My Coldest CEO

Delapan puluh



Delapan puluh

0Setelah berhasil menenangkan diri, kini Xena dengan senyuman yang mengembang mulai menatap dirinya di pantulan cermin besar yang berada di kamar miliknya dan Vrans. Walaupun belum sah menikah, mereka sama sekali tidak pernah berbuat tindakan terlarang yang menjorok ke arah dewasa. Mereka benar-benar bisa menjaga nafsu satu sama lain sampai saatnya tiba.     

"Kali ini aku terlihat sangat cantik." ucap Xena dengan senyuman manis yang tercetak jelas di wajahnya. Ia membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri membuat dress yang dipakainya terbawa angin.     

Kali ini ia memakai dress berwarna hitam polos dengan kerah V cukup rendah terpakai di tubuhnya yang mungil. Membentuk lekukan tubuhnya dengan sempurna ditambah lagi dengan paduan make up simple menambah kesan manis namun berkelas. Tidak lupa juga sebuah kalung dengan bandul berlian kecil menghiasi lehernya sebagai aksesoris pemikat mata yang menjadi daya tarik bagi orang-orang.     

Xena mengambil sebuah parfum favorit miliknya, lalu menyemprotkannya ke tubuh memberi kesan wangi wanita yang memanjakan indra penciuman.     

"Jangan cantik-cantik."     

Terlihat Vrans yang berjalan mendekati dirinya dari pantulan cermin. Laki-laki itu langsung memeluk tubuhnya dari belakang, lalu mengendus leher Xena sambil menghisap wanginya.     

Xena terkekeh kecil. "Geli, bosayang!" serunya sambil melihat Vrans dari pantulan kaca, laki-laki itu juga melakukan hal yang sama dengan dirinya sehingga kedua manik mata mereka bertemu.     

"Siapa yang suruh berpenampilan seperti ini?" Tanya Vrans sambil menegakkan tubuhnya, namun lingkaran tangan pada tubuh Xena tidak lepas sama sekali.     

Xena menaikkan sebelah alisnya merasa bingung dengan ucapan Vrans. Apa dirinya jelek dan tidak pantas berpakaian girly seperti ini? Dengan senyum yang menekuk, ia menatap Vrans dengan sorot mata sendu. "Aku terlihat buruk, kah?" Tanyanya. Ekspresinya saat ini membuat Vrans terkekeh geli karena mimik wajahnya yang terlihat menggemaskan.     

Dengan satu tangan yang menjulur ke arah pipis enak akhirnya Vrans mencubit kecil pipi tersebut dengan gemas. "Tidak bukan seperti itu," ucap Vrans sambil mengembalikan tangannya lagi melingkari tubuh Xena. Iya sama sekali tidak bermaksud memberikan kesan buruk untuk penampilan Xena yang sekarang namun yang memiliki alasan lainnya.     

Xena mengubah ekspresi wajahnya menjadi terkekeh kecil. "Aku tau jika sebenarnya kamu khawatir kan jika aku dilirik laki-laki lain, benar?" Tanyanya sambil menaik turunkan kedua alisnya seperti menggoda Vrans dengan ucapannya yang terlewat percaya diri itu.     

Tanpa menjawab pertanyaan Xena, Vrans terkekeh kecil lalu memutar tubuh gadisnya sampai melayang ke udara.     

"Hentikan bosayang!" Seru Xena karena sudah merasa sedikit pusing, ia tertawa lebar. Astaga Vrans sangat membuat dirinya senang karena telah bertemu dengan laki-laki yang awalnya terlihat seperti es batu tapi semakin kesini terasa seperti pancake yang diberi madu.     

Vrans mencubit gemas hidung Xena, lalu mengecup puncak kepala gadisnya. "Aku tidak suka, pakaian mu terbuka." ucapnya sambil membuka jas tuxedo miliknya untuk di sampirkan ke tubuh Xena supaya tidak terlihat oleh banyak pasang mata. Tubuh Xena hanya ia saja yang bisa menikmatinya, tidak boleh laki-laki lain yang bisa saja memiliki fantasi liar lainnya. Ia tidak rela!     

Blush     

Pipi Xena mendadak berubah menjadi berwarna merah merona, ia mengulum sebuah senyuman manis mendapatkan perilaku spesial yang di suguhkan hanya dari Vrans untuk dirinya. Ia mengecup pipi sebelah kanan milik laki-laki yang kini menatapnya dengan tatapan datar kembali. "Terimakasih, bosayang." ucapnya sambil menyambar lengan Vrans untuk menjadi pegangannya.     

Vrans mengangguk kecil. "Siap, Gadis Pluto." ucapnya sambil mengelus lembut puncak kepala Xena. Ia mulai melangkahkan kakinya, membuat gadis itu langsung mengikuti setiap langkahnya keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga.     

"Satu janji, satu lumatan." Ucap Vrans tiba-tiba sebelum melangkah keluar rumah menuju halaman depan yang langsung disuguhkan mobil bermerk dengan harga fantastis miliknya.     

Xena ikut menghentikan langkahnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. Janji? Ia berpikir jika tidak pernah membuat janji apapun pada Vrans. Atau mungkin dirinya pelupa? Astaga!     

"Janji apa itu?"     

"Janji untuk tidak berpakaian terbuka."     

"Hei! Kita tidak membuat janji apapun tentang itu."     

"Kata siapa? Kamu melupakannya."     

"Kamu yang berhalusinasi, bosayang."     

Cup     

Vrans langsung saja melumat bibir Xena dengan lembut, membuat protesan selanjutnya yang ingin diluncurkan gadis itu sebagai tindakan menolak apa yang ia ucapkan terhenti sudah. Tatapan mereka beradu satu sama lain seperti bertukaran kasih sayang dari sorot mata itu.     

Hampir dua menit lidah Vrans mengabsen deretan gigi Xena, tidak ada lumatan sensual ataupun kasar, semua ia lakukan dengan lembut.     

"Makan malam siap, Putri." ucap Vrans sambil menyudahi lumatan mereka, lalu langsung saja mengangkat tubuh Xena ala bridal style. Ia pikir, malam ini gadisnya berpenampilan manis sekaligus memancarkan aura sexy yang bisa saja mengundang hasrat banyak laki-laki, termasuk dirinya. Ia hanya tidak ingin kelewatan, maka lebih baik menutupi bagian tubuh Xena yang terekspos. Ia lebih memilih untuk menjaga sampai mempunyai hubungan pernikahan yang sah dalam buku nikah, daripada berhubungan kasih sayang untuk bertujuan merusak. Bukan tipe dia.     

Xena mengalungkan tangannya pada leher Vrans, dari bawah ia melihat rahang kokoh yang sempurna milih laki-laki itu. Dengan refleks, ia langsung saja menjulurkan tangannya untuk mengelus rahang tersebut. "Kamu tampan." gumamnya sambil mengucap pipi Vrans dengan jari telunjuknya.     

Vrans menurunkan pandangannya, menatap wajah Xena yang menatap dirinya dengan sorot memuja. Bahkan, semburat merah jambu itu masih terlihat walau sudah hampir memudar. "Memang, kamu baru menyadari hal itu?"     

Vrans menahan tubuh Xena dengan satu tangannya dan tangan yang lainnya ia gunakan untuk membuka gagang mobil. "Nikmati malam ini, semua khusus untuk kamu." ucap Vrans sambil menaruh tubuh Xena di kursi mobil samping kursi pengemudi, membuat gadis itu langsung menyunggingkan senyuman manis sambil memakai seatbelt supaya aman dalam perjalanan.     

Melihat Xena yang sudah masuk, ia menutup pintu mobil bagian gadisnya lalu berjalan memutar untuk masuk ke dalam kursi pengemudi. Ia menutup pintu mobil lalu melakukan hal serupa dengan gadisnya sebagai mode pengaman saat berkendara.     

"Memangnya malam ini kita ingin kemana?" Tanya Xena sambil menaruh tas hitam miliknya ke atas dashboard mobil. Lalu ia menoleh ke arah Vrans yang sudah mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mewah ini.     

Vrans menaikkan kedua bahunya, berpura-pura tidak tahu menahu dengan apa yang sudah ia siapkan untuk malam ini. Semua ia siapkan untum menghilangkan pemikiran negatif gadisnya akibat ulah seseorang yang di duga sebagai kebangkitan Hana kembali ke dalam hidup Xena. Justru ia sangat cemas jika trauma yang mengindap di pemikiran Xena kembali datang mengacak-acak psikis yang bisa saja membuat gadisnya terlalu merasa kekhawatiran yang berlebihan.     

Xena yang merasa Vrans tidak akan menjawab pertanyaannya pun langsung saja menaikkan sebelah alisnya mulai menebak-nebak hal apa yang akan dipersiapkan untuk dirinya. Karena laki-laki yang memiliki sifat dingin dan datar, pasti akan lebih romantis jika sudah kenal dengan percintaan. Ia yakin hampir 80% jika tingkat kesetiaan laki-laki cuek dan dingin akan lebih tinggi daripada laki-laki biasa. Sekiranya itu hanya pendapat atas pemikirannya saat ini. "Menyebalkan," gumamnya sambil menghembuskan napasnya dengan pelan.     

Vrans terkekeh kecil saat melirik singkat ke arah Xena yang kini sudah menggembungkan kedua pipinya. Ia masih memfokuskan pandangannya ke jalan raya dengan suasana malam yang menyejukkan mata karena tidak ada sinar matahari yang menyilaukan mata. "Jangan merajuk." ucapnya sambil mengulurkan tangan kirinya untuk mengelus puncak kepala gadisnya dengan lembut. Hanya sekian detik saja karena ia harus masih menjaga keselamatan saat berkendara supaya tidak memicu terjadinya kecelakaan.     

"Biarkan saja." ucap Xena sambil mendengus kecil, ia memalingkan wajahnya.     

"Ingin aku cium lagi?"     

"MESUM!" Pekik Xena dengan wajah yang kembali memerah, ia menoleh dengan cepat melihat ke arah Vrans yang sudah mengulum senyum geli atas tingkahnya, ternyata laki-laki itu sudah menebak respon dirinya jika membawa-bawa topik pembicaraan 'cium' yang dimaksudnya.     

"Memangnya mencium seseorang masuk ke dalam kategori mesum?" Tanya Vrans sambil menyibakkan jambulnya ke belakang, lalu kembali menaruh tangannya pada stir mobil.     

Xena berdehem merasa gugup dengan pertanyaan Vrans. Lagipula, laki-laki itu benar adanya. Masa iya hanya sebuah lumatan masuk ke dalam kategori mesum? Ia mengatakan hal itu karena malu saat mengingat Vrans yang melumat bibirnya tanpa aba-aba sama sekali, hobi sekali laki-laki itu melakukan hal dengan mendadak.     

"Ti-tidak tahu!" seru Xena yang merasa kedua pipinya menjalar sampai telinga. "Yang aku tahu hanya cara bagaimana mencairkan bongkahan es batu menjadi lelehan air yang hangat."     

Pada detik berikutnya, Xena menampilkan senyuman sumringah. Kembali lagi pada Xena yang penuh percaya diri dan tidak malu menunjukkan perasaannya terlebih dahulu untuk laki-laki yang ia cintai.     

Memangnya kenapa menyatakan apa yang dirasakan? Ada yang salah dengan hal itu? Atau dengan seorang gadis yang menyatakan rasa terlebih dahulu langsung dicap sebagai gadis murahan? Tentu saja tidak. Menurut Xena, siapapun gadis yang mengungkapkan perasaannya adalah seorang gadis hebat. Memangnya seberapa banyak persiapan untuk menyatakan semua itu? Hanya tentang sudut pandang saja, tapi berpengaruh luas bagi kehidupan. Manusia memang gudangnya mencibir orang lain tanpa adanya kebenaran yang sah.     

"Merayu, heh?" Tanya Vrans sambil menyunggingkan senyum miringnya.     

Xena menganggukkan kepalanya. "Iya dong, bukan Xena namanya jika tidak bisa merayu Vrans Moreo Luis." ucapnya dengan bangga.     

"Kalau di bandingkan dengan dulu? Bukankah kamu gagal terus menerus?" Tanya Vrans yang mengingat sebagian kepingan memori masa lalu saat Xena dengan tanpa malunya mengejar cinta darinya. Ia pikir, dulu dirinya sangat jahat dalam merespon seseorang. Ah baiklah lupakan saja memori pahit yang dulu masih mempertahankan seseorang dengan sangat kekeuh.     

Xena menggeleng kepalanya. "Tidak, siapa bilang aku gagal? Buktinya sekarang ada bosayang sekaligus si Tuan tampan atau Coldest CEO di samping aku."     

"Kenapa banyak sekali julukan aneh untuk ku?" Protes Vrans sambil menaikkan sebelah alisnya.     

"Kamu juga memanggil ku dengan nama panggilan gadis pluto dan gadis aneh. Itu terdengar menyebalkan."     

"Kenapa menyebalkan? Itu kenyataan." ucap Vrans sambil terkekeh kecil. Ia masih memperhatikan jalan raya di depannya, tapi ia sangat hapal dengan ekspresi yang mungkin Xena tampilkan saat ini.     

"Yasudah kalau begitu, aku juga memanggilmu berdasarkan dengan kenyataan." balas Xena sambil menjulurkan lidahnya ke Vrans. Ia mendekatkan tubuhnya ke lengan laki-laki yang berada di sampingnya, untung saja seatbelt yang di pakai dirinya tidak terlalu rekat pada tubuhnya.     

"I love you." gumam Xena sambil bergulat manja pada lengan kokoh milik Vrans.     

Memangnya, siapa yang tidak gemas diperlakukan seperti ini pada gadis yang paling berharga dalam hidup Vrans?     

"I love you too, calon Nyonya Luis."     

...     

Next Chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.