My Coldest CEO

Enam puluh sembilan



Enam puluh sembilan

0"ASTAGA AKU TELAT!"     

Xena dengan heboh langsung menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya, melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Ia dengan gerakan cepat langsung membuka jendela kamarnya, membiarkan cahaya matahari masuk kedalam melewati celah-celah jendela. Dengan tatapan yang cukup panik karena takut terlambat, ia menelusuri kamar ini. Kosong, hanya ada dirinya dan beberapa furniture mewah pelengkap kamar, selebihnya tidak ada Vrans yang tadi malam tidur di samping tubuhnya.     

Ia mendengus sebal, lalu segera memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap. Selang sekiranya dua puluh menit, ia sudah berganti dari pakaian tidur bermotif Mickey Mouse menjadi pakaian formal untuk bekerja.     

"Dasar bosayang, bisa-bisanya ia tidak membangunkan diriku!" Ucapnya sambil berjalan cepat ke arah meja rias. Dengan make up seadanya yang tidak terlalu terlihat mencolok, ia melanjutkan langkahnya menuju lemari besar tempat penyimpanan sepatu hak tingginya.     

Dengan jas hitam yang memadukan dress polos bewarna putih, ia mengambil high heels hitam supaya serasi dengan penampilannya saat ini. Walaupun ia masih tidak nyaman berpakaian seperti layaknya konglomerat ini, tapi tak ayal ia mulai membiasakan diri karena setelah menikah dengan Vrans pasti semua ini akan terasa biasa saja.     

Dengan asal, ia meraih salah satu tas jinjing bermodelkan Hermes Birkin Bag by Ginza Tanaka yang kemarin ia sempat pakai, dan juga tidak lupa mengambil ponselnya yang berada tepat di samping tas itu. Dengan cepat, ia menurunkan anak tangga, namun indra penciumannya menangkap bau sedap dari sesuatu yang manis. Sepertinya wangi madu?     

//Fyi; Tas tangan ini menyandang gelar predikat sebagai tas pertama di dunia yang bernilai satu juta dolar lebih. Tas tangan ini terbuat dari bahan platinum serta bertahtakan emas putih dan permata menawan. Dengan harga 19,5 milliar rupiah.//     

"Selamat pagi, nona."     

Xena menghentikan langkahnya dan memberikan senyuman terbaik untuk seseorang yang menyapanya. "Loh, yang di kitchen siapa, Chef?" Tanyanya dengan salah satu alis terangkat. Pasalnya yang kini menyapa dirinya adalah Chef pengganti Dion.     

"Tuan Vrans, nona."     

Ucapan Chef itu membuat Xena langsung membelalakkan kedua matanya. Astaga, ternyata laki-laki itu masih berada di rumah ini?! Kenapa tidak membangunkan dirinya terlebih dahulu?!     

"VRANS!" Pekik Xena sambil berjalan ke arah area kitchen dengan kaki yang di hentakkan dengan sebal. Ia melihat seorang laki-laki dengan kemeja putih sedang berkutat di dapur menggunakan celemek berwarna hitam dengan logo pisau dan garpu di tengahnya. Ia melihat Vrans yang sibuk membalik pancake dan menaruhnya secara bertumpuk di dua piring yang tersedia.     

Vrans yang mendengar pekikan itu langsung saja terkekeh kecil. Tanpa harus membalikkan badannya, ia sudah tahu siapa yang pagi-pagi sudah heboh meneriaki namanya. "Apa, sayang?"     

Xena dengan kesal langsung saja menaruh semua barang-barang yang di bawanya ke atas meja makan, lalu melangkahkan kakinya menuju Vrans yang bahkan belum mau menoleh ke arahnya. "Menyebalkan!" Serunya sambil berhenti tepat di samping laki-laki itu. Ia menggembungkan pipinya, merasa sangat sebal dengan perilaku Vrans.     

"Kamu kenapa sih pagi-pagi?" Tanya Vrans sambil mengulum sebuah senyuman geli. Tadi, ia sengaja mengatur jam dinding di kamarnya supaya terlihat lebih siang, padahal sekarang jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang telah di perbuatanya.     

Xena mencubit lengan Vrans. "Jangan berpura-pura. Lalu kenapa kamu masih ada disini? Kita bisa telat loh!" Ucapnya sambil kini menarik-narik tangan Vrans supaya mengikuti arahnya untuk segera memakai tuxedo-nya.     

Vrans tertawa ringan. "Sayang, lihat jam." Ucapnya sambil menunjuk ke arah jam dinding yang memang di sediakan di dalam area kitchen. Ia sengaja menaruh jam dinding di berbagai sudut yang biasa di pakai kerja oleh para maid-nya. Hal ini ia lakukan supaya mereka mendapatkan waktu istirahat pada jam yang sudah ditentukan. Baik sekali, bukan?     

Xena melihat arah yang ditunjukkan oleh Vrans. Setelah berhasil melihatnya, ia mendengus kesal. "KENAPA DI KAMARKU SUDAH PUKUL DELAPAN PAGI?" Tanyanya dengan nada lantang, sungguh ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi.     

Melihat hal itu, Vrans menaruh pancake terakhir ke atas piringannya, lalu ia mematikan stove dan langsung mengalihkan pandangannya pada Xena. Ia menatap hangat kedua manik mata itu. "Aku hanya ingin memberi kamu kejutan dengan membuatkan sarapan untuk kita." Ucapnya dengan seulas senyum yang sangat manis.     

Xena tertegun, tiba-tiba saja rasa kesalnya menguap dan lenyap begitu saja hanya karena melihat senyuman yang sangat memabukkan itu. "Eh?" Gumamnya sambil mengerjapkan kedua matanya. Ia benar-benar terlihat seperti seorang gadis yang linglung pada detik ini juga.     

Vrans terkekeh, lalu mengecup singkat bibir Xena. "Selamat pagi, Gadis Pluto ku." Ucapnya sambil mengambil kedua piring yang telah berisi beberapa tumpukan pancake pada masing-masing tangannya. "Mau segera menghabiskan sarapan dan pergi ke kantor, atau ingin diam saja seperti itu?" Tanyanya sambil melangkah ke arah meja makan, meninggalkan Xena yang kini sudah mengerjapkan matanya untuk yang kedua kalinya.     

"SELAMAT PAGI JUGA, BOSAYANG!" Balas Xena dengan suara lantang. Memangnya siapa yang tidak senang jika kekasihnya ini membuatkan dirinya sarapan? Keceriaan khas seorang Xena kembali hadir, membuat siapapun yang mendengarnya hanya dapat menggelengkan kepalanya saja. Ia menghampiri Vrans yang sudah duduk bersiap menyantap sarapan, terbukti dari pisau dan garpu yang sudah berada di kedua tangannya.     

Ia segera duduk tepat bersebrangan dengan Vrans, lalu langsung menyantap pancake yang sudah diberikan toping madu dengan rasa yang manis. Astaga sangat menggugah selera, ia tidak pernah bisa menolak sesuai yang manis. Terlebih lagi Vrans, laki-laki manis yang berhasil ia dapatkan hatinya. Baiklah, tidak perlu keluar topik pembicaraannya, Xena.     

"Kamu menjahili ku lagi ya?" Tanya Xena setelah kunyahan pancake di mulutnya sudah hancur dan di telan melewati dinding tenggorokannya.     

Vrans mengarahkan tatapannya pada Xena, gadis itu selalu tampil cantik apapun keadaannya. "Iya." Ucapnya sambil memotong sedikit tepi pancake, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya.     

"Dengan cara memutar jarum jam nya?" Tebak Xena sambil menaikkan sebelah alisnya.     

"Iya." Jawab Vrans sambil meraih segelas susu hangat yang selalu di sediakan setiap paginya.     

"Niat sekali." Ucap Xena sambil terkekeh, ia menopang wajah dengan kedua tangannya, menatap lekat wajah tampan yang selalu menjadi daya tarik pandangannya.     

"Supaya berhasil." Ucap Vrans.     

"Kalau begitu, aku juga ingin membuat kejutan untuk dirimu!" Seru Xena dengan bola mata yang berbinar sempurna.     

Mendengar hal itu, Vrans langsung saja terkekeh. "Yang namanya kejutan, itu rahasia. Kalau sudah diberi tahu seperti ini, itu namanya bukan lagi kejutan." Ucap Ucapnya sambil menyuapkan potongan terakhir pancake ke dalam mulutnya. Ia melihat ke arah Xena yang kini melepas tangkupan tangan pada wajahnya, berganti menjadi menggaruk tengkuk yang ia berani bertaruh jika gadis itu kini tengah canggung.     

"Ah, eumh, kalau seperti itu kamu pura-pura tidak tahu saja!" Ucap Xena seperti memberikan saran terbaik yang ia miliki.     

Dengan gelengan kepala, Vrans menyudahi sarapannya untuk pagi ini, dan langsung menyambar jas tuxedo hitam miliknya yang tersampir pada kepala kursi tepat di sampingnya.     

Kali ini, mobil Lykan Hypersport menjadi pilihan yang bagus bagi dirinya pada hari ini.     

//Fyi; Lykan Hypersport adalah supercar asal Timur Tengah buatan W Motors yang berbasis di Beirut, Lebanon. Hanya diproduksi tujuh unit saja, dengan banderol mencapai 2,3 juta dollar AS atau Rp 29,75 miliar per unitnya. Angka tersebut melejitkan Lykan sebagai mobil termahal yang tampil di FF 7.//     

Tidak terlalu mahal baginya, tapi desain yang sangat keren membuat dirinya tidak perlu berpikir dua kali untuk membeli mobil ini.     

Xena yang melihat Vrans sudah selesai dengan acara sarapannya, ia segera memakan pancake di hadapannya dengan cepat.     

"Pelan-pelan, sayang." Ucap Vrans sambil memberikan ibu jarinya sebagai alat untuk menyeka noda kotor madu pada sudut bibir gadisnya.     

Xena tertegun, lalu memelankan kunyahannya karena perilaku Vrans yang terlewat manis ini.     

"Sudah bersih, makannya jangan berantakan lagi." Ucap Vrans sambil memberikan seulas senyuman. Ia meraih tas kerja, lalu beranjak dari duduknya.     

Melihat itu, Xena ikut berdiri tegak dan langsung meneguk susu hangatnya sampai tersisa setengah gelas. "Sudah selesai." Ucapnya sambil menyunggingkan senyuman konyol, andalan Xena.     

"Habiskan dulu." Ucap Vrans sambil melirik ke arah piring Xena yang masih terdapat dua bulatan pancake di atasnya.     

Xena menggeleng. "Tidak mau, kenyang." Ia berucap jujur karena memang sesungguhnya ia sudah merasakan kenyang yang luar biasa. Entahlah, ia sebenarnya hanya beralasan supaya nanti bisa mengorder beberapa makanan di jam kerja. Menjadi Xena memang terlihat sangat menyenangkan, namun tentu saja banyak sekali perjuangan sampai berada di titik seperti ini.     

Vrans mengangguk, lalu berjalan mendekati Xena. Sebagai pengakhiran, ia melumat kecil bibir mungil itu. "Yuk berangkat." Ucapnya sambil menggenggam erat tangan Xena. Ia mulai melangkahkan kakinya keluar rumah mewah ini, membuat Xena mengekori dirinya dari belakang sambil mengulum senyum bahagia.     

Sudah berapa kali pagi ini Vrans membuat Xena menyunggingkan senyuman?     

Saat tepat sampai di mobil yang sudah di sediakan di depan rumahnya, Vrans langsung melepas genggaman tangan itu dan membuka pintu mobil untuk gadisnya. "Seorang gadis pluto harus di perhatikan sebaik mungkin." Gumamnya pelan tepat gadis itu masuk ke dalam mobilnya.     

"Jangan terus menerus merayu ku, bosayang!" Ucap Xena dengan rona merah jambu yang sudah menghiasi pipi yang nyaris tanpa pori-pori itu.     

Vrans terkekeh geli, lalu memutari mobilnya, masuk ke dalam mobil dan mendaratkan bokongnya di kursi pengemudi. "Siap untuk bekerja?" Tanya Vrans sambil memasangkan seatbelt di tubuh gadisnya. Ia menatap lama wajah cantik itu, lalu mengecup pipinya.     

"Siap, bosayang!" Seru Xena dengan riang membuat Vrans tersenyum lalu menjauhkan dirinya untuk memakai seatbelt ditubuhnya juga.     

"Siap untuk semakin mencintaiku?" Tanya Vrans dengan nada rendah, ia menoleh pada gadisnya lalu tersenyum miring. Astaga ia benar-benar menjadi suka menjahili Xena.     

Sedangkan Xena, ia kini menatap malu ke arah Vrans. Padahal dulu ia sama sekali tidak keberatan saat menyatakan cintanya langsung di depan laki-laki ini. Tapi semakin hari, ia justru semakin merasa malu sampai menggelitik rongga dadanya.     

"Tentu saja! Hal itu adalah bagian terpenting dalam hidupku." Ucap Xena sambil memberikan Vrans sebuah senyuman yang sangat manis.     

"Kalau begitu, berikan aku sebuah kecupan pagi."     

Cup     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.