My Coldest CEO

Seratus sembilan puluh delapan (21+)



Seratus sembilan puluh delapan (21+)

0Di mohon pengertiannya untuk para pembaca, bab kali ini masih terdapat peringatan yang sama seperti bab sebelumnya!     

Tidak akan menjelaskannya terlalu vulgar, tapi di sepanjang part ini mengandung mature content!     

//     

Hari sudah malam, dan kebetulan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan oleh Xena jika kini adalah waktu yang tepat untuk 'bermain'. Aroma khas yang kali ini memiliki wangi layaknya bubble gum sudah menyeruak di sekujur tubuh gadis tersebut. Dengan memakai lingerie tipis dengan berenda warna merah darah, tentu saja menambah kesan sexy tubuh Xena yang tidak terlalu menggoda namun padat.     

Semua ini sesuai dengan apa yang ia tonton tadi di kamar tamu, atas saran Leo. Sedikit menjijikkan memang, namun sepertinya sangat seru kala melihat gadis yang di film mendesah tanpa ampun.     

Bagaimana pun, ia masih termasuk seorang gadis lugu yang sialnya selalu penasaran dengan hal baru, dan ya dirinya belajar sangat cepat.     

Ia sudah memposisikan tubuhnya di atas kasur, berharap jika Vrans ketiduran di meja ruang kerja. Pintu kamar sudah tertutup rapat, bahkan terkunci. Nilai positifnya, ruangan ini kedap suara. Jadi, kalau cara mainnya nanti berisik, tentu saja tidak akan terdengar di telinga orang-orang yang berada di rumah ini.     

"Ayolah bosayang, semoga kamu tidu--"     

"Hai, sayang. Maaf lama, pekerjaan ku menumpuk."     

Ucapan yang bahkan belum sepenuhnya keluar dari mulut Xena itu pun langsung saja terpotong oleh hadirnya setiap kalimat yang di lontarkan Vrans. Laki-laki itu belum menyadari jika gadisnya sudah berpakaian layaknya seorang gadis penghibur yang berada di bar.     

Dada Xena bergemuruh, ia bahkan masih menyempatkan untuk menghembuskan napas lega saat laki-laki tersebut langsung masuk ke kamar mandi tanpa menoleh ke arahnya.     

Ceklek     

Tambah lega lagi saat mendengar pintu kamar mandi tersebut yang terkunci dari dalam, pertanda jika Vrans ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum beranjak ke kasur untuk tidur. Kini, apakah dirinya sudah memiliki bakat menggoda untuk membangkitkan hasrat seorang laki-laki? Kalau iya, dirinya berjanji hanya akan bertingkah se-random ini hanya kepada Vrans seorang.     

"Astaga deg-degan, seperti ingin terjun payung dari helikopter." ucap Xena sambil tiduran telentang, mengubah posisi hot yang tadi menyokong bokongnya seolah-olah terlihat semok. Padahal mah tidak ada yang perlu di harapkan dari bokongnya.     

Tadinya ia memutuskan untuk menutup tubuhnya dengan selimut tebal, namun justru detik selanjutnya ia memilih untuk beranjak dari tidurnya lalu memakai sandal kelinci berbulu. Ia berdiri tegak, lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah cermin panjang yang memang di letakkan di sana untuk melihat seberapa sexy penampilannya. Menatap dari wajah ke ujung kaki, sepertinya ini adalah hal yang paling memalukan.     

Bayangkan saja dengan sangat mudahnya Leo meminta cucu kepada dirinya dan Vrans. Tidak mau tahu pula kalau sebelum pernikahan sudah mengandung pun tak masalah.     

"SAYANG, BISA TOLONG AMBILKAN AKU HANDUK? KU PIKIR KETINGGALAN,"     

Mengerjapkan kedua bola matanya, Xena langsung saja bergerak untuk mengambil baju handuk yang dimaksud oleh kekasihnya itu di dalam lemari, lalu menutupnya kembali.     

Menarik napas, buang secara perlahan. "Xena bisa, semangat buat bikin dede bayi!" ucapnya yang justru malah menyemangati dirinya sendiri.     

Memang, sepertinya otak gadis ini sudah korsleting atau mungkin memang terlampau aneh dan konyol, sama seperti apa yang di katakan Vrans sampai laki-laki tersebut memanggilnya dengan sebuah gadis Pluto.     

Sudah cukup tenang, ia mendekati pintu kamar mandi yamg terdapat Vrans di dalamnya.     

Tok     

Tok     

Tok     

"Bosayang, ini handuk mu. Aku sudah berada di depan pintu kamar mandi!     

Ceklek     

Terlihat setengah badan Vrans yang bersembunyi di balik kamar mandi, kedua matanya membelalak lebar kala melihat apa yang di pakai Xena. Tangan kanannya sudah meraih handuk yang di julurkan oleh gadisnya, lalu di lempar begitu saja yang untungnya mendarat di atas wastafel kering.     

"Pakaian mu..."     

Mendengar ucapan Vrans yang menggantung, tentu saja membuat kedua pipi Xena bersemi malu.     

"Ah bosayang maaf tidak bermaksud--"     

"Cantik sekali, sayang dan begitu menggoda."     

Vrans membuka lebar pintu kamar mandi, memperlihatkan dirinya yang ternyata sudah telanjang dada namun masih memakai boxer yang terlihat ada sesuatu yang sesak di antara kedua pahanya itu.     

Penasaran? Tentu saja Xena penasaran!     

Dengan cepat, Vrans menarik tubuh Xena untuk masuk ke dalam kamar mandi bersama-sama dirinya. Ia menutup rapat-rapat pintu tersebut, lalu menyandarkan tubuh gadisnya di dinding. Dengan kedua tangan yang sudah berada di samping kanan dan kiri kepala Xena, kedua matanya kian menggelap kala melihat kedua gunung kembar yang berada di dada gadisnya.     

Pernah melihat, tapi tidak pernah menyentuh. Menjaga adalah hal yang terbaik, namun untuk saat ini sepertinya hal yang menjadi 'larangan' kini sudah tidak berlaku lagi.     

"Bosayang?" cicit Xena memanggil Vrans yang tampaknya mulai kalut, karena jujur selama berada di dekat dirinya, tidal mungkin kan laki-laki ini begitu tahan dengan hasratnya?     

Vrans menggeram rendah, lalu mulai mendekati wajahnya ke lipatan leher Xena. Mengendus aroma yang baru dirinya rasakan ini, lalu menyedot leher tersebut dengan lumatan kecil.     

"Ashhh..." desah Xena yang merasakan geli bercampur saat deretan gigi Vrans mulai mengenai permukaan kulit lehernya. Ah tidak, antara geli dengan perih, iya seperti itu.     

Sekitar dua menit lamanya, Vrans memundurkan kepalanya. Ia melihat tanda merah kepemilikan yang sudah terlihat jelas di leher Xena, lalu tersenyum puas atas dirinya berhasil membuat tanda tersebut. "Gadis Pluto yang manis, kini kamu benar-benar menjadi milik ku." ucapnya dengan lembut sambil menampilkan sebuah senyuman hangat, di tambah lagi kini tangannya mulai bergerak untuk mengikat rambut Xena dengan ikatan rambut yang selalu berada dekat wastafel, tak berada jauh dari mereka.     

Setelah itu, ia beralih untuk melumat bibir mungil Xena. "Ahshhh.... Vrans..." desahan tersebut kembali terdengar saat kedua tangan Vrans mulai menjalar ke bagian dadanya. Mulai meremas dengan gerakan lembut kedua buah dadanya, membuat dirinya hampir menggelinjang saat tau jika remasan itu semakin lama, semakin kencang.     

"Seb-sebhut nama khu, shasyang.."     

Vrans berbicara seperti itu di tengah-tengah lumatan panas mereka, menahan tengkuk Xena saat gadis tersebut mencoba untuk mundur ingin mengendurkan lumatan mereka. Kedua tangannya kian nakal, lalu mulai merobek paksa lingerie yang di kenakan oleh gadisnya.     

"Ashhhh kenahp-ha di robek."     

Xena yang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Vrans ini pun hanya bisa diam saja karena kedua kakinya terasa sangat lepas. Mereka sebelumnya sudah sering berciuman seperti ini, namun untuk ciuman dengan mengotak-atik bagian tubuh lainnya? Tentu saja tidak pernah.     

Tidak mempedulikan ucapan Xena, Vrans langsung saja membuang lingerie yang sudah rusak itu ke sembarang arah. Kini tubuh atas gadisnya tidak tertutup benang apapun, melihat itu tentu saja membuat adiknya yang berada di bawah sana tampak menegang sesak.     

"Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan mu, sayang."     

Vrans mengangkat tubuh Xena, lalu menduduki gadis tersebut di atas wastafel. Melepas lumatan mereka sampai terlihat bibir Xena yang sudah membengkak.     

Detik selanjutnya tanpa membiarkan kekasihnya itu untuk mengumpulkan oksigen, ia langsung saja mendekatkan wajahnya ke buah dada yang sudah menggantung sangat menggoda itu. Menghisap bulatan kecil di atas gunung seperti anak kecil yang sibuk menyusu dengan sang Mommy.     

"Ashhhhhh Vrans,"     

Masih dengan desahan yang memenuhi ruangan kamar mandi ini, birahi Vrans semakin bangkit.     

Menghisap buah dada bagian kanan, dan bagian kirinya sudah di mainkan dengan tangannya. Entah itu di remas, di tekan bulatan kecilnya sampai siempunya menggelinjang hebat.     

Menatap dari bawah jika Xena sedang merem keenakan karena ulahnya, ya tentu saja membuat dirinya sangat beruntung. Perawan di balas dengan perjaka, seimbang.     

"Ahshhhh Vrans, enak sekali."     

Xena merasa jika kini seluruh aliran darahnya tengah bertengkar karena merasa bentrok dengan nafsu yang entah sejak kapan sudah bangkit dari tubuhnya ini.     

"Ingin yang lebih enak?" tanya Vrans sambil menyudahi kegiatannya yang menguasai dada Xena. Lalu ia mengusap mulutnya yang terdapat jejak putih hasil dari menyusu dengan kekasihnya.     

Tidak menganggukkan kepalanya untuk menyetujui, juga tidak menggelengkan kepalanya untuk menolak.     

Dan ya, Vrans menganggap hal itu adalah cara menyetujui tanpa gerakan. "Baiklah, diam dan nikmati ya sayang."     

Padahal, tadi Xena yang belajar untuk menguasai 'permainan' ini, namun ternyata dirinya lah yang saat ini kalah. Percuma ia belajar kalau ternyata Vrans yang mengendalikan segalanya.     

Melepas secara perlahan dalaman yang menutupi bagian bawah Xena, namun gadis tersebut langsung menutupinya dengan kedua telapak tangan. "Eh, mau ngapain! Bosayang gak boleh ya ngintip ini, huh." ucapnya sambil mengerutkan bibir dengan sangat menggemaskan.     

Vrans terkekeh kecil, lihat seberapa lugu sang kekasih. "Kalau tidak di buka, bagaimana cara membuat adik bayi nya?"     

Xena bergeming, saat di vidio yang di tonton olehnya sih memang seperti itu. Diam, lagi-lagi dengan diam itu dia memberikan akses penuh terhadap Vrans.     

Menyingkirkan tangan Xena yang menutupi bagian sensitif seorang gadis itu, lalu membuka nya sampai seluruh tubuh kekasihnya ini tanpa adanya benang sedikitpun.     

Melihat ke arah mahkota Xena yang bewarna pink merona tanpa bulu, lalu langsung saja mendekatkan kedua jemari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan. "Tahan, mendesah saja kalau merasa sakit." ucapnya dengan tatapan sangat lembut. Dan..     

Jleb     

Kedua jari Vrans sudah masuk ke lubang kenikmatan tersebut, lalu mulai mengocoknya dengan gerakan perlahan.     

"Ashhhhh..."     

"Ashhshhhh Vrans, love you."     

"Ahhhh, jangan seperti itu, nanti aku ingin pipis."     

Saat Xena mengatakan itu, bukannya berhenti malah membuat Vrans semakin liar. Dengan kecepatan tangan yang bergerak aktif, bibirnya kembali di satukan dengan bibir gadisnya.     

"Vransss, ashhsshhh....."     

Lumatan yang ganas, tentu saja dengan tangan Vrans yang semakin bergerak cepat di bawah sana. Tubuh Xena menggelinjang, yang tadinya merasa sakit dan perih, kini sudah berubah menjadi sebuah kenikmatan yang tidak memiliki tandingannya.     

Xena memundurkan kepalanya, dan lumatan mereka terlepas. Ia menoleh ke bawah, tepat dimana mahkotanya sudah di masuki oleh jemari Vrans. "Oh, yaschhh... kamu membuat ku gila, Vrans. Ahhhhh.... kenapa sangat nikmat." racaunya yang semakin memperlebar kedua pahanya supaya Vrans dapat bergerak lebih leluasa daripada sebelumnya.     

Ia mengangkat sedikit tubuhnya karena benar-benar menikmati semua ini. Dengan kepala yang mendongak ke atas, ia merasakan sebuah kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

"Ashhshhhh..."     

"Ouch Vrans...."     

"Ahhhh, aku ingin keluar ..."     

Detik selanjutnya, sebuah cairan bening terasa keluar dari bawah sana. Lalu membuat Vrans langsung mencabut aktifitasnya, ia menatap tubuh bagian bawah yang sudah tegang. "Kamu ingin bermain dengan adik ku?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya dengan menggoda.     

"Hah? Memangnya kamu punya adik, bosayang?"     

"Tentu saja, dia akan membuatkan mu kenikmatan."     

"Kalau begitu, mana dia?"     

Vrans terkekeh kecil, bahkan di saat seperti ini Xena masih terlihat menggemaskan. Lihat, tubuh yang terlihat sangat indah itu pun membuat kedua bola matanya terasa mulai terpaku dengan pemandangan tersebut.     

Dengan sebuah senyuman miring yang mulai tercetak jelas di raut wajahnya, ia langsung menurunkan boxer yang menutupi bagian paling istimewa di tubuhnya.     

Terlihat sesuatu yang tegang dan sudah basah di bawah sana. Tentu saja melihat hal itu membuat Xena membuka mulutnya, ternganga tidak percaya. "Apa itu nanti akan masuk ke sini?" tangan dengan polos sambil menunjuk mahkotanya.     

Vrans menganggukkan kepalanya, lalu menampilkan sebuah senyum yang sangat sulit untuk di artikan. "Kamu ingin bermain dengannya, atau aku yang akan bermain dengan mu?"     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.