My Coldest CEO

Seratus sembilan puluh tujuh



Seratus sembilan puluh tujuh

0Peringatan!     

Pembahasan di bab 197 ini sedikit vulgar karena membahas tentang 21+ jadi tolong bijak!     

//     

Membicarakan acara pernikahan yang tertunda, tentu saja sudah terlaksana dengan sangat amat lancar. Dan kini, Leo mendaratkan bokongnya di atas sofa yang berada di kamar tamu berukuran besar. Ia sengaja membelikan mansion terlampau bagus ini untuk sang putra supaya nyaman dan tentu saja seorang Luis harus tinggal di rumah megah.     

Habis berkeliling Central Park beserta pusat perbelanjaan untuk memenuhi kemauan Xena yang ingin membeli baju dan tas, sekarang dirinya di sini. Sudah merenggangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. Setelah selesai bersih-bersih tubuh, tentu saja bersantai adalah momen yang paling di tunggu-tunggu.     

Sudah di temani secangkir americano dengan i-pad di tangannya, ah sangat nikmat sekali. Melihat-lihat berita dari benda pipih kotak berukuran sedang itu, lalu langsung saja jemarinya mulai menari-nari di atas sana.     

Berita tentang politik, ada juga tentang beauty, bahkan tentang para artis Hollywood langsung saja tersedia di laman paling utama.     

Merasa kurang tertarik, lebih baik dirinya segera membuka aplikasi khusus untuk menonton film. Melihat deretan film dengan berbagai judul dan genre, lalu memilih bertema peperangan.     

Ia sangat malas nonton di layar televisi yang menurutnya terlalu besar, jadi lebih baik menonton di i-pad. Karpet berbulu juga sudah tersedia di lantai, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di sana dengan i-pad yang di sandarkan pada asbak rokok di tengah-tengah meja.     

"DADDY, DADDY!"     

"APA XENA BOLEH MASUK?"     

"TOLONG XENA KARENA VRANS MENJADI GANAS SEPERTI SINGA!"     

Belum sempat film itu terputar, suara teriakan Xena dari dalam kamar tamu yang memang tidak memiliki penyadap suara ini terdengar sampai telinganya. Dan ya, belum sempat beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu, ternyata dengan sangat heboh gadis tersebut sudah masuk ke dalam kamar sambil berlari-larian ke arahnya.     

Mendaratkan bokong di lantai, tepat di samping Leo. Lalu menyembunyikan diri pada tubuh laki-laki yang merupakan Daddy dari kekasihnya.     

"Kenapa, Xena?" tanya Leo yang memang belum mengerti keadaannya. Bahkan, acara menonton film yang sudah ia rencanakan ini harus tertunda.     

Xena mengintip untuk menatap wajah Leo yang kebingungan, lalu menunjuk ke arah pintu kamar yang masih terbuka lebar. "Vrans ganas, masa katanya mau buat bayi siang-siang seperti ini." ucapnya dengan sangat jujur, nada bicara yang sangat polos itu mampu membuat Leo terkekeh geli dengan pernyataan tersebut.     

"Iya kah? Tapi tidak masalah, Xena. Kalau bikin bayi siang-siang itu enak loh," ucapnya yang malah memperkeruh suasana hati Xena. Sudah tahu gadis itu baru melihat aura menggelap yang di pancarkan oleh Vrans, jadi dirinya lebih memilih untuk kabur saja.     

"Ih Daddy! Gak mau ah, kan belum nikah!"     

"Memangnya harus nunggu nikah dulu, baru kamu sama Vrans boleh berhubungan badan?"     

"Ya mana Xena tau, aku gak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dengan laki-laki sebelumnya."     

Leo menganggukkan kepalanya, merasa percaya dengan apa yang dikatakan oleh Xena. Ia seorang laki-laki, dan pasti tahu mana gadis yang sudah tersegel atau yang sudah terbuka. "Daddy tidak masalah kalau nanti kehadiran baby lebih cepat daripada pernikahan kalian," ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Melihat Xena seperti melihat putri kecilnya yang ketakutan karena baru pertama kali di dekati oleh seorang laki-laki dan tidak tahu ingin berbuat apa, iya itu adalah penggambaran untuk Xena. Gadis polos tanpa adanya dosa 'nakal' yang pernah terbingkai di dalam hidupnya. Walaupun konyol dan tak tahu malu, bukan artinya gadis tersebut tidak memiliki harga diri, pasti menjaga.     

Sangat langka gadis seperti dirinya yang berada di negara besar seperti New York City ini.     

"Ih Daddy, tapi kan..." ucap Xena dengan kalimat yang menggantung. Ia rasa, dirinya sangat payah dalam masalah seperti ini. Padahal ia sudah termasuk dewasa, namun belum mengerti artian sesungguhnya dari 'percintaan'.     

Leo menaikkan sebelah alisnya, lalu meraih cangkir americano yang masih mengepulkan asapnya. Dengan sedikit meniup ujung kopi tersebut, ia lalu menyesapnya perlahan-lahan. "Ck, ahh." ucapnya, merasakan lega saat kopi menyentuh dinding tenggorokannya. Menaruh kembali cangkir tersebut, lalu menatap ke arah Xena. "Apa kalimat selanjutnya? Jangan bicara terpotong-potong, Xena." ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman hangat.     

Mertua idaman? Iya, dia adalah Leonardo Luis. Memangnya siapa lagi yang masih awet muda yang memiliki rahang tegas mata tajam namun menggoda, mapan karena memiliki perusahaan ternama apalagi sampai punya jet pribadi, siapa yang mampu menandingi?     

Xena menggaruk pipinya yang tidak gatal, lalu menampilkan sebuah senyuman yang sangat konyol, astaga. "Tapi kan aku tidak memiliki pengalaman apapun, bagaimana kalau nanti--"     

"Benar kan firasat ku, pasti kamu melarikan diri ke kamar Daddy."     

Suara bariton yang terdengar dingin dan datar itu pun langsung saja mengalihkan pandangan mereka berdua yang tadi sedang membahas hal yang cukup dewasa, menatap sosok laki-laki yang kini sudah berganti pakaiannya dari tuxedo menjadi kaos oblong tak berlengan dengan boxer yang melekat di tubuh bagian bawahnya.     

Sedangkan Xena? Gadis itu lagi-lagi memakai pakaian yang sama dengan Vrans, bahkan boxer milik kekasihnya juga ikut di pakai. Katanya sih memang lebih nyaman daripada memakai hotpants dan tanktop.     

Xena menampilkan deretan gigi putih dan bersihnya saat melihat Vrans yang sudah menyilangkan tangan di depan dadanya, dengan kaki kanan yang maju, dan di hentakan secara perlahan serta berkali-kali pada lantai. "Eh bosayang, ngapain ke sini, ya?" tanyanya pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi. Tubuhnya masih bersembunyi di belakang Leo.     

'Jangan membuat diri ku tegang kalau tidak ingin bertanggung jawab, sayang.'     

'Aku ingin merasakannya, kamu juga, kan?'     

'Tidak, tidak akan sakit kok, aku akan melakukannya dengan perlahan.'     

'Mendesah dan menyebut nama ku, dan aku akan mengajari mu dengan perlahan.'     

Segala bentuk ucapan yang tadi Vrans katakan padanya kini membuat tersipu malu. Entah karena dirinya terbawa suasana juga, atau memang ia ingin tahi bagaimana rasanya 'penyatuan diri' yang sesungguhnya.     

"Ayo kembali ke kamar, untuk apa bersama Daddy di sini?" ucap Vrans dengan raut wajah yang sudah memulai berubah tenang. Katanya, kalau seorang gadis merajuk seperti ini, harus diperlakukan sebaik mungkin. Jadi, itu yang dirinya lakukan untuk saat ini.     

Xena menoel sedikit pinggang Leo supaya mendapatkan pembelaan darinya.     

Leo yang merasa mengerti dengan situasi seperti ini pun langsung saja berdehem kecil. "Xena ingin menonton film bersama ku, kalau kamu ingin melakukannya nanti malam saja, ya?"     

"Tidak bisa Daddy, sangat menyiksa."     

"Kenapa kamu menjadi agresif? Padahal dulu kamu itu laki-laki cuek tak tersentuh, loh."     

"Iya, semuanya karena Daddy yang sudah memberikan izin. Xena sudah mengubah diri ku,"     

"Tapi gadis mu ini masih ingin di sini,"     

Vrans menolehkan kepalanya ke arah Xena yang kini justru sudah pura-pura melihat ke arah i-pad yang berada di atas meja. Lagipula untuk apa mereka menonton di media kecil itu kalau ada televisi yang menggantung di dinding tepat berada di hadapan mereka.     

"Sayang, kamu serius mau di sini?" tanyanya yang melihat tubuh mungil tersebut di belakang tubuh Daddy-nya. Menatap kedua manik mata Xena dengan sangat serius, namun yang ia dapatkan hanya tatapan balik tidak berselera.     

Ah bukan tidak berselera yang tidak mau, tapi tidak berselera ke arah tidak mengerti.     

"I-iya tentu saja!" seru Xena dengan nada suara yang terbata-bata, dadanya berdegup, astaga.     

"Kalau gitu, biarin ya kamu jadi mati penasaran." balas Vrans sambil menaikkan sebelah senyumnya.     

Xena yang mendengar hal itu pun langsung membelalakkan kedua bola matanya. Astaga, kenapa ancaman itu terdengar sangat merugikan bagi dirinya?     

"Kan masih ada malam hari," ia mulai memberikan alasan lainnya karena tidak siap dengan hal ini.     

Leo terkekeh melihat tingkah mereka berdua, sama-sama tidak memiliki pengalaman percintaan apapun. Terlebih lagi Vrans yang dari dulu cuek dengan para gadis, sudah dapat di pastikan jika laki-laki tersebut masih perjaka.     

Vrans menghembuskan napasnya, lalu menganggukkan kepalanya, ia setuju dengan tingkah keras kepala sang kekasih. "Yasudah, aku ingin bekerja saja." ucapnya sambil membalikkan tubuhnya, lalu mulai melangkahkan kaki untuk menjauh dari mereka. Meninggalkan kamar tamu dengan perasaan yang tidak dapat di prediksikan.     

Benar juga, kenapa dirinya menjadi agresif?     

Sedangkan Xena, ia sudah menghembuskan napasnya dengan lega. "Syukurlah Vrans sudah pergi, terimakasih Daddy." ucapnya sambil menaruh anak rambutnya yang menjuntai panjang ke belakang telinga.     

Leo mengangguk kepalanya, namun sedetik kemudian langsung saja menggelengkan kepala. "Lagipula kamu ada-ada saja, Xena." ucapnya dengan nada ringan disertai dengan kekehan kecil.     

Xena mengerucutkan bibirnya, "Habisnya aku tidak tahu harus bagaimana, Daddy." ucapnya dengan lesu. Bagaimana kalau dirinya nanti salah gerakan? Bisa saja membuat Vrans tidak nyaman, atau ia bahkan malah mempermalukan dirinya sendiri?     

Ah tidak bisa di bayangkan bagaimana lugunya seorang Xena Carleta Anderson.     

"Mau belajar?" tanya Leo sambil menaik turunkan alisnya, memberikan tatapan mata yang seolah-olah menggoda dalam artian menjahili gadis yang berada di sampingnya ini.     

Tidak, jangan berpikiran macam-macam terlebih dahulu. Ia juga tidak suka dengan gadis yang sudah memiliki ikatan dengan laki-laki, apalagi jika laki-laki itu adalah putranya. Bisa-bisa terjadi perang dunia season pertama yang besar.     

Xena mengerjapkan kedua bola matanya, merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Leo. "Hah? Maksud Daddy?" tanyanya.     

Leo hanya terkekeh kecil, lalu mengambil i-pad tersebut dan mengutak-atik isinya. Deretan berkas yang memang berisikan beberapa video 21+ itu pun langsung saja ia berikan ke tangan Xena.     

"Pelajari, Daddy akan keluar dari kamar dan pindah ke ruang tamu saja." ucap Leo sambil terkekeh kecil karena ekspresi Xena saat ini benar-benar membuat dirinya ingin tertawa saking lucunya. Ia tidak akan pernah menyangka jika akan memiliki menantu yang sangat lugu ini.     

Setelah itu, benar saja, Leo segera beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan Xena dan tak lupa menutup pintunya.     

Xena menaikkan sebelah alisnya, "Hah? Belajar?"     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.