My Coldest CEO

Seratus empat puluh sembilan



Seratus empat puluh sembilan

0My room is my privacy.     

Semua orang juga tahu jika apa yang sudah menjadi kepunyaan dirinya, maka akan tetap seperti itu. Kalaupun ada yang berani menginjakkan kaki di kamarnya, mungkin hanya seorang maid terpercaya saja yang diizinkan.     

Kali ini, Hana sudah duduk di kursi kebesaran yang berada di ruang kerjanya. Memangnya siapa sangka jika seorang pembunuh bayaran tidak memiliki ruangan khusus tersendiri? Tentu saja punya. Kan banyak barang-barang yang harus di jaga oleh dirinya sendiri, tanpa campur tangan orang lain sedikitpun.     

Ia melihat ke arah layar monitor yang selalu menyala supaya tidak terputus sambungan dengan segala kecanggihan alat yang di buatnya pada bangunan tua. Tentu saja karena tidak ingin memiliki sistem kendali yang berada di satu tempat, ia memisah antara tempat dan pengendalinya. Hal ini karena ia ingin membagi celah untuk memasukkan seseorang ke dalam jebakannya yang berada di rumah ini.     

Dan sepertinya, hal itu berhasil.     

Berapa lama dirinya hilang dari muka dunia? Tentu berbulan-bulan lamanya, iya kan? Dan di saat itu juga, Allea tidak pernah kembali ke rumah ini untuk sekedar berjaga-jaga saja. Gadis itu menganggap berita ketewasan dirinya adalah suatu hal yang benar-benar terjadi, padahal tidak mungkin seorang Hana Xavon hancur begitu saja.     

Dan pada saat itu juga, ia sangat penasaran dengan apa yang terdapat di dalam ruang kerja Allea. Ia berpikir kenapa gadis itu sangat nyaman lagi berada di sebuah ruangan dan hanya di kelilingi alat elektronik sebagai media untuk bekerja? Dan pada saat itu juga...     

Throwback on     

Hana baru saja pulang dari kegiatan berjalan-jalan di sekeliling hutan yang berada di belakang halaman rumahnya, berbekal dengan anak panah pun ia berhasil mendapatkan sebuah kepala rusa dengan tanduk yang sangat cantik. Ah iya, ia hanya iseng berburu saja karena sudah tidak memiliki kegiatan lain.     

Dirinya yang memutuskan untuk menyembunyikan kematian palsunya ini, tentu saja membuat dirinya tidak memiliki kesibukan seperti apa yang biasa ia lakukan saat mendapatkan job dari para kolega besar untuk membunuh seseorang.     

Hana masuk ke dalam rumahnya melewati pintu garasi karena sekalian memasukkan mobilnya ke dalam garasi, hari cukup berkabut pertanda jika sebentar lagi mungkin awan akan menjatuhkan bulir air.     

"Hello, Young Lady. Already back from hunting? Alard prepares lunch for you." Kali ini, setelah ia berhasil keluar dari dalam mobil, tentu saja langsung di sambut oleh ke hadiran robot wanita yang ia desain dengan sedemikan rupa sampai mempunyai jalan pikir yang sama persis dengan seorang manusia pada umumnya.     

(*Halo, Nona Muda. Sudah kembali berburu? Alard menyiapkan makan siang untukmu.)     

Hana menganggukkan kepalanya, lalu mengibaskan tangannya di udara seolah-olah menyuruh Retta untuk bergerak ke arahnya. "Come here, I need your help." ucapnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman simpul.     

(*Kemarilah, aku butuh bantuan mu.)     

Sebenarnya ia adalah sosok yang baik jika seseorang juga baik kepada dirinya dan tidak memiliki sifat yang jahat sama sekali, tapi kalau sebaliknya jangan segan-segan dirinya bisa berbaik hati. Bisa saja sih, tapi hanya sekedar kepura-puraan saja.     

Retta menuruti perintah Hana, lalu langsung saja menjalankan kaki robotnya untuk mendekat langsung ke arah gadis yang tengah memegang kepala rusa itu, dan entah kemana keanggotaan tubuh hewan yang lainnya. Ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan Hana, lalu mulai mengerjapkan mata robotnya. "Yes, sure. What can I do for you?" tanyanya.     

(*Iya, tentu. Apa yang bisa aku lakukan untuk mu?)     

Hana langsung saja menyodorkan kepala rusa yang berada di tangannya, lalu dengan tangan yang masih terdapat bercak darah itu langsung saja menatapnya tanpa geli sedikitpun. "Please bring this to my room, I'll follow you later. Thank you, Retta." ucapnya.     

(*Tolong bawa ini ke kamarku, aku akan menyusul mu nanti. Terima kasih, Retta.)     

Mendengar hal itu, tentu saja dengan senang hati Retta akan melakukan apa yang di perintahkan oleh Hana. Ia menerima kepala rusa yang di julurkan ke arahnya, lalu sedikit menganggukkan kepalanya. "You're welcome. See you in your room." ucapnya sambil membalikkan tubuhnya dengan khas kaku seorang robot. Ia mulai berjalan menjauhi Hana yang masih setia menatap kepergiannya, setelah itu pun dirinya hilang di balik pintu yang menghubungkan garasi dengan ruangan dapur belakang.     

(*Sama-sama. Sampai jumpa di ruangan mu.)     

Hana mengambil sebuah tissue yang memang selalu ia suruh pada maid-nya supaya di taruh dekat nakas yang banyak berisi perkakas supaya jika ada tamu, bisa membersihkan tangannya terlebih dahulu. Dan sekarang, hal itu tentu sangat berguna. Ia berjalan ke arah keran sebelum melapiskan tangannya yang dapat bercak darah itu pun langsung saja membersihkannya dengan aliran air yang berasal dari keran sana.     

Setelah selesai melakukan kegiatan bersih-bersih, Hana langsung saja berjalan ke arah rak sepatu. Ia berniat untuk mengganti sepatu bot yang menjadi alas kakinya saat ini dengan sebuah sandal rumah yang jauh lebih terasa ringan. Baru saja berhasil memakai sandal rumah, kedua matanya melihat ke arah sebuah pintu kecil.     

Pintu yang katanya itu adalah tempat pembuangan sampah, di buat Allea untuk lebih memudahkan para maid supaya tidak perlu berjalan keluar rumah. Entah kenapa, rasa penasaran langsung saja hadir di dalam benaknya.     

"Lebih baik aku memeriksa ini," ucapnya. Ia pun tidak peduli lagi jika merusak privasi orang lain, toh ini adalah rumahnya, iya kan? Lagipula apa yang di sembunyikan Allea dari dirinya? Paling bukan hal luar biasa yang akan membuat dirinya merasa takjub berlipat ganda.     

Dengan perlahan, Hana langsung saja membuka pintu kecil tersebut. Hanya berisi lorong panjang yang entah akan membawa dirinya kemana. Dengan memposisikan tubuhnya seperti akan meluncur di sebuah perosotan yang biasa dulu di mainkan oleh anak kecil seusianya saat ia masih kanak-kanak.     

Dan ya, tanpa ragu sedikitpun, ia langsung saja meluncurkan tubuhnya masuk lebih dalam ke lorong gelap tanpa cahaya sedikitpun itu. Kalau memang ini tempat pembuangan sampah yang di maksud oleh Allea, pasti sudah berbau tidak sedap. Tapi apa? Nyatanya tidak ada bau yang menyengat dari tumpukan sampah sama sekali.     

Brak!     

Tubuhnya jatuh tepat di atas matras yang tidak terlalu lembut, cukup membuat tubuhnya terasa sakit karena langsung jatuh menghantam. "Awh, bisa-bisanya Allea membuat tempat pendaratan seperti ini." keluhnya sambil beranjak dari jatuh lalu menepuk-nepuk bokongnya yang terasa kebas.     

Dan ya, kini kedua bola matanya disuguhkan dengan sebuah ruangan dengan gaya klasik. Ada juga beberapa pajangan antik yang dulu ia letakkan di ruangan kerja Allea yang berada di lantai 2 di rumah ini. Ternyata semua itu beberapa bagian di pindahkan ke ruangan ini. Pantas saja terkadang Hana sibuk sekali berbolak-balik ke garasi dengan alasan sepele, ternyata sedang membangun ruangan ini di bawah tanah.     

Bagus juga, bahkan ia sama sekali tidak marah akan hal ini. Toh selagi untuk kenyamanan kerja Allea, baginya itu tidak masalah sama sekali.     

Ia berkeliling ruangan untuk tahu seberapa bagus selera Allea, dan ternyata not bad jika di bandingkan dengan kepribadian gadis itu yang lumayan terbilang lugu.     

Dari segala sudut ia bandingkan, dan ternyata ia sudah mendapatkan celah untuk membuat sebuah ruangan yang sama persis dengan ini.     

"Berhubung rencana untuk menggapai Xena belum tersusun dengan sempurna, jadi lebih baik membuat ruangan berbeda untuk menjebak siapapun orang yang ikut campur di dalam urusan ku." ucapnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman yang sangat jahat.     

Ia berniat akan membawa Xena ke rumahnya dan mengubah kediaman ini menjadi sesuatu yang menarik untuk membunuh para pemain.     

(Dan ternyata rencana yang ini gagal karena ia sulit mendapatkan celah supaya membangun banyak kecanggihan sebagai macam-macam ranjau. Jadi, kebetulan ia mengetahui lokasi Sean yang menggunakan gedung tua termodifikasi, dan hal itu yang membuat dirinya memilih rencana lain.)     

Hana yang sudah mendapatkan penggambaran itu pun langsung saja melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar yang mungkin saja terhubung ke sebuah ruangan di rumahnya. Ia melihat ada sistem keamanan yang melibatkan identitas. Melihat itu, ia langsung saja mengulurkan tangannya yang dilingkari oleh jam canggih.     

Hack password adalah salah satu kegunaan jam tangan yang canggih ini.     

"Scan completed, please exit." ucap mesin pengaman tersebut.     

Hana langsung saja membuka pintunya, lalu menatap sekeliling ruangan yang ternyata adalah dapur yang berada di belakang ruangan rumahnya. Ternyata, ruangan yang biasa di pakai Allea untuk dijadikan ruang kerja barunya ini adalah gudang bawah tanah yang tidak terpakai.     

Baiklah, ternyata gadis itu tidak membangun apapun. Ia meralat, jika Allea sibuk memindahkan barang-barang baru ke dalam sana.     

Toh dulu memang dirinya sangat sibuk bekerja menyalurkan hasrat membunuhnya pada orang-orang merugikan, jadi ia tidak fokus hanya sekedar mengecek perubahan di dalam rumahnya.     

"Kalau begitu, aku akan bermain-main dengan ruangan ini. Maaf ya Allea, aku nanti akan berpura-pura tidak tahu apapun."     

Throwback off     

Di meja kerjanya kali ini sudah terdapat banyak sekali kertas-kertas rancangan. Bagaimana cara mengaktifkan dan menonaktifkan kinerja peralatan canggih itu yang berada di bangunan tua.     

Sebuah tombol merah ia tekan untuk mengaktifkan segala rencananya. Dan kini, semua sudah sempurna. Setelah itu, ia mengambil segala kertas yang berada di atas meja lalu mulai menaruhnya ke dalam laci yang memiliki sistem keamanan sama seperti laci canggih dengan milik Luis Company.     

Setelah semuanya selesai, ia melihat pakaian yang kini sudah terlekat di tubuhnya. Sebuah setelan baju hitam ketat supaya gerakannya lebih mudah, dengan tas pinggang berwarna army yang melingkari pinggangnya.     

"Tugas selesai,"     

Hana langsung saja menampilkan sebuah senyuman miring. Semuanya sudah selesai, kini gilirannya untuk melaju membelah jalan raya untuk sampai ke bangunan tua ia lagi.     

Kini, semuanya mungkin akan berjalan dengan lancar. Pertama-tama, ia ingin menyaksikan beberapa permainan kecil yang dimainkan oleh pion tambahan. Dan sedikit menunda kematian Xena, menyaksikan tontonan gratis yang menyenangkan.     

Hana hanya ingin bermain-main...     

"Do you want to enter my game? Come here..."     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.