My Coldest CEO

Seratus lima puluh sembilan



Seratus lima puluh sembilan

0Glass Maze     
0

Kini menjadi tempat yang paling membuat emosi D. Krack terasa memuncak. Laki-laki itu kini rasanya ingin langsung menembaki Victor tanpa ampun sedikitpun, tapi ia cukup tahu dengan rangkaian mesin robot tersebut yang tidak mungkin tembus peluru dengan mudahnya.     

Entah karena hal apa, D. Krack langsung saja menghampiri Victor yang sudah mengubah kerangka tubuhnya menjadi sistem berbahaya yang memiliki banyak peralatan mematikan seperti samurai yang berada di belakang tubuhnya, bahkan dapat di yakini jika robot wanita ini memiliki peralatan super canggih mematikan. "How about we fight with swords?" ucapnya sambil membenarkan letak gaun Victor yang masih saja terlihat apik, padahal penampilan robot tersebut sudah berubah seram layaknya boneka horror.     

(*Bagaimana kalau kita bertarung dengan pedang?)     

Victor tampak memicingkan mata buatannya dengan tajam, lalu menurunkan rasa marahnya menjadi mode tenang. "What's in it for me?" tanyanya sambil mengembalikan tubuhnya yang menyeramkan menjadi cantik kembali, sama persis dengan yang tadi tertampil di kaca labirin.     

(*Apa untungnya bagi aku?)     

D. Krack menaikkan kedua bahunya, ia pun masih belum memikirkan akan hal itu. Kalau misalnya menang, ia minta untuk segera keluar dari labirin memuakkan ini, apa itu yang paling bagus sebagai imbalannya? Kalau dirinya kalah... ah tidak, jangan berpikiran seperti itu terlebih dahulu!     

"I want to get out of this maze, and you have to help me kill Hana. How?" tanyanya yang mulai menawarkan sebuah kesepakatan kalau dirinya menggenggam kemenangan. Ya memang pertarungan ini harus menghasilkan sesuatu yang setimpal, iya kan?     

(*Aku ingin keluar dari labirin ini, dan kamu harus membantu ku membunuh Hana. Bagaimana?)     

Mendengar penawaran yang tidak cukup sulit itu, Victor pun menganggukkan kepalanya. Baginya, hal ini sangat lah mudah. Bertarung dengan pedang? Ah, dengan mata tertutup saja ia sangat bisa melakukan hal itu. Sombong? Tentu saja tidak. Ia adalah robot, di sistem dengan kekuatan bertarung yang sangat bagus dan tidak dapat di ragukan lagi.     

"No need to worry? If you lose, I will kill you and sell your organs on the black market. How?" ucap Victor sambil menjulurkan tangan robotnya ke hadapan D. Krack. Hana adalah penciptanya, berarti kalau membantu laki-laki yang ada di hadapannya ini pasti sudah masuk ke dalam kategori sebuah pengkhianatan.     

(*Siapa Takut? Jika Anda kalah, saya akan membunuh Anda dan menjual organ Anda di pasar gelap. Bagaimana?)     

Mungkin keluar masuk ke dalam pasar gelap bukan kebiasaan seorang robot. Ya ia nanti akan menyerahkan semuanya pada Alard jika laki-laki itu bersedia. Lagipula ia di rancang untuk menghadapi momen ini, dan jika dirinya menang pun Hana memberikan ia sebuah hak untuk melakukan apa saja pada jasad siapapun yang menjadi sasarannya.     

D. Krack yang mendengar itu pun terkekeh kecil. Ia tidak takut pada siapapun, apalagi kematian. Untuk apa takut dengan kematian toh pasti takdir akan menyeretnya pada semua kebaikan atau keburukan. Iya kan? Jalan pikir yang sederhana tapi mampu berjalan dengan baik.     

"Sure, why not? Don't leave this agreement." ucapnya sambil melangkahkan kakinya menjauh dari Victor. Yang ia takut kan hanya satu, robot wanita itu sama sekali tidak membuat dirinya tenang karena bisa saja mengingkari janji mengenai imbalan yang dibayar pada dirinya untuk mengambil andil membunuh Hana. Ya pikirannya begini saja, tidak mungkin ada sesuatu hasil karya cipta yang akan menusuk penciptanya dari belakang, iya kan?     

(*Tentu, mengapa tidak? Jangan tinggalkan perjanjian ini.)     

Victor membuka busananya yang memang mengembang layaknya putri kebangsaan. Entah kenapa Hana mendesainnya seperti ini, mungkin supaya terlihat anggun untuk menarik perhatian sasaran. Tapi jangan kan tertarik, D. Krack saja tanpa pikir panjang langsung menembak kaca yang menjadi pantulan dirinya tadi.     

Pakaiannya langsung berganti menjadi kaos polow berwarna putih dengan celana pendek dengan corak army. Jangan bayangkan jika ia adalah robot tanpa lapisan seperti kulit. Semua robot buatan Hana sangat mirip layaknya manusia dari bagian luar, kalau dalamnya ya mengandalkan beberapa rangkaian mesin canggih yang bisa membuat dirinya sehidup ini.     

"I was made to kill you, not to promise."     

(*Aku dibuat untuk membunuhmu, bukan untuk berjanji.)     

Nah kan, sudah di bilang jangan percaya pada sebuah robot ciptaan. Mau bagaimana pun, pasti akan tetap membunuh walaupun sudah terima janji yang memang benar saja menguntungkan.     

D. Krack berdecih mendengar ucapan Victor yang menyebalkan itu, ia rasanya ingin sekali menghabisi wanita robot ini dengan sebuah bola bowling jika ada di ruangan ini. Lalu entah darimana datangnya, 4 pijak lantai menyembul ke atas menampilkan sebuah samurai yang sudah pasti untuk dirinya.     

"I said sword, not samurai." protesnya pada Victor yang kini sudah berhasil meraih samurai yang berada di punggungnya untuk di genggam dengan sangat erat. Terlihat gadis itu yang menyingkirkan busana mewah yang tadi melekat di tubuhnya, taruh ke tepi ruangan.     

(*Aku mengatakan pedang, bukan samurai.)     

Victor tertawa kecil, lalu melepas high heels yang melekat di telapak kakinya. Kini, kakinya sudah telanjang tanpa alas apapun. "Shut up, I didn't receive any comments." ucapnya sambil membenarkan pegangannya pada gagang samurai yang kini sudah bersandar di bahunya. Kalau saja ada bagian pemotretan, mungkin saja postur wanita robot itu sudah menjadi daya tarik.     

(*Diam, aku tidak menerima komentar apa pun.)     

D. Krack memutar kedua bola matanya, lalu melangkahkan kaki menuju ke pijakan lantai yang timbul bersamaan dengan sebuah samurai yang berada di atasnya. Entah ini sudah di rancang atau ada seseorang yang melakukan hal ini pun ia sama sekali tidak tahu dan memilih untuk tidak mencari tahu. Ia langsung saja mengambil samurai tersebut, lalu menolehkan kepala ke arah Victor.     

Kalau hanya dengan samurai, bisa-bisa dirinya kalah dengan sistem rancangan mesin yang sangat kuat pada wanita robot tersebut. Sudah dapat di pastikan takdir buruk akan segera menyapa dirinya dalam hitungan menit selanjutnya.     

"Isn't this unfair?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya, ia merasa tidak ingin melakukan hal ini karena... ayolah ini benar-benar tidak seimbang! Bagaimana kalau dirinya kalah dan Sean kehilangan sosoknya?     

(*Bukankah ini tidak adil?)     

Sudah dapat di pastikan jika Sean sudah pasti tidak akan menghabiskan banyak air mata untuknya karena ia sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa samurai memusnahkan sistem kinerja robot?     

Titanium yang berada sebagai dasar samurai beradu dengan mesin pada robot, tentu saja akan kalah, iya kan?     

Dengan otak yang mulai berputar, D. Krack langsung saja memundurkan langkahnya kembali pada tempat semula bersamaan dengan lantai tersebut yang datar kembali. Ia menjentikkan jemarinya kala mendapatkan sebuah ide.     

Satu yang ia banggakan saat ini, alat buatan dirinya yang di rancang dalam rangka tidak memiliki kerjaan pada waktu luang yang berakhir menciptakan sebuah benda menguntungkan.     

Deadly rope laser     

Itu adalah alat yang pantas dibanggakan pada saat-saat seperti ini, dengan deheman kecil arah pandangnya pun teralihkan pada Victor.     

"Can you give me a little time?" tanyanya sambil mengangkat samurai yang sudah berada di tangannya, memberitahu pada robot wanita yang sudah bergaya sangat keren itu.     

(*Bisakah kamu memberi ku sedikit waktu?)     

Victor merasa jika D. Krack semakin mengulur waktu, namun tak ayal kepalanya pun mengangguk setuju. "All right, just two minutes."     

(*Baiklah, hanya dua menit.)     

Pada saat itu juga, D. Krack langsung saja memutar tubuhnya supaya Victor tidak melihat apa yang ia lakukan dengan samurai ini. Di dalam sarung tangan yang ia kenakan, terdapat tali laser mematikan. Tentu saja ini bisa membuat kerangka robot Victor terbelah menjadi dua bagian.     

Dengan segala pemikiran yang luas, D. Krack pun langsung saja merekatkan tali yang bisa merekat otomatis pada sisi tumpul samurai.     

Dan ya, setelah berhasil, senyuman bangga tercetak jelas di wajahnya. "Ternyata diri ku pintar," gumamnya sambil membenarkan kembali letak benda-benda yang sudah di modifikasi secara dadakan ini.     

Ia menghembuskan napasnya, lalu kembali membalikkan tubuhnya ke arah Victor yang masih menatapnya dengan tenang.     

"I'm ready, how about you?" tanya Victor sambil melayangkan samurai ke hadapannya. Terlihat kilatan tajam yang sangat menyilaukan mata D. Krack. Jangan di tanya bagaimana reaksi tubuh saat samurai itu menyentuh permukaan kulit tubuhnya.     

(*Aku siap, bagaimana dengan mu?)     

D. Menganggukkan kepalanya, lagipula tidak ada peraturan untuk memodifikasi samurai yang berada di tangannya, iya kan? Jadi, kebebasan ada di dalam peraturan ini. "Of course, I will kill you."     

(*Tentu saja, aku akan membunuhmu.)     

Detik mulai berlalu, tapi antara Victor dan juga D. Krack belum ada pihak yang mulai pertarungan.     

Sampai masing-masing dari mereka memulai hitungan mundur dari angka tiga.     

3     

2     

1     

Victor berlari mendekati D. Krack sambil mengayunkan tangannya yang sudah terdapat samurai itu, ia langsung saja melihat bringas ke arah laki-laki yang sudah berancang-ancang tapi masih diam di tempatnya.     

Mereka berdua kini mulai bertarung. Suara beradu samurai mulai terdengar di sudut ruangan, terkadang terdengar jelas decitan saking tajamnya samurai yang di pegang masing-masing.     

"You can't have me." ucap D. Krack sambil menghentakkan samurai nya sampai Victor mundur beberapa langkah ke belakang.     

(*kamu tidak bisa mendapatkan ku.)     

Pada detik itu juga, D. Krack langsung mengarahkan samurainya lurus pada kepala Victor. Dengan cepat tanpa banyak basa-basi sedikitpun, ia menekan tombol yang langsung saja mengeluarkan pancaran laser. Ia mengarahkan samurainya dari kepala Victor sampai kebawah dengan gerakan perlahan.     

"Argh!" seru robot wanita tersebut sambil menjatuhkan samurai di tangannya. Kini, tubuhnya mulai terbelah dua bersamaan dengan sistem kinerja tubuhnya yang perlahan mati.     

"Accept your bad luck," gumam D. Krack. Ia tersenyum puas kala tubuh robot Victor itu sudah terkulai tidak aktif di lantai. Dan ya, karena tugasnya sudah selesai ia langsung saja melepas kembali deadly rope laser yang melekat di samurainya, memasukkannya lagi ke dalam saku celananya.     

(*Terima kesialanmu,)     

Pada saat itu, D. Krack langsung saja membuang samurai miliknya ke sembarang arah. Kini, ia tinggal melanjutkan perjalanan karena cahaya lampu yang menunjukkan jalan sudah tampak.     

"It seems, victory is on our side." gumamnya.     

(*Sepertinya, kemenangan ada di pihak kita.)     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.