My Coldest CEO

Dua ratus empat (END)



Dua ratus empat (END)

06 tahun kemudian...     

06:00 AM     

New York City, Vrans's mansion.     

"DAD, MOM? CAN YOU HELP ME RIGHT NOW?!"     

"I NEED ANYONE'S HELP!"     

"DOES ANYONE HEAR ME?"     

Perkenalkan, namanya Arletta Camelia Luis. Gadis kecil yang sangat aktif, gemar sekali berteriak, ya sebelas dua belas deh sama Xena. Namun jangan salah, memiliki tingkat kecerdasan yang terbilang tinggi. Wajahnya yang cantik perpaduan sangat sempurna itu pun menjadi daya tarik bagi banyak laki-laki seusianya.     

Banyak yang mencuri perhatian, bahkan setiap minggunya ada saja laki-laki yang menunggu di depan gerbang rumah besar mereka berharap jika Letta akan membukakan pintu gerbang seluas niatan mereka. Tapi jangan salah, wajah cantik dan kepintaran serta kebobrokan ini bukan berarti ia bisa dengan mudah menerima sang lawan jenis.     

Sifatnya mirip Xena, namun hatinya berpihak layaknya sebongkah es batu seperti Vrans.     

Merasa tidak ada yang mendengar teriakannya, ia akhirnya merasa sebal. Padahal ia masih kecil dan baru beranjak ke sekolah dasar, namun tingkahnya ini layaknya seorang remaja.     

Tidak jadi membuat prank kalau tangannya terpotong pisau yang di ganti dengan sosis berlumuran darah palsu itu, ia langsung saja mencuci tangannya di wastafel dengan sedikit berjinjit karena belum terlalu tinggi.     

"Ish, kemana sih?"     

"Aku di tinggal? Jahat banget padahal masih pagi dan ini hari libur, masa iya Mom dan Dad pergi ke kantor begitu saja?"     

Merasa sebal, ia langsung saja melangkahkan kakinya ke arah tangga yang membawa dirinya langsung ke atas lantai dua di kediaman ini. Setelah sampai di depan pintu kamar kedua orangtuanya, ia segera menempelkan telinganya ke pintu. Dan ya, sudah pasti lah tidak terdengar apapun! Toh memang ruangan kedap suara.     

Berdecak sebal, lalu berharap pada Tuhan jika suaranya akan terdengar sampai dalam sana. "MOM AND DAD? I'M WAITING FOR YOU TO MEET ME IN THE KITCHEN!" pekiknya sampai terasa kalau pita suaranya hampir tercekat.     

Satu detik, dua detik, tidak ada jawaban sama sekali. Baiklah kalau begitu, ini waktunya untuk bermain. Ia sudah tidak peduli dengan prank yang akan di luncurkan karena terdengar konyol ini, lalu kembali menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati karena takut terjatuh dan terguling.     

Ia menengok ke kanan dan ke kiri, lalu menghembuskan napasnya, memastikan jika tidak ada maid yang memperhatikan tingkahnya. Dengan cepat, ia memiliki sebuah niat untuk bermain di belakang halaman rumah. Dan anehnya, kenapa dirinya merasa kosong sendiri di rumah ini? Hey, padahal sebelum meluncurkan misi untuk melakukan prank pun dirinya sibuk menonton TV bertema anak-anak di dalam kamarnya.     

Dan apa selama dirinya di kamar, berarti orang-orang meninggalkan dirinya?     

"OH, MY GOD! I DEFINITELY STAYED, SUCKING!"     

Letta membuat bibir yang mengerut sebal, lalu berjalan ke arah halaman belakang rumah dengan kaki yang di hentakan.     

Bisa-bisanya ia menjadi anak satu-satunya tanpa teman di rumah sama sekali. Iya, ini sifat mengeluh yang entah ia turunkan dari siapa. Padahal, Xena tidak pernah mengeluh dengan apa yang tersuguh di hadapannya, apalagi Vrans, laki-laki tersebut cukup sabar menghadapi berbagai rintangan.     

Iya, mungkin saja tertular Orlin.     

Mendengus sebal, Letta hanya bisa menerima nasib saja. Ingin memiliki laki-laki sebagai peneman di kala sepinya itu pun dirinya belum berminat. Baginya, memiliki kekasih di usia muda adalah hal yang sangat merepotkan. Ia sangat suka dengan mata pelajaran di sekolah, dan berambisi untuk selalu bisa mempelajarinya dan masuk ke dalam otak.     

Ceklek     

Pintu yang menuju ke halaman belakang rumah itu pun langsung saja terbuka bersamaan dengan bajunya yang tersangkut di celah pintu.     

"Ugh, bad luck." umpatnya sambil menarik ujung bajunya itu dan ya, sudah terlepas tanpa sobek sedikitpun. Ia menghembuskan napas lega, namun di sisi lain dirinya ini merasa jika sebentar lagi akan ada banyak kejadian-kejadian yang membuat emosinya terkuras.     

"SURPRISE!!"     

"HAPPY BIRTHDAY LITTLE SWEETIE LUIS!"     

Terkejut? Tentu saja! Di dalam sana tidak ada satu pun orang yang mendengar teriakannya, tapi kini di halaman belakang rumah sudah berderet orang-orang yang sangat di kenali dirinya. Mommy dan Daddy sudah pasti ada di sana yang berpose sangat mesra, tanpa mempedulikan banyak orang yang menatap ke arah mereka dengan kekehan kecil. Ada juga Orlin dan Niel yang di depannya sudah ada anak laki-laki kecil seusia dirinya, namun lebih muda. Ah jangan lupakan Erica dan Sean, mereka sudah menggendong buah hati yang masih berusia dua tahun.     

"Puas mengerjai diri ku?" tanya Letta dengan decakan sebal. Ia pikir prank yang akan di buat eh dirinya tadi akan fenomenal menghebohkan kedua orangtuanya, tapi ternyata dirinya lah yang di prank untuk kali ini.     

Letta melihat Xena dan Vrans yang melangkahkan kaki ke arahnya, lalu tiba-tiba tubuh kecilnya ini di peluk dengan sangat erat. Bagaimana pun suasana hati buruk mempengaruhi dirinya, tetap saja ia merasa meleleh jika di perlakukan selembut ini.     

"Happy birthday, sayang." gumam Xena dan juga Vrans secara bersamaan. Melepas pelukan mereka, lalu memberikan sebuah kecupan manis di masing-masing pipi kanan dan kirinya.     

Letta langsung saja mengerjapkan kedua bola matanya, lalu sedetik kemudian tertawa lepas. "Ah Mom, Dad, ini sangat tidak seru. Bagaimana kalau kita rayakan di markas pasar gelap milik kenalan Uncle Sean?" ucapnya sambil menaik turunkan alisnya ke arah Sean yang tiba-tiba tersedak angin.     

Mereka semua melihat ke arah Sean dengan tatapan tajam, tak habis pikir dengan Letta yang sudah mengerti tentang 'black market smuggling'.     

"Sean...." geram Erica dengan tangan yang berusaha meraih pinggang Sean untuk segera mencubitnya.     

Sean hanya menampilkan sebuah senyuman konyol, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah itu, Letta menyuruh menceritakan apa pekerjaan ku, jadi aku jujur saja dan mengatakan semuanya." ucapnya yang memang mengatakan hal itu dengan sangat jujur. Ia sama sekali tidak ingin menutupi kebenaran, ya karena dirinya memang sedikit menceritakan bagaimana serunya masuk ke dalam dunia penjahat.     

Mengenal cinta memang benar-benar membuat Sean bodoh. Kenapa bisa-bisanya menceritakan hal berbahaya pada gadis yang baru masuk ke sekolah dasar ini? Pantas saja memiliki imajinasi yang sangat kuat.     

Menghembuskan napasnya, Vrans segera membawa Letta ke pelukannya lalu menciumi setiap inci tubuh sang putrinya.     

"GELI DADDY, HENTIKAN." pekik Letta sambil tertawa terbahak-bahak. Bahkan kini tangannya mulai aktif untuk menahan wajah Vrans supaya tidak bisa menggelitik ketiaknya dengan dagu.     

Vrans tertawa lalu menghentikan kegiatannya, "Anak Daddy jangan sekali-kali ngomong itu lagi, ya?" ucapnya sambil menggendong Letta hanya dengan sebelah lengan saja untuk menahan tubuh ringan itu lalu sebelah tangan yang lainnya melayang di udara untuk menunjukkan sebuah kelingking perjanjian.     

"Masih pagi, Dad. Aku tidak ingin membuat perjanjian, bahkan matahari belum tampak. Lagipula aku masih terlalu kecil untuk melakukan perjanjian yang harus di tepati,"     

"Bisa saja putri Daddy, kamu pandai sekali berbicara walaupun masih kecil. Kalau begitu, bagaimana jika libur makan taco dalam seminggu ini kalau tidak nurut dengan perkataan ku, siap?"     

Masih sama dengan Xena, Letta juga sangat menggilai taco lebih dari apapun. Tapi, ia adalah penikmat dengan porsi yang parah. Bisa sekali berkunjung ke kedai taco langsung menghabiskan 3 porsi sekaligus dan tentu saja memesannya lagi untuk di makan nanti saat di rumah.     

"Daddy mau aku ajak berantem, seperti yang di ajarkan Uncle Sean, hiat hiat hiat." ucap Letta dengan raut wajah yang sangat menggemaskan seolah-olah benar-benar ingin melawan Vrans dengan gerakan patah-patah yang tercipta.     

Lagi dan lagi Sean meringis kala banyak pasang mata yang menoleh ke arahnya. Ayolah, ia hanya mengajarkan pada Letta teknik untuk mempertahankan diri jika nanti sewaktu-waktu ada orang yang berani memulai dirinya namun tidak ada yang bisa memberi bantuan.     

Xena hanya terkekeh kecil dengan apa yang diucapkan oleh Letta, terdengar sangat polos. Ia meraih tubuh gadis kecilnya supaya berpindah gendongan ke tubuhnya. "Anak Mommy yang paling di sayang banyak orang, kamu mau nanti latihan pertahanan tubuh?"     

"Tentu saja, Mommy! Letta ingin memiliki pekerjaan yang sama dengan Uncle Sean."     

"Kalau itu, jangan. Memangnya kamu tahu apa pekerjaan nya?"     

"Tentu saja, berolahraga di malam hari tanpa lelah."     

Menepuk jidat mereka masing-masing saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Letta, justru mereka sangat paham dengan artian 'olahraga' yang di katakan Sean kepada gadis menggemaskan tersebut.     

"Nah kalau begitu, nanti Mommy akan katakan pada Uncle D. Krack untuk meluangkan waktu untuk mu, oke? Tapi berjanji untuk tidak membahas apapun yang Uncle Sean katakan pada mu, setuju?"     

Sama seperti Vrans sebelumnya, Xena langsung saja mengayunkan tangannya ke udara. Ia membuat sebuah perjanjian ringan yang sudah pasti sangat mudah di turuti itu.     

Letta tampak memegang dagunya, mengambil pose berpikir yang memang harus penuh pertimbangan. Dengan menjentikkan jemarinya seolah-olah sudah mendapatkan jawaban, ia langsung saja menganggukkan kepalanya. "Aku setuju!" ucapnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke arah Xena, lalu tersenyum sangat manis.     

Vrans yang melihat itu pun membuka mulutnya karena tidal percaya dengan apa yang terjadi. Tunggu, tadi dirinya susah payah membujuk, iya kan? Kenapa dengan Xena berhasil dengan sangat mudah? Astaga...     

"Good girl,"     

Xena menurunkan tubuh Letta supaya kembali berpikir di rumput yang sudah terawat sangat rapih ini. "Happy birthday, sayang." gumamnya sambil mengelus lembut puncak kepala Letta.     

Karena nanti malam semua orang mempunyai aktivitas masing-masing, jadi mereka mengadakan pesta kecil-kecilan dengan mengadakan Barbeque pada pagi hari. Cukup unik? Tentu saja toh sang pemeran utama juga jauh lebih unik dari apa yang kalian bayangkan.     

Ah tidak, sebenarnya malam nanti pesta ulang tahun Letta akan di adakan di sini juga namun dengan mengundang para teman-temannya di sekolah sekaligus bersamaan dengan para orang tua mereka untuk memeriahkan acara.     

"OKAY, TIME TO START THE PARTY!"     

"ENJOY YOUR TIME, AND WATCH BEAUTIFUL LETTA!"     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.