    

  Tentang kasus kecelakaan Xena dan kemungkinan juga tentang kejadian yang hampir merenggut nyawa Xena.    

  Orlin St'1    

  Send a voice note    

  Vrans    

  Nanti akan aku bahas,     

  Pikiran Vrans mulai menghubungkan satu per satu kejadian yang berbahaya dalam hidup Xena beberapa bulan kebelakang ini. Pasti ini semua ada kaitan dengan dirinya. Ya, pasti. Tapi kenapa kejadian itu terjadi setelah Paula datang ke New York? Atau jangan-jangan, ah tidak, tidak mungkin. Ia mulai berpikir keras menebak-nebak siapa yang berbuat seperti ini.    

  "Kamu kenapa? Makan."    

  Tidak terasa, ia melamun cukup lama. Membuat Xena mendengus kesal karena di diamkan olehnya.    

  Vrans tersenyum. "Selamat makan, sayang."    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.