My Coldest CEO

Tujuh puluh



Tujuh puluh

0"Terimakasih atas waktunya, meeting hari ini sudah selesai." Ucap Xena sedikit membungkukkan badannya, seperti memberi salam hormat kepada beberapa orang yang berada di ruang meeting ini.     

Vrans yang melihat tingkah Xena yang menurutnya masih sangat kekanak-kanakan itu hanya terkekeh kecil saja. "Kalian boleh kembali ke ruang kerja masing-masing." Ucapnya sambil menganggukkan kepala seperti mengizinkan para karyawan yang sudah mengikuti meeting untuk segera kembali ke pekerjaan mereka.     

"Apa aku masih pandai dalam berpresentasi bosayang?" Tanya Xena sambil bergelayut manja pada lengan kokoh laki-laki yang kini berada di sampingnya. Seluruh karyawan sudah kembali pada pekerjaannya masing-masing, dan disini hanya tersisah dirinya dan juga Vrans.     

Vrans mengangguk. "Tentu, kamu masih mahir dalam ruang meeting. Materi yang kamu jelaskan sangat bagus dan mudah di pahami, terimakasih." Ucapnya sambil mencium puncak kepala Xena, lalu kembali menatap sorot mata yang selalu menatapnya dengan pandangan memuja. Sudah hampir beberapa bulan ini mereka terus-menerus menjalin kasih dengan manis. Tidak ada lagi rintangan sesulit saat datangnya Hana dan Sean di hidup Xena. Semuanya sudah berakhir, iyakan?     

"Kalau di puji terus-terusan aku bisa pingsan saat ini juga." Ucap Xena sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Ia berdiri tegak, lalu menggenggam telapak tangan kanan Vrans dengan erat. "Ayo, kamu melewatkan sesuatu!" Serunya sambil menarik tangan laki-laki itu supaya mengikuti setiap langkahnya.     

Vrans menaikkan sebelah alisnya merasa kebingungan dengan kalimat 'melupakan sesuatu' yang di maksud oleh gadisnya itu. Namun tak ayal ia mengikuti setiap langkah kecil itu yang mengarahkan dirinya masuk ke dalam ruang kerja pribadi miliknya? Tunggu, apa Xena sedang merencanakan sesuatu?     

Langkah Xena berhenti tepat di depan pintu kerja yang buram. Ia melepaskan genggaman tangan mereka, lalu mendongakkan kepala untuk melihat wajah Vrans. "Bersiap untuk takjub." Gumamnya sambil terkekeh kecil. Ia mengerling jahil, lalu berjalan ke belakang tubuh Vrans untuk menutup kedua mata laki-laki itu dengan tangannya.     

"Kenapa harus tutup mata?" Tanya Vrans dengan penasaran. Namun ia diam-diam juga mengulum sebuah senyuman manis, bagi siapapun wanita yang melihatnya pasti akan merasa meleleh pada detik itu juga. Astaga, Vrans sangatlah tampan.     

Xena terkekeh kecil. "Jangan banyak bertanya, bosayang." Ucapnya sambil mulai menyuruh Vrans berjalan masuk kedalam ruangan. Ia mengikuti setiap langkah laki-laki itu dengan tubuh yang sedikit berjinjit karena tinggi tubuhnya kalah dengan Vrans.     

"Berhenti, Tuan Tampan." Ucap Xena. "Tetap tutup mata mu, ya." Sambungnya sambil melepas penutup tangannya di mata Vrans. Ia berjalan ke hadapan laki-laki itu, lalu mengedarkan pandangan sambil tersenyum puas.     

"TADA!!" Pekik Xena sambil merentangkan kedua tangannya dengan senang. Mendengar hal itu, Vrans langsung membuka kedua bola matanya. Mengerjap kala cahaya matahari yang masuk dari celah jendela mulai menyapa penglihatannya. Ia menatap beberapa tumpuk bunga mawar yang indah, oh jangan lupakan juga satu setelan jas bermodel Alexander Amosu Vanquish II Bespoke yang sudah terletak di samping kursi kerjanya.     

//Fyi; Bentuk kemegahan dari setelan jas adalah terbuat dari dua wol termahal, qivuik dan vicuna yang langka. Sama seperti Dormeuil, setelan jas ini dibuat hanya untuk satu pelanggan. Setelan jas ini memiliki 9 buah kancing yang bertahtakan emas 18 karat serta permata. Yang menariknya pula, untuk pengiriman setelan jas ini dikirim menggunakan mobil van anti peluru. Harga untuk satu setelan jas ini senilai US$ 101.860 atau Rp 1,37 miliar.//     

"Bagaimana? Apakah kamu suka, bosayang?" Tanya Xena sambil menampilkan senyum manis terbaiknya. Ia sangat puas mengingat tuxedo ini yang dibeli menggunakan uang pribadi miliknya, hasil mengumpulkan dari uang mingguan yang di transfer kedua orangtuanya.     

Vrans berdecak kagum. "Tentu saja." Ucapnya dengan gembira sambil mendekatkan diri pada Xena, lalu dengan cepat memeluk erat tubuh mungil itu. Ia mengendus aroma manis pada lekukan leher gadisnya. "Terimakasih." Ucapnya dengan sangat tulus. Walaupun tuxedo yang dibelikan Xena ini tidak sebanding dengan tuxedo yang duluan pernah di beli dengannya bermodel Stuart Hughes Diamond Edition, tapi tak ayal hatinya menghangat mengingat jas ini di belikan oleh kekasihnya, gadis yang paling ia sayangi.     

//Fyi; Desainer pakaian mahal terkenal di dunia, Stuart Hughed bekerja sama dengan Richard Jewels membuat sebuah jas yang sangat mewah sekaligus menarik. Jas ini selain menggunakan bahan yang sangat baik tetapi juga bertahtakan permata sebanyak 480 buah. Harga untuk setelan jas ini senilai US$ 892.500 atau Rp 12 miliar.//     

Senyum mengembang tercetak jelas di wajah Xena. Gadis itu kini sudah mendaratkan bokongnya pada salah satu sofa panjang yang berada di dalam ruangan kantor Vrans. "Sama-sama, Tuan Tampan." Ucapnya. Ia pikir, hal ini bukanlah masalah yang besar, menghabiskan uang hanya untuk satu setelan tuxedo tentu sangat wajar bagi dirinya. Lagipula, uang tabungannya masih terbilang banyak.     

Vrans melihat setiap rancangan sempurna yang terdapat di jas itu. Lalu mulai mengarahkan tatapannya pada gadis yang kini tengah mengarahkan ponsel ke arah dirinya.     

"Say hi, bosayang." Ucapnya sambil menekan tombol 'play' pertanda ia akan mulai rekaman vidio.     

Vrans menampilkan senyum simpulnya. "Hi." Ucapnya singkat. Tidak, ia bukannya tidak merasa senang dengan hadiah yang Xena berikan ini. Ia hanya tidak terbiasa tersenyum ke arah kamera, mungkin akan dilihat semua orang yang mengikuti akun sosial media gadisnya itu.     

"Senyumnya mana?" Tanya Xena sambil terkekeh, ia memperbesar layar kameranya supaya daya rekamnya lebih dekat dengan Vrans. Ia rasanya ingin menarik lekukan senyum laki-laki itu saat ini juga. Lihat, Vrans masih menjadi 'Coldnest CEO' di hadapan banyak orang. Tapi jika bersama Xena, laki-laki itu berubah menjadi 'Sweet Boyfriend'.     

Vrans menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin bilang," Ucapnya dengan nada menggantung. "Calon istriku sangatlah cantik." Sambungnya sambil mengulum sebuah senyuman.     

Pada detik itu juga, bertepatan dengan durasi rekaman yang habis, pipi Xena merona sempurna, menjalar sampai ujung telinganya membuat kupu-kupu yang berada di rongga dada beterbangan bebas begitu saja. Tolong di ingat, Vrans benar-benar mengungkapkan apa yang ia rasakan di depan kamera. Dan ya, Xena sudah memposting itu di status sosial medianya. Sudah dapat di pastikan pasti vidio Vrans ini akan tersebar luas dengan heboh. Dan mungkin para wanita dengan tingkat halu yang tinggi mungkin akan me-repost vidio ini di akun miliknya.     

Vrans yang melihat itu terkekeh geli. Wajah merah tomat yang selalu menjadi daya tarik bagi dirinya. "Kamu lucu." Ucapnya sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana.     

Xena menaruh ponselnya di atas meja, lalu menutup wajah dengan kedua tangannya. "Aku malu, kenapa kamu bilang seperti itu?" Tanyanya dengan cicitan kecil. Hanya kalimat itu saja, tapi mampu membuat jantungnya memompa sangat cepat.     

Vrans terkekeh kecil, lalu berjalan menuju ke gadisnya yang masih menutup wajah. "Perlihatkan wajahmu atau aku cium?" Tanyanya sambil berjongkok di hadapan Xena. Melepas kedua tangannya yang berada di dalam saku celana, lalu berganti menjadi menangkup pipi gadisnya.     

"Tidak mau!" Seru Xena sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

Vrans terkekeh, lalu membuka tangan Xena yang menutupi wajahnya. "Memilih opsi yang kedua, heh?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyum miring. Ia menatap bibir ranum Xena.     

Yang ditatap pun langsung saja menutupi mulutnya dengan tangan kanan. "Jangan mendekat!"     

"Aku tidak mendengarnya." Ucap Vrans sambil menyingkirkan tangan Xena dari mulut gadisnya itu.     

Pada detik selanjutnya, Vrans meraih dagu Xena, lalu mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah gadisnya itu. "Ingin lumatan singkat, atau bagaimana?"     

Berkat ucapan Vrans barusan, kedua pipi Xena terasa sangat panas melebihi tadi. Ia pikir mungkin kini wajahnya sudah sangat mirip dengan warna merah tomat. "Kenapa bertanya seperti itu?!" Ucapnya sambil berusaha menutupi perasaan malu yang berdesir sampai ujung kepalanya.     

Vrans terkekeh kecil, lalu memundurkan wajahnya. "Aku sibuk." Ucapnya tiba-tiba, mengurungkan niat untuk menjahili Xena lebih lanjut. Ia berdiri tegak lalu mengacak lembut puncak kepala Xena. Setelah itu, ia kembali berjalan dan duduk tepat di kursi kerjanya.     

Xena yang melihat itu akhirnya menghembuskan napas lega. Tidak, ia tidak marah karena laki-laki itu tidak jadi mencium dirinya. Bahkan ia senang karena degup jantungnya kembali memompa dengan normal.     

"Dasar bosayang yang menyebalkan." Ucapnya sambil membenarkan beberapa anak rambut yang sedikit berantakan akibat ulah kekasihnya itu. Ia meniup poninya kala merasakan ada sehelai rambut yang menusuk ke matanya.     

"Siapa?" Tanya Vrans yang kini sudah kembali berkutat di depan laptop. Terlihat laki-laki itu yang menunjukkan sorot wajah serius, seperti dalam mode tidak ingin di ganggu.     

"Kamu lah." Ucap Xena sambil menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa.     

Vrans yang melihat hal itu pun langsung menaikkan sebelah alisnya. "Tidak bekerja?"     

Bukannya menjawab ucapan Vrans, Xena kini justru menidurkan dirinya di sofa setelah berhasil melepas high heels dengan bantuan masing-masing kakinya. "Hoam.." Pada hitungan detik berlanjutnya, terlihat gadis itu yang sudah memejamkan mata.     

"Kamu harus kerja." Ucap Vrans sambil mengulum senyuman hangat. Pasalnya, ia sangat tahu jika tadi malam gadis ini menemani dirinya lembur dengan beberapa dokumen yang menumpuk dan secangkir americano. Pantas saja jika Xena mengantuk, padahal jam belum menunjukkan pukul sepuluh pagi.     

Belum sempat ia memulai pekerjaannya, Xena sudah membuat ia harus beranjak dari duduknya lagi. Vrans melepaskan jas dari tubuhnya, lalu menaruh jas tersebut ke atas tubuh Xena, ia takut gadisnya kedinginan karena AC.     

"Terimakasih sudah selalu ada." Gumam Vrans sambil mengecup puncak kepala Xena. Sepertinya, gadis itu kini sudah masuk ke dalam mimpi. Wajahnya sangatlah damai, berbanding terbalik sekali saat gadis itu sudah terbangun yang selalu bertingkah heboh dan konyol. Namun tetap saja, apapun itu sifat Xena, ia tetap menyukainya.     

Vrans berniat untuk melangkah kembali ke meja kerjanya, namun bola matanya menangkap secarik kertas kecil yang berada di bawah dekat celah pintu ruang kerjanya. Dengan rasa penasaran, ia mengambil kertas itu dan membaca tulisannya.     

:envelope:     

For Xena Carleta Anderson,     

Your enemy is your friend, be careful, wait for my game, honey.     

:envelope:     

Pada detik itu juga, Vrans mendengus kesal. Apa maksud dari kertas ini? Tidak ingin banyak menaruh curiga yang membuat konsentrasinya terganggu, akhirnya ia kembali berjalan dan duduk di kursi kerjanya. Lalu menaruh kertas yang berisi pesan aneh itu ke atas mejanya, bersampingan dengan laptop yang kini ia pakai kerja.     

Pertanyaannya masih sama, siapa orang aneh yang menaruh surat di celah pintu seperti itu?     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.