My Coldest CEO

Lima puluh empat



Lima puluh empat

0Xena menatap haru seluruh orang yang berada di rumah Vrans saat ini. Ia sudah berkali-kali berterimakasih dengan raut wajah yang terlewat bahagia, mungkin dirinya kini lebih mirip dengan anak kecil yang dibelikan mainan kesukaan mereka dengan jumlah yang banyak.     

"Vrans, ini sangat romantis." Ucapnya sambil menatap laki-laki yang kini memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Baiklah hei, Xena tidak akan hilang kemanapun!     

"Apa? Bukan aku yang menyiapkan ini semua." Ucap Vrans sambil mengulum senyumnya. Seperti perasaan Xena saat ini, ia benar-benar merasa bahagia. Adanya gadis itu di dalam kehidupannya telah memberi pengaruh yang sangat besar dan kini hatinya telah memilih Xena sebagai pasangan hidup untuk selamanya.     

Xena mencubit pinggang Vrans dengan gemas. "Jangan berbohong, Tuan Tampan!" pekiknya dengan raut wajah yang memerah. Ia tau persis bagaimana Vrans yang sudah menyiapkan ini semua untuk dirinya karena tadi Orlin bercerita. Namun mendengar jawaban laki-laki itu yang seolah tidak mengaku, membuat dirinya sebal.     

Dalam detik itu juga Vrans tertawa ringan. "Ya sudah tau itu aku yang mempersiapkannya, kenapa harus dipertanyakan lagi, sayang?"     

Blush     

Baiklah, padahal Xena sendiri yang bilang jika ia ingin dipanggil dengan sebutan sayang oleh Vrans. Tapi saat laki-laki itu memanggil dirinya sesuai keinginan Xena, justru gadis itu merasa malu.     

"Kenapa? Kamu tidak suka dengan panggilan sayang aku untuk kamu?" Ucapnya sambil mengerling jahil, mendekati wajah Xena membuat hidung mereka saling bersentuhan.     

Xena yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentu saja membuat dirinya terkejut. "Astaga bosayang, banyak tamu! Kamu mau apa? Jangan cium-cium aku ya. Aku malu." Ucapnya dengan heboh. Ia memang selalu mabuk kepayang jika Vrans melumat bibirnya dengan sangat lembut, tapi jika di depan banyak orang jelas saja adalah suatu hal yang berbeda.     

"Berisik." Ucap Vrans sambil terkekeh kecil. "Ada paper party yang mendarat di rambutmu." Sambungnya sambil menjauhkan wajahnya kembali dan mengangkat tangan, memberi tau Xena jika ucapannya benar karena kini ditangannya memang ada paper party bewarna gold dan silver.     

Dalam detik itu juga, rona merah di pipi Xena menjalar sampai ke telinga. "DASAR BOSAYANG NYEBELIN!!" Teriaknya yang berhasil menarik perhatian semua orang yang berada disini. Ia menggembungkan kedua pipinya, lalu mengalihkan pandangannya dari Vrans.     

"Maaf ya semua, nikmati lagi acaranya." Ucap Vrans dengan lantang. Setelah melihat para tamunya yang sudah kembali pada kegiatan masing-masing, ia menatap ke arah gadisnya dengan sorot mata yang hangat. "Hei, jangan marah, gadis Pluto. Aku hanya bercanda."     

Xena masih saja bergeming.     

"Kalau gitu, dalam hitungan ketiga kamu belum menatap aku kembali, akan ku pastikan satu ciuman manis mendarat di bibirmu." Bisik Vrans tepat di telinga Xena.     

Xena menatap lurus objek acak yang menjadi daya pandangnya dengan raut wajah cemas. Jika saja bukan di tempat banyak orang, pasti ia sudah sangat mengizinkan Vrans untuk mencium dirinya. Astaga Xena. "Lakukan saja jika berani."     

Bodoh. Ia merutuki dirinya sendiri karena dengan tanpa pikir panjang langsung berbicara seperti itu dengan ringannya. Sudah pasti Vrans akan merasa tertantang.     

Vrans tersenyum miring. "Satu, sayang."     

Xena menggigit bibir dalamnya.     

"Dua, cinta."     

Kali ini, Xena sudah menggigit dalam bibirnya dengan sangat kencang. Ia cemas karena Vrans memang laki-laki yang sangat nekat.     

"Tig--"     

"AWSHH!!"     

Xena mengibas-ngibaskan tangan di depan bibirnya dengan heboh, lagi dan lagi ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Namun kali ini, mereka menatap cemas ke arah Xena. Gadis yang tidak bisa diam itu kini mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.     

Vrans yang melihat itu langsung membelalakkan matanya. Ia menangkap tubuh Xena ketika gadis itu lemas melihat darahnya sendiri. "Astaga kamu ngapain sih?" Tanyanya dengan sangat panik.     

Ia menggendong Xena ala bridal style lalu menaruhnya dengan lembut di sofa.     

Di sisi lain, Orlin dengan gerakan yang sangat cepat langsung melepas genggaman tangan Niel pada jemari tangannya. Ia segera berlari ke arah Vrans memberikan air mineral dan mangkuk pada laki-laki itu. "Kumur-kumur mulut dengan air mineral lalu nanti langsung di buang ke dalam mangkuk."     

Xena melihat banyak orang yang menatap ke arahnya dengan sorot mata bertanya-tanya. Astaga ia sangat memalukan.     

"Vrans, segera hubungi pihak kedokteran untuk menangani luka Xena supaya tidak infeksi." Ucap Leo yang menatap ke arah Xena dengan cemas. Bayangkan saja, gadis yang telah menjadi andalannya bertahun-tahun sangat gemar mendapatkan luka di tubuhnya. Tentu saja hal itu membuat dirinya mempunyai perasaan cemas yang berlebihan.     

Begitu juga dengan Leo, Liam dan Tasya lantas ingin menghubungi pihak kedokteran. Mereka tidak ingin putrinya merasa sakit yang sudah dirasakan akhir-akhir ini.     

Melihay itu, Xena segera angkat bicara. "Ih aku baik-baik saja. Sudah jangan berlebihan!" Ucapnya dengan raut wajah tidak enak.     

Lagipula ini kesalahannya yang terlalu kuat menggigit bagian dalam bibirnya mengakibatkan luka yang lumayan memilukan.     

"Kamu tidak pernah berhati-hati." Ucap Vrans dengan dingin. Ia sangat kesal jika untuk kesekian kalinya gagal menjaga Xena.     

Sedangkan Xena, gadis itu kini sedang berkumur supaya tidak ada lagi darah yang keluar dari luka sobek di dalam mulutnya.     

"Sudah ya kalian kembali menikmati acaranya saja. Maafin aku sudah mengganggu kalian, bosayangnya saja yang menyebalkan, huh!" Ucap Xena.     

Vrans menaikkan sebelah alisnya. "Siapa yang kamu bilang menyebalkan? Katakan sekali lagi."     

"Kamu." Ucap Xena sambil menjulurkan lidahnya.     

Kali ini, Vrans tidak ingin menimpali ucapan Xena. Ia segera mendekatkan wajahnya lalu meraih rahang tirus gadisnya dengan lembut. "Apa masih terasa sakit?"     

Xena mengangguk. "Iya, sedikit perih."     

"Kita ke dokter ya? Aku serius."     

"Jangan berlebihan, bosayang. Aku baik--"     

"Kalau nanti terjadi sesuatu bagaimana? Kamu hobi sekali terluka dengan luka yang serius ataupun ringan sekalipun."     

Xena mengulum senyumnya. "Apa Tuan khawatir dengan sekretaris utama satu ini?" Tanyanya dengan nada jahil.     

Vrans mengecup singkat bibir Xena. "Iya, aku khawatir karena aku peduli dengan kamu. Sejak awal, kamu sudah menjadi tanggung jawab aku. Setidaknya jika aku tidak ada, jagalah diri kamu sendiri untuk aku." Ucapnya dengan sorot mata yang menelusur dalam ke bola mata Xena. Seperti memancarkan kalimat yang sangat bersungguh-sungguh dari hati untuk gadisnya.     

Xena tersenyum hangat. "Kan kalau begini jauh lebih baik. Bosayang sudah tidak seperti kulkas berjalan lagi." Ucapnya sambil terkekeh ringan.     

"Kalau menjadi hangat bisa membuat kamu sebagai ini, kenapa tidak?"     

"Kamu sepertinya sudah akan berubah menjadi My Sweet Husband deh, Bosayang!"     

Vrans terkekeh. "Siapa yang bilang? Aku akan tetap menjadi 'My Coldest CEO' untukmu."     

Bagi sebagian pasangan di muka bumi ini terkadang memang terlalu mengaitkan kehidupannya dengan cinta. Karena cinta yang sejati selalu memberikan efek positif ke dalam kehidupan mereka. Tidak jarang juga seperti Damian dan Klarisa yang hidupnya sangat romantis dan jauh lebih tentram dari hidupnya bersama dengan Xena, namun rintangan ini yang selalu membuat mereka kuat dan menjalin hubungan seberat apapun.     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.