My Coldest CEO

Seratus lima puluh tujuh



Seratus lima puluh tujuh

0Kali ini, ia kebingungan melihat ada tiga buah deretan laci yang memiliki ukuran sama. Segalanya semakin rumit saja...     

"Come on, why is there so much puzzle to do with this?" ucapnya sambil mengacak rambutnya dengan kasar. Ia seperti setelah berada di kondisi seperti ini harus menyewa seorang agen yang harus mengajari dirinya berbagai metode ini.     

(*Ayolah, mengapa ada begitu banyak teka-teki yang harus dilakukan dengan ini?)     

Dan apa hubungannya juga dengan whiskey tua yang di beritahu Allea padanya barusan? Pasti ada sesuatu di sana yang akan memberikan dirinya petunjuk untuk lebih lanjut lagi mengenai semua permasalahan yang berada di ruangan ini.     

Dengan cara menebak-nebak, Vrans memilih laci kedua atau yang berada tepat di tengah lemari perpustakaan kecil ini. "Semoga saja ini benar," ucapnya sambil memanjatkan harapan pada Tuhan supaya semua kemungkinan ini terwujud.     

Seperti yang sudah ia perhitungkan sebelumnya, Vrans menghembuskan napas supaya apa yang dilakukannya adalah sebuah kebenaran.     

5 - 3 - 4 - 5     

Itu adalah deretan nomor yang menurutnya adalah satu-satunya kata sandi paling masuk akal karena di rancang sesuai dengan deretan kata yang tertera. Bagaimana bisa dirinya berpikiran positif? Tentu saja harus seperti itu. Kalau tidak, pasti rencana ini tidak akan berjalan dengan lancar sampai kapanpun dan hanya membuahkan rasa kesal. Lagipula, ini semua ini lakukan harus dengan cara yang tepat supaya tidak membuang-buang waktu.     

Vrans langsung saja menyentuh laci kedua itu, lalu tertampil sebuah layar monitor transparan yang seukuran dengan laci tersebut. Menunjukkan sebuah deretan nomor dari 1 sampai 0 seperti yang terdapat di telepon genggam. Lalu, tanpa ragu pun ia memasukkan kata sandi tersebut.     

Setelah merasa yakin, ia segera menekan tombol 'OK' untuk mengkonfirmasi jika sandi yang ia masukkan benar adanya.     

"Incorrect password, please try again."     

Suara mesin yang mengatakan jika kata sandi yang ia masukkan itu gagal, tentu saja langsung membuat Vrans memijat pangkal hidungnya. Kalau bukan karena whiskey yang harus ia ambil sesuai dengan ucapan Allea, pasti dirinya enggan melakukan hal sesusah ini.     

Sekali, lagi. Dan ia yakin dengan laci ketiga yang berada di sana. Dengan berbekal keyakinan, ia langsung saja menyentuh kembali laci tersebut. Membuat layar monitor transparan yang berada di laci dua lenyap seketika, berganti ke laci tiga.     

Sekali lagi, ia memasukkan kata sandi yang sama seperti sebelumnya.     

"Password is correct, please enjoy this whiskey."     

Mendengar perkataan sistem kali ini yang mengatakan jika kata sandi yang ia masukkan benar, tentu saja membuat hatinya menjadi bersorak senang.     

Bertepatan dengan itu, laci yang tadinya tersegel rapat langsung saja terbuka yang tertampil sebotol whiskey tua yang sepertinya memiliki kadar alkohol yang mantap. Karena usianya yang sudah tua, sudah pasti memiliki rada dengan cita rasa khas tersendiri.     

Dengan senyuman mengembang, tentu saja Vrans langsung mengambil botol tersebut dan menciumnya dengan refleks. Ia berjalan ke arah dinding yang sebelumnya ia gunakan untuk meneriaki nama Allea karena tidak kedap suara.     

"ALLEA, APA YANG HARUS KU LAKUKAN LAGI?!" teriaknya, berharap gadis yang tengah berkelahi dengan robot wanita di seberang sana mendengar dirinya yang kebingungan harus mengambil langkah selanjutnya.     

Sampai satu menit lamanya tidak ada jawaban dari Allea, membuat Vrans langsung saja menempelkan telinganya ke dinding karena penasaran kenapa gadis itu tidak mendengar ucapannya. Terdengar suara berbagai macam suara, seperti adu pedang oh atau kursi patah dan semacamnya, ia sangat buruk untuk menerka suara.     

"AH IYA TUAN, IL Y A UN MOT DE PASSE POUR ACCÉDER À L'ORDINATEUR!" teriak Allea membalas ucapan Vrans dengan tak kalah keras.     

(ADA KATA SANDI UNTUK MENGAKSES KOMPUTER!)     

Mendengar ucapan Allea yang mengubah bahasanya menjadi Prancis tentu saja membuat Vrans menaikkan sebelah alisnya. Ingin bertanya lebih lanjut pun ia malas, untung saja dirinya mengerti Bahasa Prancis walau terkadang masih suka salah mengatur bahasanya.     

Baiklah, ia langsung saja berjalan menuju kursi putar dan menaruh botol whiskey yang satu meja dengan komputer.     

"Kalau begitu, di mana letak kata sandi selanjutnya?"     

Berkat ucapan Allea, Vrans menjadi sadar jika komputer ini hanya bisa menyala tapi dirinya tidak bisa mengakses sama sekali. Kenapa juga gadis itu berpikiran untuk menaruh kata sandinya di tempat yang tidak pernah bisa di duga jika hanya dengan pikiran orang biasa?     

Vrans membuka label kemasan yang berada di botol itu, sampai botolnya terlihat bening karena tidak tertempel apapun.     

"Dimana?"     

Kebingungan kembali melanda dirinya, sungguh ia terasa seperti menjadi seorang agen FBI atau lebih kerennya lagi detektif yang sangat keren. Tapi sayangnya, ia tidak keren sama sekali!     

Dengan metode yang pernah diajarkan oleh seseorang pada dirinya, dulu. Vrans langsung saja mengambil sebuah pensil beserta rautan dan langsung meraut pensil tersebut sampai mengeluarkan grafit yang terdapat di dalamnya.     

//Fyi; adalah bentuk alotrop karbon, karena kedua senyawa ini mirip namun struktur atom nya mempengaruhi sifat kimiawi dan fisikanya. Grafit sekarang umum digunakan sebagai 'timbal' pada pensil.//     

Ia langsung saja dengan cepat mengumpulkan grafit yang sudah halus itu lalu di letakkan pada setiap sisi botol whiskey yang kini sudah tergenggam pada tangan kirinya.     

Cara kerjanya sama seperti mencari sidik jari pada sebuah benda, namun kini yang ia cari adalah tulisan yang mungkin saja sudah di ukir oleh Allea dengan lem transparan yang sudah menyatu pada dinding kaca botol.     

Berkali-kali ia meraut pensil di tangannya karena ukuran botol yang cukup besar, dan pastinya grafit yang ia butuhkan juga banyak.     

Dan ya, berkat kepandaiannya sebuah deretan huruf dan angka mulai terlihat di dinding botol kaca tersebut. Entah apa yang membuat Allea sangat rajin ini, tapi percayalah ini adalah hal yang cukup mengagumkan.     

untouchedprison00     

Itu adalah sederet sandi yang ia dapatkan dari botol whiskey tersebut. Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, tangan Vrans langsung saja meraih segelas botol bersih yang terdapat di meja ini. Ia membuka dengan perlahan tutup botol tersebut lalu mencium baunya yang sangat memabukkan, belum pernah ia merasakan minuman beralkohol yang seperti ini.     

Dengan cepat, ia menuang isi dari whiskey tersebut ke dalam gelas dengan ukuran yang tergolong kecil mungkin ia akan terhanyut sebentar pada 2-3 tegukan saja.     

"Ah.."     

Ia langsung saja menghembuskan napas nikmat saat cairan panas tersebut mulai menyapa dinding tenggorokannya dengan membawa sensasi yang luar biasa. Dan seperti janjinya, tepat pada tegukan ketiga, ia langsung saja mengakhiri acara minumnya yang berfungsi untuk menghalau penat pada bingkai otaknya.     

Tanpa pikir panjang, ia langsung saja membanting botol whiskey tersebut sampai hancur berkeping-keping dan tentunya whiskey yang memiliki rasa tak biasa itu langsung saja tumpah di lantai kayu. Tidak ingin Hana ataupun orang lain yang berada di rumah ini menemukannya, dan mengambil alih semua sistem keamanan yang sudah di bangun oleh Allea.     

Jujur saja, selama ia pindah ke USA, dia mengenal orang-orang yang memiliki skill dewa tentang IT.     

Dengan cepat, ia langsung saja mengambil keyboard yang sudah tersambung komponen di hadapannya. Deretan kata sandi yang tadi ia dapatkan dari botol whiskey sudah tersimpan apik di memori otaknya. Jemarinya mulai menari-nari di atas keyboard, menyusun setiap huruf berakhir dengan kata.     

OK     

Tentu saja komputer yang berada di hadapannya langsung terbuka menampilkan layar desktop dengan wallpaper kucing hitam. Ah iya, semua barang ini pasti dari Hana dan Allea yang memiliki sifat jarang sekali mengutak-atik barang pemberian dari orang kain tentu saja tangannya tidak gatal untuk mengganti wallpaper ini.     

"Manis sekali," gumam Vrans sambil menarik sebuah senyuman miring. Ia sangat tahu apa arti dari 'kucing hitam' yang dimaksud disini.     

Black cats are often seen as "luck" or "bad luck" on them.     

(*Kucing hitam sering dianggap sebagai "keberuntungan" atau "nasib buruk" pada mereka.)     

Dan ya, keberuntungan bagi Hana yang mendapatkan rasa puas juga imbalan besar hampir beribu-ribu dollar, bahkan pernah mendapatkan satu juta dollar. Dan nasib buruk bagi para target yang harus di tewaskan pada hari dan tanggal yang sudah di tentukan.     

Ia langsung saja disuguhkan dengan berbagai macam dokumen yang terdapat di latar desktop, langsung berisikan berkas dengan beberapa ikon aplikasi yang sebelumnya tidak pernah lihat.     

Banyak sekali jenis hacker di dunia ini, dan tentu saja hal itu tidak ada yang di pelajari olehnya.     

"Sial, apa yang harus ku lakukan untuk langkah selanjutnya?" gumamnya.     

Kalau salah langsung sedikitpun, ia mungkin saja bisa mengacaukan suasana. Dengan kinerja otak yang kembali berjalan, tentu saja Vrans langsung beranjak dari duduknya.     

Mencari segala benda yang bisa meruntuhkan dinding supaya dirinya bisa terhubung dengan Allea di seberang sana. Lagipula, dua orang untuk melawan satu robot, adalah tandingan yang seimbang kan? Apalagi meningkat bagaimana daya tahan sebuah robot, pasti tidak akan ada kalahnya karena memang tak terkalahkan.     

Kedua bola matanya menangkap sebuah kapak yang berkilat yang bersandar di dekat tiang, di pergunakan untuk menaruh topi dasi ataupun aksesoris lainnya supaya tidak berserakan.     

Kalaupun dinding ini terbuat dari susunan bata ataupun media lainnya, sudah pasti akan kedap suara ya walaupun masih terdengar suaranya. Namun ia sangat yakin jika dinding ini terbuat dari kayu karena suara mereka satu sama lain dengan mudahnya terdengar di dalam dua ruangan berbeda yang tertutup rapat.     

Ia dengan gaya laki-laki yang sangat maskulin langsung saja menggulung lengan tuxedo-nya kembali supaya tidak menghalangi pergerakannya.     

Dengan mengambil napas dalam, ia selalu yakin jika dirinya akan memenangi semua ini dan mengambil Xena-nya kembali.     

Ia berjalan ke arah dinding, dimana dirinya sedari tadi berkomunikasi dengan Allea. Tangannya mulai mengambil ancang-ancang, bersiap-siap untuk segera mengayunkan tangannya ke arah dinding tersebut.     

Apapun yang berada di seberang dana bersama dengan Allea, ia akan memusnahkannya supaya gadis itu bisa melakukan kemampuan dalam bidang meretas sistem keamanan Hana.     

"Win or lose, it's all in my hands and Allea."     

Jangan katakan seberapa rasa khawatir dirinya terhadap seorang Xena kali ini.     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.