My Coldest CEO

Lima puluh enam



Lima puluh enam

0Mungkin untuk sebagian orang, sangat mustahil untuk mendapatkan hati seorang CEO yang dingin dan tidak tersentuh. Apalagi dihatinya masih terdapat satu nama cinta pertamanya.     

Dan ya, satu lagi.     

Di saat kamu berhasil mendapatkan hati laki-laki tersebut, maka kamu akan menjadi seorang gadis yang paling beruntung sedunia.     

Seperti Xena saat ini, ia tengah mematut tubuhnya di cermin besar yang berada di ruangan besar bersama dengan Vrans dan beberapa pegawai lainnya, ah ya serta atasan butik tersebut ada di sana karena memang untuk memenuhi prosedur jika ada salah satu keluarga berpengaruh yang berkunjung ke butiknya. Mereka tengah melakukan fitting gaun pernikahan yang diadakan satu minggu lagi.     

Terlalu cepat? Tidak. Menurut Vrans, lebih cepat lebih baik. Karena dia adalah laki-laki yang tidak terlalu suka untuk menunda hal yang sudah pasti. Contohnya, Xena sudah pasti menjadi miliknya.     

"Bosayang, apa baju ini pantas dengan ku?" Tanya Xena dengan raut wajah kebingungan. Pasalnya semua baju terbaik yang ada di butik terlihat sangat menggiurkan dengan harga yang memang tidak dapat di anggap remeh. Bayangkan saja laki-laki itu menawarkan gaun pernikahan termahal sedunia yang di rancang oleh desainer asal Mesir Hany El-Behairy.     

//Fyi; Desainer asal Mesir Hany El-Behairy telah merancang sebuah gaun pengantin termahal di dunia yang harganya mencapai 15 juta dolar AS atau sekitar Rp 209 miliaran. Gaun tersebut ia tampilkan dalam ajang fashion show terbarunya beberapa waktu lalu di Kairo, Mesir.//     

Gila? Memang. Vrans ingin membuat pesta pernikahan yang sangat mewah, malah terkesan sangatlah mewah.     

Vrans menaikkan sebelah alisnya. "Harus berapa kali kamu menanyakan hal itu?"     

Xena mendengus kesal. "Ih aku tidak ingin terlihat jelek di acara pernikahan ku sendiri. Dan tentunya, kamu harus suka dengan apa yang aku pakai, supaya kamu nyaman."     

"Bersama kamu, aku sudah nyaman, Gadis Pluto."     

Tiba-tiba saja rona di kedua pipi Xena terlihat. "Jangan memanggilku seperti itu, nanti di tertawakan oleh para pegawai dan atasan yang ada disini." Ucapnya dengan nada sebal sambil melihat beberapa pelayan yang justru tidak menghiraukan interaksi pasangan ini. Karena menurut mereka, tamu memiliki privasi walaupun mereka berada satu ruangan dengannya.     

Vrans terkekeh kecil. "Selesaikan acara memilih baju mu, aku lapar ingin makan steak."     

Dengan semangat, Xena mengangguk. "Baik, aku juga lapar sudah berapa lama kita disini?" Ucapnya sambil terkekeh. Entahlah, ia tidak pernah tau seberapa rasa sabar yang Vrans miliki untuk dirinya. Karena pada dasarnya, ia memang pribadi yang sangat bimbang jika di berikan pilihan. Apalagi pilihannya sangat banyak dan sebagus ini.     

Vrans tersenyum hangat kala melihat Xena yang kembali bertanya-tanya tentang bagaimana design yang pantas untuk tubuhnya yang mungil. Entah itu tentang design hiasan ataupun model yang akan dipakai.     

"Vrans, aku sudah mendapatkankannya!!"     

Vrans kembali menoleh ke arah gadisnya yang sedang tersenyum manis mengangkat tinggi-tinggi gaun yang telah dipilihnya ke udara. Ia mengangguk lalu beranjak dari duduknya untuk mendekati atasan sang pemilik butik tersebut.     

"Saya ingin design yang seperti ini, dan jangan lupa di tambahi dengan hiasan berlian kecil. Jangan mengecewakan ku." Ucapnya dengan nada dingin sambil mengambil gaun yang berada di tangan Xena, memberikan gaun itu ke seorang atasan yang menatap takut ke arahnya. Astaga aura dingin Vrans benar-benar belum hilang.     

Xena yang melihat itupun langsung saja mencubit pinggang Vrans. "Jika meminta, ucapkan dengan ramah, Vrans!" Ucapnya dengan raut wajah sebal. Pasalnya, sudah berkali-kali ia mengingatkan laki-laki ini untuk memberikan sedikit senyumnya kepada orang lain. Tapi nyatanya, Vrans tetaplah Vrans.     

Vrans meringis kecil. "Iya sayang ku, cerewet sekali."     

Dengan cepat, Vrans menatap atasan tersebut dengan seulas senyuman. "Maaf, bisa tolong buat design gaun pernikahan seperti ini dengan versi yang lebih mewah?"     

Xena tersenyum senang lalu memeluk lengan Vrans dengan manja. "Jadi semakin sayang dengan bosayang!"     

Atasan butik tersebut mengangguk dan menyuruh pegawai lainnya untuk langsung mengerjakan ini semua. Karena mereka tau jika seorang Luis tidak akan pernah dibiarkan untuk menunggu dengan jangka waktu yang lama.     

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?"     

Vrans menggeleng kecil. Lagipula ia sudah melakukan fitting jas dari jauh-jauh hari. Sudah berapa kali ia bilang, jika ia sudah mempersiapkan semuanya?     

"Baik, mari saya antar keluar ruangan."     

Xena dan Vrans mengikuti atasan tersebut. Mereka berjalan layaknya pasangan yang memang tidak akan pernah terpisahkan. Dan itu benar adanya. Anggap saja jika Vrans terlalu mencintai Xena, tapi ia benar-benar tidak pernah berpikir untuk meninggalkan gadis lucu itu.     

"Kamu tau tidak apa perbedaan kamu dengan negara italia?" Tanya Xena tiba-tiba sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Vrans yang memang terlihat tinggi karena ia pendek.     

Vrans menurunkan pandangannya. "Tidak. Memangnya apa?"     

Xena mengulum senyumnya. "Bohong, pasti kamu tahu. Tebak terlebih dahulu, setelah itu kamu boleh menyerah."     

Vrans menyatukan kedua alisnya pertanda sedang berpikir keras. "Hm kalau Italia itu negara, kalau aku itu your future husband?"     

Dalam detik itu juga, semburat merah jambu tercetak jelas di kedua pipi Xena. Niatnya ia yang ingin melontarkan sebuah rayuan, tapi kenapa dirinya yang merasakan malu seperti ini?     

"Tidak, tidak, kamu salah!" Pekik Xena sambil menutup wajah dengan telapak tangannya yang bebas tidak memeluk lengan milik Vrans.     

Vrans menghentikan langkahnya. Lalu menatap Xena dengan dalam sambil melepaskan kaitan tangan gadis itu pada lengannya. "Lalu apa, sayang?" Ucapnya dengan nada sangat lembut. Kali ini, ia mengelus puncak kepala Xena, lalu mengecupnya tepat di kening gadis itu. Astaga, Vrans mampu menjadi sosok yang manis hanya pada gadis yang bernama Xena Carleta Anderson.     

"Sini, mendekat lah." Bisik Xena sambil mengibaskan kedua tangannya di udara, memberi pertanda jika Vrans harus lebih bisa mendekat dengannya.     

Untung saja kali ini suasana butik tidak terlalu ramai, jadi Vrans bisa melakukan tindakan romantis yang mungkin saja akan menarik perhatian banyak orang.     

Vrans mendekatkan tubuhnya pada tubuh Xena sampai deru napasnya terdengar oleh gadis itu. "Apa?"     

Xena tersenyum konyol. "Kalau italia itu adalah negara paling romantis sedunia, kalau kamu itu adalah laki-laki yang paling aku sayang sedunia."     

Vrans terkekeh, dengan gemas ia menarik dagu Xena dengan perlahan. "Belajar merayu dari mana?"     

"Internet, supaya aku bisa menjadi gadis yang romantis untuk bosayang." Ucap Xena dengan lugu.     

Vrans yang mendengar pernyataan itu langsung saja terkekeh geli. "Lakukan saja apa yang membuat kamu senang, karena aku sangat bahagia ketika melihat kamu tersenyum." Ucapnya dengan nada rendah.     

Ia mendekati bibir Xena, dan melumatnya dengan pelan. Hanya lumatan sesaat, pertanda jika ia memang bersungguh-sungguh dalam mengatakan hal ini.     

"Xena sayang bosayang."     

"Itu pemborosan kata, Gadis Pluto."     

"Loh tidak masalah dong. Untuk masalah pemborosan kasih sayang, itu adalah hal yang menyenangkan."     

"Kalau begitu, promise that you will remain my reason to change for the better."     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.