My Coldest CEO

Seratus enam belas



Seratus enam belas

0"One kiss to cool off," gumam Xena ketika sudah memutuskan untuk menyudahi ciuman mereka. Gadis itu tampak memeluk tubuh Vrans dengan sangat erat, ia menyembunyikan wajahnya ke dada bidang laki-laki itu.     

Vrans mengulas sebuah senyuman hangat, lalu mencium puncak kepala Xena dengan lembut. "One kiss from you to give love." gumamnya sambil mengacak puncak kepala gadisnya itu dengan gemas. Ia tahu betul jika tingkat memanjaan Xena berada pada persentase tinggi dan hanya dirinyalah yang dapat mengontrol semua perilaku yang berada di dalam tubuh gadisnya itu.     

"Maaf kan aku," cicit Xena sambil mengelus punggung Vrans. Ia benar-benar, merasa bersalah. Mungkin dirinya memang masih terkejut dengan apa yang terjadi, tapi kan laki-laki ini sudah berusaha sebisa mungkin untuk melindungi dirinya.     

Urusan gagal atau tidak, ini semua sudah diatur oleh takdir. Dan dengan hal itu, ia bisa mengetahui jika Vrans memang benar-benar tulus untuk menjadi pasangan di dalam hidupnya.     

Vrans terkekeh mendengar suara imut itu, ia langsung saja menangkup wajah Xena dan memposisikan gadis itu untuk menatap ke wajahnya dengan sorot mata teduh. "Hei, aku yang salah. Dan aku berminta maaf pada dirimu, untuk urusan kamu yang mendiami ku seperti tadi, itu sama sekali bukan masalah besar." ucapnya. Ia rasanya seperti tidak ingin kehilangan Xena apapun caranya.     

"Aku yang minta maaf, maafin atau tidak?!" seru Xena dengan kesal. Ia menatap Vrans dengan raut wajah sebal bercampur dengan puppy eyes. Baiklah rasanya pada detik ini juga laki-laki itu ingin melumat kembali bibirnya saking tidak bisa menahan perasaan gemas.     

Vrans terkekeh kecil, lalu mengecup kening Xena dengan lembut. "Iya sayang, aku sayang kamu." ucapnya dengan nada suara yang rendah. Ia yang berganti menjadi memeluk tubuh gadisnya dengan erat, menyalurkan rasa sayang yang tinggi guna memberikan energi positif untuk membangkitkan kembali perasaan Xena yang tadi sempat menurun.     

Mendengar pengakuan sederhana itu, kedua pipi Xena langsung memerah namun tak ayal ia juga menampik senyuman konyol yang selalu ia luncurkan sedari dulu. "Iya dong, bosayang kan emang sayangnya cuma sama aku doang!" serunya dengan wajah manis.     

Vrans yang melihat keceriaan Xena yang kembali lagi, ia akhirnya memanjatkan puji syukur dalam hati atas hal ini. "Iya lah, memangnya siapa lagi yang harus aku sayang?" tanyanya dengan kekehan kecil. Astaga kebahagiaan seperti ini yang selalu ingin ia rasakan dari dulu, tapi baru ia dapatkan tepat diusianya yang sudah matang ini.     

"Ternyata aku tidak selama ini tidak kepedean ya dalam mencintai bos besar tampan ini," ucapnya sambil mengelus rahang kokoh milik Vrans dengan lembut. Terlebih lagi hidung mancung laki-laki itu yang di lihat dari bawah terlihat sangatlah menawan. Astaga, dari pahatan hidungnya saja sudah sempurna, apalagi keseluruhannya.     

Vrans menganggukkan kepalanya, lalu ia teringat akan suatu hal lali segera membuat posisi Xena duduk tegak di dalam pangkuannya. "Erica ingin menginap di sini nanti malam," ucapnya sambil tersenyum hangat. Ia sudah dapat membayangkan bagaimana ekspresi Xena setelah mendengar ini. Sepertinya ia harus mengulum sebuah senyuman manis untuk gadisnya.     

Dan setelah Vrans mengucapkan hal itu, Xena langsung saja membelalakkan kedua bola matanya dengan rasa tidak percaya. "SERIUS?! ASTAGA SEPERTINYA AKU HARUS BERPAKAIAN YANG CANTIK UNTUK ACARA MALAM PARA GADIS!" pekiknya dengan heboh, ia bahkan tidak pernah peduli jika teriakannya yang melengking ini bisa saja merusak telinga bagi siapapun yang mendengarnya.     

"Jangan teriak-teriak, sudah malam." peringat Vrans saat suara melengking itu masuk ke dalam indra pendengarannya. Ia menatap lega ke arah gadis yang masih berada di pangkuannya saat ini. Astaga, senyuman manis itu... akhirnya ia dapat melihatnya lagi setelah beberapa jam kebelakang tadi musnah begitu saja.     

Xena menepuk tangannya dengan senang. "Yes! Aku bisa menghabiskan waktu dengan Erica lagi." ucapnya dengan penuh semangat. Bahkan ia tidak segan-segan memeluk dan melepas tubuh Vrans tanpa aba-aba sedikitpun, untung saja tenaga laki-laki itu sangat kuat untuk menahan bobot tubuh gadisnya yang terasa sebelas dua belas seperti kapas, alias tidak berat sama sekali.     

"Apa kamu menelpon Erica?" tanya Xena dengan tiba-tiba sebelum Vrans berhasil membuka mulutnya untuk mengatakan balasan dari deretan ucapan yang keluar dari mulutnya tadi     

Vrans menaikkan sebelah alisnya, "Tidak mungkin, dia yang menghubungi diri ku duluan." ucapnya sambil menjawab pertanyaan Xena. Ia hanya tidak ingin gadisnya merasa cemburu jika nyatanya ia bertelponan dengan gadisnya.     

Erica ber oh ria, lalu menganggukkan kepalanya dengan paham. "Kalau memang kamu bertelponan kepada Erica untuk menyuruh gadis itu kesini, itu sangat bagus bagi ku! Terimakasih banyak." ucapnya sambil memberikan sebuah kecupan singkat pada pipi kanan Vrans.     

Mengesampingkan segala pemikiran yang masih berantakan pada kepalanya, ia lebih memilih untuk merasakan kebahagiaan guna untuk menutupi segala luka yang kian kembali terbuka. Sebenarnya ia belum sepenuhnya untuk melupakan segala hal yang mulai bermunculan dengan aneh di dalam hidupnya ini, tapi dirinya juga tidak boleh egois jika kenyataannya Vrans sudah sekuat tenaga untuk menenangkan dirinya.     

"Sama-sama, sayang." ucap Vrans sambil meraih pinggang Xena, lalu ia menahan bokong gadisnya itu dan segera bangkit dari duduknya.     

Xena yang terkejut di perlakukan seperti itu, dengan refleks langsung saja mengaitkan kedua lengannya pada leher laki-laki itu. "Eh?!" serunya secara refleks karena gerakan tiba-tiba Vrans menggendong dirinya.     

Vrans hanya terkekeh, lalu mulai melangkahkan kakinya keluar ruang kerja dan langsung mengarahkan untuk berjalan dan menaruh tubuh gadisnya dengan lembut di tepian kasur.     

"Calon Nyonya Luis harus berpenampilan cantik saat ingin melakukan night party," ucapnya sambil mengulas sebuah senyuman. Ia mengelus lembut puncak kepala Xena lalu menatap gadisnya dengan sorot kecintaan yang sangat dalam.     

Tolong, siapapun jangan ada yang terbawa suasana dengan segala perlakuannya pada Xena. Ia sama sekali tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi jika kinerja jantung tidak bisa terkontrol dengan benar.     

Ayolah, ia bertindak seperti ini hanya untuk seorang Xena, bukan untuk gadis lainnya.     

Xena yang mendapatkan perlakuan semanis itu pun langsung saja terkekeh kecil, lalu mengibaskan tangannya untuk memberikan aba-aba supaya Vrans mendekat ke arahnya. "Sini deh," ucapnya bersamaan dengan itu.     

Melihat hal itu, tentu saja Vrans bukanlah tipe laki-laki yang banyak tanya. Ia lebih suka menurut dan melakukan segala hal yang di perintahkan untuk dirinya. "Apa?" tanyanya yang sudah mendekatkan wajahnya dengan wajah Xena.     

Kedua manik mata indah mereka saling beradu, sama-sama menatap dengan tulus, bahkan mungkin saja atmosfer di kamarnya ini telah berubah seperti tengah berada di kumpulan bunga yang sangat menambah suasana romantis yang ada. Jangan salahkan Vrans yang mampu membuat siapapun merasa leleh dengan apa yang selalu ia tunjukkan ini!     

Xena mengerjapkan kedua bola matanya karena hampir merasa terhipnotis dengan apa yang berada di dalam manik mata indah milik Vrans itu, astaga masih sempat-sempatnya ia mengambil kesempatan dalam kesempitan.     

Akhirnya, tanpa ingin berlama-lama lagi, ia akan segera menjulurkan kedua tangannya untuk mengelus rahang Vrans dengan lembut sampai di empunya mengerang kecil. "Bosayang, sepertinya ada yang aneh dengan ku." ucapnya dengan nada pelan. Ia tampak menatap laki-laki yang kini berada sangat lah dekat dengan sorot mata lugu.     

"Aneh? Ada apa dengan mu? Kamu sakit?" tanya Vrans yang mulai tercetak ekspresi khawatir yang mendalam. Ia membiarkan jemari lentik itu mengabsen setiap sudut wajahnya dengan sapuan yang sangat lembut.     

Xena menggelengkan kepalanya, bertepatan dengan kedua ibu jarinya yang berhenti di bibir sexy Vrans, "Aku sepertinya semakin kecanduan dengan mu." gumamnya dengan nada rendah. Ia meraih bibir Vrans, lalu di kecup dengan singkat.     

Astaga, Vrans mengulum senyumnya. Bahkan kini gadisnya itu sudah berani menyalurkan rasa sayang yang terkesan jauh lebih vulgar dari biasanya. Hei, menurut Xena, berciuman itu sudah seperti layaknya berhubungan intim. Menggemaskan sekali cara pemikiran gadisnya ini.     

"Mencoba untuk merayu ku?" tanya Vrans sambil menaik turunkan alisnya. Ia bergerak untuk lebih maju ke dekat Xena, membuat gadisnya dengan refleks langsung menjatuhkan diri di atas kasur.     

Baiklah, sekarang posisi mereka dengan Vrans yang berada di atas dan Xena yang berada di bawah laki-laki itu.     

Degup jantung yang semakin memompa cepat membuat Xena menatap Vrans dengan bingung. Hei ia belum siap di apa-apain!     

"Kamu mau apa?" tanya Xena dengan cicitan kecil, ia merasa sangat malu jika berada di posisi seperti ini. Ah dirinya belum pernah melakukan hal yang sedekat ini dengan laki-laki.     

Apa ada yang ingin menggantikan posisinya saat ini? Ah tidak deh, tidak jadi. Nanti siapa yang menghadapi sifat yang terlewat tidak jelas ini?     

"Hanya ingin menggoda dirimu," ucap Vrans dengan enteng. Kini ia menatap Xena dengan sorot mata yang berkilat jahil, jangan lupakan senyum miring yang terkesan merasa puas dengan pipi gadisnya yang mulai merah merona itu.     

Xena sudah tidak bisa menyembunyikan rasa malunya yang sudah menjalar sampai ke telinga. "Ih apasih bosayang?! Xena malu tahu..." dibalik nada suaranya yang malu ini, terdapat ribuan spesies kupu-kupu yang bersarang pada rongga dadanya. Membawa suasana yang sangat menghangatkan.     

"Memang itu tujuan ku, sayang." ucap Vrans sambil terkekeh kecil, ia mengedipkan sebelah matanya.     

"MENYEBALKAN!!!" pekik Xena pada akhirnya, ia sudah mencapai puncak kesal dan mungkin saja jika ia dapat meraih bantal yang berada di dekat kepala kasur, ia sudah akan memukuli Vrans dengan benda itu karena sudah terlalu jahil pada dirinya.     

Dengan akhiran yang tidak tega karena Xena sudah menampilkan sorot mata yang ingin meledak-ledak amarahnya itu langsung membuat dirinya segera bangkit dan berdiri dengan posisi tegak. "Yasudah kamu siap-siap ya sayang, nanti Erica mungkin akan menghubungi diri mu jika sudah sampai." ucapnya yang lagi-lagi mengusap puncak kepala gadisnya dengan sayang.     

Xena mendudukkan tubuhnya, lalu mengibaskan kedua tangannya di depan wajah. Ia mengambil napas berkali-kali karena pasokan udara yang berada di sekitarnya kini kian menipis. "Iya bosayang, siap laksanakan!" ucapnya sambil memberikan pose hormat pada Vrans.     

Melihat itu, Vrans menganggukkan kepalanya dengan paham lalu mulai melambaikan tangannya dan setelah mendapatkan balasan yang serupa ia langsung melangkahkan kakinya untuk kembali masuk ke dalam ruang kerja miliknya.     

Erica yang melihat kepergian Vrans pun bernapas lega, lalu pikirannya kembali terarah pada kenyataan tentang Erica yang akan menginap dirumahnya. Yang artian... IA BISA BERMAIN PERANG BANTAL SAMPAI TENGAH MALAM, YEAY!     

"Sebaiknya aku harus berganti baju tidur yang lebih keren lagi," gumam Xena sambil beranjak dari duduknya. Ia langsung saja melangkahkan kakinya ke arah lemari pakaian yang 1 tempat dengan milik Vrans.     

"Forget the problem, do fun things with Erica."     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.