My Coldest CEO

Seratus empat puluh



Seratus empat puluh

0"Sepertinya kamu harus panjatkan doa kepada Tuhan, Tuan." Kedua manik mata Allea mulai melihat ada satu orang penjaga, laki-laki bertubuh tegak.     

Vrans yang mendengar itu pun langsung saja menaikkan sebelah alisnya, "maksudnya?" tanyanya karena tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allea. Gadis ini selalu saja mengatakan hal yang belum lengkap, menjadikan siapapun yang menjadi lawan bicaranya harus menanyakan hal itu lagi untuk lebih jelasnya.     

Allea menghembuskan nafas dengan kasar. Kalau saja ini mobil milik Sean atau salah satu mobilnya yang sudah di modifikasi dengan berbagai ruang kosong untuk menaruh barang-barang berbahaya, ia bisa memberikan usul untuk Vrans masuk ke dalamnya. Tapi sayang, mobil ini milik sang bos. "Sistem keamanan kali ini seorang laki-laki yang bisa saja melihat-lihat ke dalam mobil untuk memastikan keamanan." ucapnya dengan penjelasan yang lebih detail lagi.     

"Lalu? Bagaimana dengan ku?" tanya Vrans yang sudah mulai jengah berada di posisi seperti ini.     

"Sebaiknya Tuan masuk lebih dalam ke bawah kursi mobil deh. Jangan mengeluarkan suara apapun karena pasti nanti ruang udaranya juga menyempit." ucap Allea mengeluarkan sebuah saran, memang hanya itu saja yang bisa di lakukan oleh Vrans. Ingin menurunkan laki-laki ini pun tidak akan pernah bisa karena kemungkinan CCTV keamanan menangkap sosok yang tidak masuk terdaftar di dalam list.     

Kalau pun tidak termasuk, setidaknya Hana mengatakan pada sistem yang di buatnya jika ada seseorang yang ingin berkunjung. Dari nama, ciri-ciri, bahkan semuanya harus detail di ucapkan untuk menghindari sebuah rudal meledak di halaman rumahnya yang terlewat luas ini.     

Vrans yang mendengar hal itu pun langsung saja menghela napas panjang. Astaga, ini sangat perjuangan sekali untuk bertanggung jawab terhadap sang kekasih. Nasib Xena berada di tangannya, kalau tidak berhasil, tamat lah sudah. "Hanya ini satu-satunya cara, ya?" tanyanya dengan nada suara yang mulai pasrah dengan saran yang di berikan salah satu karyawannya itu.     

Allea tahu jika saat ini bukanlah suasana yang tepat untuk terkekeh, namun tak ayal juga kekehan tersebut keluar dari dalam mulutnya. "Astaga, sepertinya habis ini aku di pecat oleh mu, Tuan. Karena tidak ada rencana lain yang lebih bagus." ucapnya sambil menekuk senyumnya yang terasa menyesal dengan keputusan tadi.     

Vrans pun langsung saja menuruti ucapan Allea untuk masuk lebih dalam kedalam bawah ruang kosong itu. "Kalau begini, ku yakin sehabis ini aku akan menghirup udara kuat-kuat." ucapnya sambil memasukkan tubuhnya hanya dalam hitungan detik saja. Lihat, ini adalah perjuangan berharga untuk kekasihnya yang tersayang itu. Ia tidak akan pernah mau bertindak seperti ini untuk orang yang sama sekali tidak di kenal. Toh Xena juga sudah cukup imbas dengan keceriaan yang di tebarkan gadis itu, tentu saja menjadikan hidupnya jauh lebih berwarna dari sebelumnya.     

Allea menganggukkan kepalanya, lalu kembali mengubah raut wajahnya menjadi lebih serius ketika mobil milik Vrans yang sudah terhenti tepat di tangga yang menghubungkan langsung ke pintu utama perumahan ini.     

Ia dengan santai langsung saja membukanya kaca mobilnya untuk melihat ke arah Alard yang sudah berjalan mendekat ke arahnya.     

"Hai, Alard." sapa Allea dengan sebuah senyuman yang mengembang di wajahnya. Gemuruh di dadanya kian bersahutan satu sama lain membuat detak jantungnya memiliki irama yang kuat, seperti sedang mengadakan disko dengan volume suara yang mampu membuat dada berdebar. Iya, itulah perasaannya saat ini.     

Alard memberikan sebuah anggukan kecil dan senyuman simpul. "Selamat datang kembali," ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya dengan hormat. Baginya, sesama pekerja yang dekat dengan Hana, sangat pantas untuk di beri penghormatan. Apalagi yang sudah membantu segala misi sang gadis pembunuh bayaran itu, sangat teramat pantas untuk di hormati.     

Allea menganggukkan kepalanya, lalu melihat tangan Alard yang sudah memegang alat pendeteksi senjata tajam. Walau bagaimanapun, semua yang masuk ke rumah ini tentu saja harus di periksa keamanannya.     

Padahal, di rumah Hana ada lebih dari seratus-ratus jenis senjata mematikan, tapi tetap saja orang yang datang ke rumah ini sangat tidak di perbolehkan untuk membawa senjata tajam. Katanya sih takut jika ada tindakan kriminal. Ya, itu walaupun Allea masih di anggap pekerjaan di ruang lingkup Hana, bukan salah Alard kan kalau laki-laki ini berjaga-jaga dan tidak menghilangkan sistem keamanan yang memang seharusnya di terapkan untuk semua orang.     

Dengan alat pendeteksi yang berbentuk panjang dan ada sebuah sistem pemeriksa senjata tajam yang memang bisa mengetahui beraneka ragam senjata berbahaya. Alard mulai menggerakkan tubuhnya untuk memeriksa body mobil dari sisi samping kanan dan kiri, juga atas dan bawah. Jangan lupakan juga bagasi mobil yang ia ikut periksa itu.     

Aman.     

Walaupun begitu, Allea merapalkan beberapa kalimat kepada Tuhan supaya Vrans terlindungi dari Alard yang memang selalu memeriksa secara detail ini.     

"Bolehkah?" tanya Alard yang meminta izin Allea untuk meriksa dalam mobil.     

Allea menganggukkan kepalanya, kalau dia menolak pun sudah pasti semuanya akan terbongkar. Rasa degup dada yang saling bersahutan mulai terasa tidak kondusif. Ia pun dengan seulas senyuman masih mempertahankan dirinya untuk tetap tenang walaupun gundah.     

"Tentu saja, kenapa tidak? Lagipula mobil ku ini tidak berisi apa-apa." ucapnya dengan nada santai, dengan tangan tubuh yang di sandarkan ke kepala kursi dan kedua tangan menopang kepalanya dengan siku yang bersandar di tepi kaca mobil. Posenya kini seperti seseorang yang sudah sangat yakin jika dirinya masih memenuhi kriteria keamanan yang berlaku.     

Alard yang melihat ekspresi penuh keyakinan itu pun langsung mengangkat bahunya, ia akan tetap terus menjalankan apa yang diperintahkan Hana. Walaupun sudah pekerjaan favorit yang ada di ruang lingkup majikannya itu, bukankah tak ayal, bisa saja seseorang yang dekat menikam dari belakang tanpa disadari?     

Laki-laki tersebut mulai me julurkan tangannya, memasukkan alat pendeteksi yang berada di tangan kanannya. Ia malas menyuruh Allea untuk keluar dari mobil karena pasti nanti dirinyalah yang harus memarkirkan mobil ini masuk ke dalam garasi rumah. Toh ia di tugaskan pada Hana untuk tetap menjaga rumah selagi gadis tersebut melakukan permainannya.     

Kenapa ia tidak ikut mengambil alih dan hanya membawa Chris dan Xena untuk ke sebuah gedung tua yang sudah di tempati oleh Hana itu? Ya jawabannya karena dia adalah seorang doorman sekaligus private driver, jadi ia tidak ada andil apapun selain menjaga rumah dan berkendara.     

Selagi alat pendeteksi itu bekerja di dekatnya, ia bahkan sempat menahan napas karena tiba-tiba teringat dengan Vrans yang masih berada di bawah sana. Pastinya Alard akan memeriksa bagian belakang kursi pengemudi juga. Ia sepertinya harus merapalkan segala sesuatu supaya takdir berpihak padanya.     

Sedengankan Vrans, kini ia mulai kekurangan oksigen karena tidak dapat di pungkiri lagi jika ruangan sempit akan mengikis udara untuk masuk ke dalam indra penciumannya. Terdengar suara scanner yang tengah memindai sesuatu, ia bisa menebak pasti dari percakapan mereka seseorang bernama Alard itu tengah melakukan pemeriksaan, sama dengan apa yang di ucapkan oleh Allea tadi. Kalau boleh berlaku nekat, ia menembak langsung laki-laki tersebut jika ada pistol disini.     

"The scan is over and it's safe, please put the car in the garage." ucap mesin canggih tersebut yang secara diam-diam membuat Vrans maupun Allea menghela napas lega.     

(*Pemindaian sudah selesai dan aman, tolong taruh mobil di garasi.)     

Alard mengeluarkan tangannya dari dalam mobil, lalu menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan sistem mengenai hal ini. "Kalau beg--" Mengalihkan tatapannya pada kursi belakang mob, ia menghentikan ucapannya yang belum sempat terselesaikan. "Bolehkah aku memeriksa kursi belakang?" tanyanya menatap tajam ke arah kursi belakang mobil. Sepertinya ada yang janggal dengan tempat itu.     

Allea merutuki takdir dalam hati, bagaimana bisa Alard memiliki perasaan yang sangat kuat? Namun lagi-lagi, ia tidak bisa menolak apa yang diinginkan oleh laki-laki tersebut. Bisa-bisa menjadi ancaman baru bagi dirinya. "Tentu saja, memangnya ada hal apa?" tanyanya yang meminta penjelasan. Soalnya tadi laki-laki tersebut sudah menyetujui ucapan sistem, tapi tiba-tiba berubah pikiran begitu saja.     

Alard mengangkat bahunya, "Entahlah hanya ingin memeriksanya saja." ucapnya sambil melangkahkan kakinya untuk berjalan mendekati pintu belakang mobil dan membukanya. Hanya ada dua kursi kosong yang tentu saja tidak berpenghuni itu. Indra penciumannya menangkap wangi maskulin yang tercium di udara kursi belakang.     

Allea memutar tubuhnya untuk melihat ke arah Alard. Laki-laki itu memang cocok sekali menjadi seorang penjaga dengan sistem yang ketat.     

"Ada masalah apa, Alard?" tanyanya sekali lagi karena melihat raut wajah heran yang ditampilkan Alard saat ini. Ia juga memiliki tingkat khawatir jika saat ini laki-laki itu mengetahui keberadaan Vrans yang hanya bersembunyi di bawah kursi mobil.     

Alard menolehkan kepalanya ke arah Allea, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Sejak kapan kamu memiliki kekasih?" tanyanya langsung pada inti pembicaraan yang ingin ia utarakan. Berbelit-belit dan banyak berbasa-basi buka lah hal yang mungkin ia lakukan.     

Allea ikut menaikkan sebelah alisnya, "Maksudnya?" tanyanya yang ikut kebingungan.     

"Kenapa mobil mu berbau maskulin?"     

Allea kehilangan kata-kata, "Ah tadi aku mencoba salah satu parfum milik teman karyawan ku di kantor. Tapi ternyata berbau tidak cocok di tubuhku.     

Alard hanya menganggukkan kepalanya.     

Sedangkan Vrans di bawah sana, ia dengan raut wajah datarnya mulai memutar kedua bola mata. Apa wangi tubuhnya tercium sampai sebegitu parahnya?     

"Sepertinya kamu berbohong," ucap Alard.     

Vrans hanya menyimak, mendengarkan setiap percakapan Allea pada laki-laki tersebut.     

Allea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal merasa bingung dengan apa yang di ucapkan Alard, laki-laki ini sangat keras kepala sekali. "Maksudnya apa sih, Alard? Aku tidak mengerti dengan ucapan mu."     

"Gadis konyol seperti apa yang meminjam parfum laki-laki? Dan terlebih lagi hanya tercium di jok belakang saja." ucap Alard yang menyalurkan apa yang kini ia pikirkan.     

"Lalu mau mu seperti apa?" Allea terkekeh sambil menyinggung sebuah senyuman.     

"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan, iya kan?" tanya Alard yang masih kekeuh dengan pendiriannya.     

"Buktikan kalau perasaan mu benar, Alard." ucap Allea yang sama sekali tidak merasa takut dengan tuduhan Alard, tapi kini rasa khawatir semakin berdesir.     

Vrans yang tadinya ingin memutar kembali kedua bola matanya itu pun merasa terkejut ketika sebuah tangan kekar terlihat di lantai mobil.     

"Apa yang ada di bawah sini?"     

Pada detik itu juga, Allea dan Vrans sama-sama membelalakkan kedua bola matanya merutuki takdir pada saat ini.     

Apa kesialan berpihak pada mereka?     

Baiklah, kini hanya takdir yang dapat menentukan jika semua akan berjalan baik-baik saja tanpa hambatan.     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.