My Coldest CEO

Seratus dua puluh enam



Seratus dua puluh enam

"Siapa gadis yang paling cantik disini?"     
0

Seperti layaknya seorang putri yang memiliki cermin ajaib, membuat Xena dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi langsung saja menatap lekat benda yang dapat memantulkan apapun yang berhadapan dengannya.     

Tentu saja, Vrans yang melihat kekonyolan Xena itu pun hanya terkekeh kecil saja. "Lakukan pekerjaan mu, sayang." ucapnya sambil menatap dengan lekat wajah gadisnya yang memang terpahat sempurna tanpa riasan wajah berlebihan.     

Xena yang mendengar ucapan Vrans pun langsung saja menoleh laki-laki tersebut. "Tunggu sebentar, cermin ku belum menjawab siapa kah gadis tercantik di sini." ucapnya sambil melanjutkan pandangannya ke arah cermin, berpose centil seakan-akan dengan hal itu bisa membuat benda yang berada di tangannya segera berbicara. Ia terinspirasi dari salah satu film Disney yang menurutnya sangatlah lucu jika terjadi di dunia nyata. Hei, memangnya siapa yang tidak mau memiliki cermin ajaib?     

"Kalau seperti itu, kasihan nanti Erica. Kerjaannya jadi di oper ke gadis itu," peringat Vrans sambil memperlihatkan senyuman tulusnya pada Xena. Ia sama sekali tidak ingin mengacaukan imajinasi yang terkuat sangat menggemaskan itu.     

Xena pun kembali mengarahkan pandangannya pada Vrans yang kini ternyata sudah terfokus ke layar laptopnya. "Ih, kalau begitu berikan aku tawaran yang menarik." ucapnya sambil meletakkan cermin yang berada di dalam genggamannya ke atas meja, tepat di samping laptopnya yang menyala menunggu si empunya untuk memakainya.     

Sedangkan Vrans, laki-laki itu merasa tertarik dengan bentuk 'penawaran' yang di tunjukkan untuk membujuk Xena. Terdengar sedikit konyol, tapi gadis itu selalu meminta imbalan untuk apa yang membuat gadisnya itu merasakan keuntungannya. "Ciuman," ucapnya sambil mengulum sebuah senyuman yang manis.     

Xena pun akhirnya membulatkan kedua bola matanya, merasa jika ucapan Vrans bukanlah suatu hal yang menarik. "Ih, aku lempar bantal ya kamu!" serunya dengan pipi memerah karena mendengar sebuah ucapan yang menjerumuskan ke kegiatan yang menurutnya sangat menarik hawa malu di salam tubuhnya.     

Vrans terkekeh kecil, ia memang sudah kelewat hobi untuk menjahili gadis satu ini. Dengan kekehan kecil yang tercetak jelas, menambah setiap kadar tampan di setiap sudut wajah dirinya justru terlihat semakin tampan, sangat lah tampan. "Lalu, bagaimana dengan menu makan malam Chef Aldo yang ku ubah menjadi menu makan malam kesukaan mu?" tanyanya dengan raut wajah penuh harap supaya Xena bisa menyetujui penawaran yang ia luncurkan ini.     

Mendengar hal itu, membuat kedua manik mata Xena langsung berbinar sempurna. Sebuah impian manis mengingat menu makan di kediaman Luis tidak bisa di ganggu gugat. Walaupun setiap hati menunya di putar supaya tidak bosan, tapi tetap saja selalu memperhatikan kadar kalori dan lain-lainnya jika di konsumsi berlebihan akan membuat lemak di perut menumpuk. Dan ya, Vrans selalu menanamkan pola hidup sehat yang sangat baik dan berguna.     

"TENTU SAJA MAU!" pekik Xena sambil tersenyum gemas karena kini pikirannya sudah mulai berkelana untuk segera membayangkan menu makan apa saja yang memanjakan dirinya malam nanti, tersusun rapih di atas meja makan.     

Membayangkannya saja membuat dirinya langsung meneguk kembali salivanya.     

Vrans yang melihat hal itu langsung menganggukkan kepalanya. "Ya sudah, sekarang kerja lagi yang giat." ucapnya sambil melempar sebuah senyuman hangat kepada gadis yang kini sudah mematuhi perintahnya itu.     

Memang sudah seharusnya ia berada satu ruangan dengan sekretaris utama supaya pekerjaannya lebih ringan karena tentu saja tidak perlu membuat Xena bolak balik ke ruangannya untuk sekedar mengirimkan padanya sebuah berkas penting. Dan kini, gadisnya itu berada satu ruangan dengan dirinya supaya merasa aman dan ia bisa memantau segala kegiatan dia selama dua puluh empat jam penuh. Jadi, ia tentu saja menghalau perasaan cemas dengan kemungkinan-kemungkinan yang bermunculan di pikirannya sejak kejadian di restoran kemarin, tepat pada waktu siang hari.     

"Siap, Tuan tampan!" seru Xena yang mulai memfokuskan pandangannya pada layar laptop. Ia langsung saja membuat jemarinya mulai menari-nari di atas keyboard dan menjalankan kursor dengan mouse laptop. Sorot matanya kian menajam kala ada berkas yang entah kenapa malah menjadi bagaian pekerjaannya, ia segera mengirim email untuk memberikan alih pekerjaan ini yang seharusnya ditangani oleh Erica.     

Sebenarnya Xena adalah seorang gadis yang teliti, apapun pekerjaan yang dia lakukan pasti dikerjakan dengan cermat dan sangat tepat waktu. Tapi sayangnya ya seperti tadi, ada saja tindakan konyol yang mengganggu konsentrasi fokus dan akhirnya membuang-buang waktu.     

Vrans memperhatikan setiap gerakan yang Xena lakukan, mulai dari berbagai ekspresi yang di tunjukkan sampai berbagai macam gerakan yang di tunjukkan oleh gadisnya itu. "Manis," gumamnya sambil mengulum sebuah senyuman. Ia terlewat tidak ingin kehilangan Xena sampai menjadi laki-laki yang posesif. Karena ia pernah merasa kehilangan sosok gadisnya yang ceria dan selalu bertingkah konyol, tiba-tiba berubah menjadi seorang gadis yang dingin dan tidak tersentuh.     

Tidak, dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi untuk yang kedua kalinya. Untuk suatu hal yang kini berada di lubuk hati, setiap inci rasa sayangnya pada Xena tidak akan pernah kandas. Ia bukan pribadi yang mudah bosan, bukan pribadi yang mencari kesempatan dalam kesempitan, bukan pribadi yang selalu egois untuk mengutamakan apa yang diinginkannya, dan dia bukan pribadi yang mendiami gadis kecilnya saat sedang merajuk ataupun marah besar sekalipun.     

Karena ia tahu satu hal, seorang gadis akan luluh jika di sentuh dengan kalimat dan perilaku yang manis. Tidak perlu terbawa emosi, karena sejatinya emosi seorang laki-laki lebih besar dan bertahan lama jika emosi seorang gadis.     

Tidak ada yang diinginkan lebih dari para gadis selain perhatian lebih dan kasih sayang.     

Kalau laki-laki ada yang risih dengan hal tersebut dan memilih untuk tidak tau menahu akan hal itu, lebih baik tidak perlu menjalin hubungan karena hal tersebut hanya dapat menyakiti hati yang bisa jadi membuat goresan luka permanen.     

"Bosayang, apa nanti aku boleh dibuatkan menu yang tidak sehat?"     

Tiba-tiba, lamunan Vrans buyar seketika saat mendengar pertanyaan singkat yang dilontarkan Xena pada dirinya. Bertepatan dengan wajah lugu milik gadisnya itu, ia mengangkat sebelah alisnya karena ingin mengetahui makanan atau minuman apa itu yang mungkin kan di pinta Xena pada Chef Aldo nanti sebelum ia menyetujuinya. "Memangnya ingin minta dibuatkan apa?" tanyanya.     

Xena mengulum senyumnya, lalu menaik turunkan alisnya berusaha untuk meyakinkan Vrans jika dirinya benar-benar menginginkan hal ini. "Aku ingin makan goreng-gorengan, Vrans. Tapi aku tidak tahu ingin apa yang di goreng, nanti biar Chef Aldo saja yang menyajikannya." ucapnya dengan nada penuh harap seperti seolah-olah mengatakan 'kumohon' dengan pengakhiran yang panjang.     

Mendengar hal itu, membuat Vrans langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, untuk apa makan sesuatu yang banyak mengandung minyak seperti itu?" ucapnya, tidak mengizinkan Xena untuk makan jenis makanan yang terlalu banyak menyerap minyak.     

Xena menekuk senyumnya, "Tadi katanya apa saja yang aku mau, tapi sekarang tidak di perbolehkan." ucapnya dengan sorot mata sendu. Ia menopang wajahnya dengan tangan kanan sambil menatap ke arah Vrans dengan sorot mata yang kian mendung sepertinya bulir kristal akan menyapa permukaan wajahnya jika tidak segera di hibur supaya suasana hatinya kembali ceria.     

"Astaga, aku ingin kamu tetap sehat. Boleh meminta sesuatu seperti lasagna, ataupun menu makan lainnya yang tidak pernah di sajikan pada saat makan malam. Bukan berarti semau kamu, boleh makan apa saja yang tidak menyehatkan, sayang." ucapnya dengan nada tenang. Ia kesal, tapi memilih untuk tetap mengeluarkan nada lembut dan menambahkan panggilan 'sayang' pada akhir kalimat yang terucap dari mulutnya.     

Mendengar amarah Vrans yang tenang membuat Xena mengerjapkan kedua bola matanya. Astaga, apa ini Vrans? Ia tidak bermimpi kan jika menyaksikan laki-laki itu yang semakin hari menampilkan sifat baru, tentu saja mampu membuat dirinya meleleh. "AH BOSAYANG SANGAT PERHATIAN, JADI SAYANG BANGET DEH!" pekiknya dengan senyuman yang mengembang. Kesedihan yang tadi ingin hadir di wajahnya, sirna begitu saja sudah berganti menjadi sorot kebahagiaan.     

Melihat keceriaan gadisnya yang kembali tertampil pada wajah manisnya itu membuat Vrans langsung bernapas lega. Lihat, amarah bukanlah jalan yang bagus untuk menentang atau menegur seorang gadis. Kan sudah ia bilang, ketenangan adalah kunci dari segalanya. Ah iya, apa perlu dirinya membuka jasa untuk mengajarkan laki-laki diluar sana yang masih toxic kepada sang pasangan?     

Bertutur kata kasar, bahkan sampai main fisik? Sini, belajar pada ahlinya. Daripada menyakiti mental seseorang, lebih baik membuat orang itu merasakan kebahagiaan yang belum pernah di rasakan sama sekali.     

"Aku hanya melakukan kewajiban sebagai seorang kekasih ketika kamu ingin melakukan hal yang sekiranya tidak benar," ucap Vrans sambil merapihkan dokumen yang tadi ia acak-acak karena tidak ketemu dengan berkas yang kini sedang ia periksa di layar laptopnya.     

Sedangkan Xena, mungkin kini gadis itu tengah memanjatkan puji syukur atas keberuntungan memiliki seorang Vrans di dalam hidupnya. "Aku sayang sama Tuan tampan, kenapa tidak di jawab rasa sayangku?" ucapnya.     

Vrans terkekeh kecil, lalu tangannya yang sudah berhasil merapihkan tumpukan dokumen itu langsung saja mengalihkan seluruh perhatiannya pada Xena. "Apa perlu di balas dengan kata-kata juga?" tanyanya.     

Xena menganggukkan kepalanya, "Tentu saja!"     

"Kalau begitu, butuh bunga untuk menyatakan rasa sayang ku untuk kamu? Ah, aku sangat kaku dalam hal ini." balasnya dengan ucapan terlewat jujur. Berbulan-bulan bersama Xena tentu saja membuat dirinya masih sulit untuk menyatakan perasaan. Bahkan, ia jarang sekali berbicara 'aku sayang kamu' atau sejenis kalimat seperti itu kepada gadisnya yang berbanding terbalik dengannya.     

Xena sepertinya ingin terbahak pada detik ini juga. Astaga, kenapa Vrans sangat lucu sekali? "Tidak perlu bawa apapun, bosayang. Cukup katakan kalimat seperti ku,"     

"Coba beri contoh."     

"Oke, ikutin aku ya."     

Vrans hanya berdehem singkat.     

"Aku," ucap Xena mengawali ucapan yang membimbing Vrans supaya ikut mengucapkan kata yang keluar dari mulutnya.     

Dengan tepat, Vrans langsung mengikuti kalimat pertama yang diucapkan gadisnya. "Aku."     

"Sayang,"     

"Sayang."     

"Kamu,"     

"Kamu."     

Xena menjentikkan jemarinya ke udara. "Nah, coba gabung menjadi satu." ucapnya dengan mengulas sebuah senyuman karena Vrans berhasil mengikuti segala ucapannya sampai selesai dengan mulus.     

"Aku sayang kamu dan ingin hidup bersamamu sampai nanti, dan selalu memiliki kebahagiaan bersama dalam berbagai hal." ucap Vrans dengan nada rendah sambil menatap Xena dengan sorot mata yang intens, seperti mengatakan pada gadis itu kalau dirinya benar-benar mengucapakan hal ini serius dari lubuk hati yang paling dalam.     

Pada detik itu juga, jantung Xena terasa ingin merosot dari tempatnya. Astaga, sepertinya Vrans tengah menjahili dirinya untuk yang kesekian.     

"BOSAYANG MENYEBALKAN!!"     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.