My Coldest CEO

Seratus delapan puluh sembilan



Seratus delapan puluh sembilan

0Hari yang begitu menegangkan dan banyak sekali rintangan berbahaya sudah di lewati, dan ya ini sudah hari ke-7 sudah terlepas dari semua itu yang sangat memuakkan.     

Di pemakaman Hana beberapa hari yang lalu, tentu saja Xena merengek pada Vrans untuk segera ikut hadir kesana. Padahal tidak masuk akal jika ada seseorang yang menyakiti kamu begitu sangat sampai berkali-kali, dan ternyata ajal lebih sayang kepada dirinya, sudah pasti tidak akan menjenguk karena mengingat betapa sakitnya luka itu.     

Tapi mungkin masuk akal saja sih bagi Xena yang memiliki hati selembut kapas. Dan beberapa hari lalu itu juga, Vrans dengan sangat terpaksa mengikuti kemauan gadisnya yang pasti kalau tidak dituruti akan merengek habis-habisan bahkan nanti bisa saja merajuk.     

Tapi tenang, hari itu sudah terlalui dengan ya... cukup tenang. Allea dan Erica sudah di perbolehkan pulang besok pagi, dan sekarang hari baru menunjukkan mentari untuk bertengger di langit pertanda pagi baru menyapa.     

"Persiapkan diri mu, sayang."     

Vrans menatap Xena yang sedari tadi tiada henti memilah-milah pakaian untuk di pakainya hari ini. Entah itu dress selutut dan tidak berlengan bewarna pastel, ataupun dress satu jengkal di atas lutut yang memiliki lengan pendek berwarna navy. Keduanya memiliki warna yang sangat cantik, ah sungguh hal itu membuat gadisnya menjadi hampir setengah jam berkutat dengan dress itu.     

"Aku tidak tahu harus memilih yang mana," ucap Xena sambil memutar tubuhnya untuk menatap langsung ke arah laki-laki yang sudah rapih dengan pakaian tuxedo-nya. "Warna pastel atau warna navy menurutmu?" sambungnya melontarkan pertanyaan. Ia mengangkat tangan kanan dan kirinya secara bergantian, memperlihatkan model dress yang simple namun terkesan sangat elegan.     

Vrans yang tadi sedang membenarkan letak lengan tuxedo-nya itu pun memperhatikan kedua dress tersebut dengan sangat cermat. Warna navy bagus sih karena bisa di padukan dengan heels berwarna putih tulang agar kesannya elegan dan menawan, tapi warna pastel menunjukkan pribadi yang ceria, mungkin? Ah iya itu hanya pendapat dirinya saja.     

"Aku suka warna pastel, sebaiknya pilih itu saja." ucapnya yang sudah memutuskan warna apa yang tepat di pakai oleh gadisnya. Ia benar-benar merasa jika Xena sangat cocok jika memakai pakaian ataupun benda apapun yang bewarna cerah, tapi cerah bukan berarti warna yang mencolok.     

Mendengar pendapat Vrans membuat dahi Xena terdapat lipatan, pertanda kalau dirinya memang sedang berpikir keras. "Ah sebaiknya aku memilih warna merah muda saja," ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman konyol. Berjalan menuju lemari pakaian yang terdapat di kamar ini, lalu mengembalikan kedua baju di kedua tangannya yang masih tersampir gantungan baju.     

Xena mengambil baju berwarna merah muda, warna soft pink yang sangat menggemaskan. "Nah ini kayaknya cocok," ucapnya sambil mengambil dress tersebut lalu menggeser kembali pintu lemari sampai tertutup dengan rapat.     

Vrans yang melihat tingkah gadisnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil terkekeh kecil, hei ia tak habis pikir kalau gadisnya akan memilih dress lain di luar kedua pilihan itu. "Kalau begitu, kenapa tidak dari tadi saja, sayang..." ucapnya dengan nada suara yang sangat lembut.     

"Mana aku tahu kalau ternyata warna pastel dan navy tidak berada di dalam suasana hati ku untuk hari ini," balas Xena sambil menaikkan kedua bahunya merasa tidak tahu menahu.     

Vrans menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan, menghalau rasa geli yang hinggap akibat tingkah konyol gadisnya tersebut "Yasudah, kamu pakai dress-nya dulu. Aku tunggi di sini, setelah itu kamu menyiapkan keperluan lainnya seperti make up mungkin." ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman tang hangat.     

Ah kenapa sih di pagi seperti ini Vrans terlihat sangat tampan?! Tuxedo yang melekat di tubuhnya dengan ukuran pas membuat postur tubuh atletis berwibawa tampak jelas menggambarkan laki-laki tersebut. Dan oh jangan pernah lupakan setiap inci pahatan wajah --apalagi rahang kokoh itu-- mampu membuat Xena memekik tertahan. Hampir mendeskripsikan titisan Dewa Yunani, namun memegang kendali penuh atas perusahaan dengan status CEO atau Chief Executive Officer yang merupakan jabatan untuk jajaran eksekutif tertinggi di dalam Luis Company.     

"Oke, bosayang! Wait a minute." seru Xena sambil berlari kecil ke arah kamar mandi. Ia begitu bersemangat sampai-sampai bimbang ingin memakai dress yang mana, sungguh menjadi calon istri seorang Luis membuat dirinya harus beribu-ribu kali memikirkan penampilan.     

Pagi ini, tepat pada pukul 7 AM.     

Vrans mengatakan pada dirinya jika Leo akan segera datang ke New York pada jam delapan pagi. Tentu saja hal itu membuat Xena yang tidak tahu apapun langsung saja bergegas dengan sangat ribut mencari segala hal supaya penampilannya terlihat sangat cantik.     

Beberapa saat kemudian, Xena sudah keluar dari kamar mandi dengan dress yang melekat apik di tubuhnya yang masuk ke dalam kategori semampai. Ia melangkahkan kakinya menuju ke meja rias, menduduki mini sofa lalu menatap dirinya yang sudah terpantul pada cerminm     

"Lagipula Daddy tidak akan mengomentari apa yang kamu pakai, sayang." ucapnya yang mengatakan pada Xena kalau Leo memang tidak akan peduli dengan apa yang di pakai gadisnya.     

Menantu idaman kan tidak dilihat dari good looking atau fashionable dan lain-lain, tapi di lihat dari seberapa mulia sifat gadisnya. Ya jadi, Vrans sangat beruntung memiliki orang tua layaknya Leo. Sudah pengertian, sangat tahu apa yang dirinya butuhkan sampai segala fasilitas berbayar terkadang di tanggung dari London sana.     

"Ah tapi kan aku mau kelihatan cantik supaya Daddy bilang pada ku seperti 'tenyata calon menantu ku ini sangat cantik ya', kan jadinya nanti aku bisa tebar pesona di hadapan gadis-gadis lain supaya tidak genit pada mu!" seru Xena.     

Sederet kalimat yang terdengar menggemaskan itu masuk ke dalam indra pendengaran Vrans, membuat rongga hatinya terasa tergelitik namun menghangat di saat yang bersamaan.     

"Kamu cantik, sayang." Itu kalimat yang tidak pernah bosan di ucapkan oleh Vrans untuk Xena. Ia tidak pernah menyuruh gadisnya untuk berdandan dengan alasan kurang cantik tanpa make up, atau memaksa gadis tersebut mengenakkan pakaian bermodel. Tidak, ia tidak pernah memaksakan apa yang sudah menjadi kebiasaan Xena. Lagipula kalau setiap hubungan di atur harus begini harus begitu, justru itu yang membuat hancur.     

Blush     

Xena tersipu malu.     

Ia masih menatap Vrans dari cermin di hadapannya, dengan sangat jelas ia melihat laki-laki itu beranjak dari duduk di tepi kasur dan melangkahkan kaki ke arahnya.     

"Jadi, aku tidak masalah nih pakai kaos aja dengan hot pants?" tanyanya sambil terkekeh geli. Dan ya, Vrans sudah berada tepat di belakangnya.     

"Jangan seperti itu juga, sayang."     

"Lalu bagaimana? Katanya Daddy tidak akan mempedulikan penampilan!"     

"Ya tapi setidaknya harus yang sopan, masa memakai hot pants."     

Vrans menjulurkan tangannya untuk meraih sisir yang berada di meja rias tersebut. Dengan perlahan, menyisir helaian rambut lembut milik Xena yang sangat mudah untuk di atur. "Kamu lanjutkan saja make up, aku yang menyisir rambut mu." ucapnya sambil mengulas sebuah senyuman yang tipis namun justru senyuman itu menjadi poin plus pada permukaan wajahnya.     

Manis sekali.     

Laki-laki yang tadinya menolak keras kehadiran Xena, ternyata menjadi seseorang yang memiliki sifat terlampau manis. Bahkan mungkin kalau bisa di deskripsikan, rasanya mampu membuat gadis spesial itu terasa ingin pingsan. Oke, mungkin berlebihan karena wajah tampan Vrans sungguh memabukkan.     

Xena menganggukkan kepalanya, paham dengan apa yang di ucapkan oleh Vrans. Dengan tangan yang lihai, ia mulai memoles permukaan wajahnya dengan berbagai alat make up dengan step beraturan. Cukup hampir memakan waktu sepuluh menit, dan sapuan terakhir adalah parfum DKNY Golden Delicious Million Dollar Fragrance Bottle. Hadiah yang di kirimkan oleh Leo juga sekitar satu bulan yang lalu mungkin? Ah Xena juga pelupa karena terlalu banyak barang mahal yang di berikan sang calon mertua untuk dirinya.     

//Fyi; Ini adalah parfum paling mahal dengan harga 1 juta dolar AS atau senilai Rp 14 miliar. Parfum ini adalah hasil kolaborasi desainer terkenal DKNY dengan Martin Katz, perancang perhiasan populer. Dan tentu saja desain yang sangat mewah itu menjadikan parfum ini memiliki harga yang sangatlah fantastis.//     

Setelah itu, semua selesai, begitu juga dengan Vrans yang menaruh kembali sisir tersebut di atas meja rias dan menatap hasil sisiran rambut dirinya pada rambut dengan tekstur jatuh kemas itu.     

Tok     

Tok     

Tok     

"Permisi Tuan muda, Tuan Leo sudah datang."     

Suara dari sebuah speaker yang terhubung dengan luar ruangan itu mengatakan jika seseorang yang mereka tunggu-tunggu sudah datang. Pas sekali, mereka juga sudah sampai.     

"TENTU, TERIMAKASIH!!"     

"Tidak akan terdengar, sayang. Ini kedap suara, kalau ingin berbicara dengan orang di luar bisa lewat speaker saja."     

Xena beranjak dari duduknya, lalu meraih sepasang flat shoes berwana hitam polos dan langsung di pakai pada kedua kakinya. "Tidak perlu bosayang, aku buru-buru!" serunya sambil berlari kecil menuju pintu kamar. Membukanya, lalu segera berjalan cepat menuruni satu per satu anak tangga.     

Sedangkan Vrans? Ia terkekeh kerena tingkah konyol gadisnya itu. "Dasar, bukannya di tungguin malah di tinggal." ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Ia sudah rapih karena Leo nanti ingin mengajak mereka ke suatu tempat dan mengharuskan untuk berpakaian rapih. Dan ya, ia belum memberitahukan hal ini pada Xena. Biarkan saja ia ingin gadis itu merasa sebal terhadap dirinya. Bayangkan bagaimana bibir lucunya yang sudah di poles lipstik dan lip gloss mulai mengerucut dengan tatapan menajam. Bukannya terlihat seram ataupun mengintimidasi, justru jadi sangat menggemaskan.     

Ia sebenarnya tidak memaksakan apapun kepala Leo. Laki-laki paruh baya yang masih awet muda itu yang justru memaksakan dirinya sendiri untuk menemui Xena karena kabar yang beredar, menggemparkan hampir satu dunia bisnis ataupun orang-orang yang kenal dengan gadis tersebut. Walaupun dia telat menjenguk hampir satu minggu karena pekerjaan, tetap saja ia ingin bertemu dengan sang calon menantu.     

"Memang punya Daddy ada-ada saja," gumamnya sambil mengeratkan jas yang melekatkan pada tubuhnya ini. Dasi berwarna merah masih menjadi andalannya untuk di padukan pada tuxedo hitam.     

Bayangkan seberapa tampannya seorang Vrans Moreo Luis pada pagi ini dan seterusnya.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.