Istri Kecil Tuan Ju

Inilah Yang Terbaik.



Inilah Yang Terbaik.

0"Memangnya kamu ada acara apa? Kenapa kamu tidak pernah bisa, setiap kali aku mengajakmu? Apa aku harus menyiapkan kapal pesiar buat kita untuk makan malam sambil menikmati pemandangan laut yang indah? " Kata Natan lagi, yang belum mau nyerah.     

"Karena aku tidak suka padamu. Aku merasa gatal setiap kali melihat atau pun dekat denganmu. Jadi, menjauhlah dariku dan berhenti menghubungiku. " jawab Rena dengan suara dingin yang menyebalkan bila didengar.     

"Apa kamu sudah punya pacar sehingga kamu tidak mau denganku?" Tanya Natan lagi.     

Rena menatap Qiano yang sedang sibuk membalas pesan di ponselnya itu. Ia ingin menjadi pacarnya, namun Qiano seperti es batu yang sangat sulit untuk ia cairkan.     

"Itu bukan urusanmu." Jawab Rena setelah lama terdiam. Tidak lama kemudian, dia menutup panggilan itu lalu memperhatikan Qiano.      

Sedangkan Natan mengerahkan matanya melihat Rena dan Qiano seperti asik ngobrol.      

'Entah kenapa aku dulu memiliki perasaan pada gadis seperti Rena yang sudah berulang kali menolakku. Apa aku sudah salah menerjemahkan perasaanku waktu itu? Tapi, sekarang aku merasa perasaanku berlabuh pada orang yang tepat. Aku tidak perduli seperti apa penampilam Yumi, tapi aku menyukainya karena dia gadis sederhana yang tidak banyak tingkah. Terlebih aku merasa nyaman padanya. Yumi membuatku mengerti kalau perasaanku pada Rena hanya sesaat." Batin Natan. Tidak lama setelah itu, Natan pun meninggalkan tempat itu dan mengabaikan Rena.      

Setelah menempuh perjalanan jauh dan bertanya di beberapa orang yang ada di sana.     

Natan pun akhirnya sampai di depan rumah Yumi yang berada ditengah area sawah dan pinggir jalan. Rumah Yumi menyendiri dan jauh dari tetangga sehingga tidak akan ada yang tau siapa tamu atau yang datang menemui Yumi.      

Setelah melempar pandangannya ke rumah sederhana yang lampunya cukup teranga sehingga Natan bisa melihat halaman dan taman yang di buat di depam rumah itu.      

'Aku tidak menyangka bisa sampai semalam ini disini. Jauh juga rumahnya ataupun jalan menuju halte bus. 'Batin Natan seraya menarik nafas dalam.      

Tidak lama kemudian, Natan keluar lalu mengetuk pintu rumah Yumi. Kebetulan malam itu Ibu Yumi tinggal di rumah neneknya yang sedang sakit. Karena Yumi sudah terbiasa ditinggal sendiri di rumah itu, sang Ibu pun tidak khawatir padanya.      

"Sebentar! "Teriak Yumi dari dalam rumah ketika mendengar suara ketukan pintu, ia fikir itu ibunya.      

Tepat saat dia sudah membuka pintu, Yumi kaget melihat ekspreai Natan yang memandangnya dengan sinis.      

"Natan kenapa kamu ada disini?" tanya Yumi dengan heran dan hati yang deg-degan.      

Tanpa menjawab, Natan pun langsung menarik tangan Yumi lalu mendekapnya di dada bidangnya     

"Lepaskan ! apa yang kamu lakuakan?" Yumi berusaha untuk lepas namun dia tidak punya kekuatan untuk mengalahkan tubuh Natan yang tinggi dan berotot sebagimana malam itu, ia tidak bisa menolak Natan.      

"Biarkan aku memelukmu beberapa menit saja, setelah itu aku akan pergi" Bisik Natan dengan suara lembut.     

Mendengar permintaan Natan, Yumi pun langsung mematung. Seketika itu ia merasakan aliran darahnya membeku, fikiranya kosong dan perlahan dia menikmati aroma harum dari tubuh Natan yang tidak lain adalah lelaki yang di cintai.     

Beberapa menit kemudian, Natan melepaskan pelukannya dari Yumi. Setelah itu dia mencium kening Yumi.      

"Kenapa kamu pergi dan mengambil cuti tanpa sepengetahuanku?"Tanya Natan seraya mengerutkan keningnya.      

"Kamu tidak perlu tau alasanku. Sebaiknya, kamu pergi dadi sini! "jawab Yumi seraya memalingkan wajahnya.      

'Natan, jangan hancurkan masa depanmu hanya karena aku, pergi dan lupakan aku. Aku tidak menyalahkanmu jadi kamu tidak perlu bertanggung jawaba! 'Batin Yumi dengan mata yang berkaca-kaca.      

"Aku kesini jauh-jauh karena aku ingin pamit padamu. Besok aku harus pergi ke Australia, aku akan melanjutkan kuliahku di sana dan mungkin kita tidak akan bertemu lagi." Kata Natan dengan ekspresi sendu.      

Yumi mengepalkan tinjunya karena ia merasa hatinya sakit jika membayangkan kalau Natan akan meninggalkannya. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun, termasuk mencegah Natan pergi.      

"Pergilah!"     

Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Yumi, dia tidak bisa melakukan apapun selain mengatakan hal itu.      

"Baiklah. Aku akan pergi sekarang, terimakasih untuk malam ini, masuk dan istirahatlah!"      

Natan tidak tau harus bicara apa lagi, dia tidak mungkin memohon pada Yumi yang sepertinya sangat membencinya itu. Dia tidak tau harus berkata apa pada Yumi. Baginya, dia sudah berpamitan itu jauh lebih baik dan tidak akan menimbulkan penyesalan.      

'Ada apa dengan Yumi? Apakah dia benar-benar marah karena aku mengajaknya nikah lari? Atau Papa sudah menemuinya dan melarangnya bersamaku? 'Batin Natan dengan curiga.      

Walaupun dia curiga, tapi ia tidak bisa menanyakannya pada Yumi karena dia khawatir kecurigaannya salah, malah itu membuatnya menjelekkan Papa nya sendiri.      

"Aku berharap kita tidak akan bertemu lagi! "ucapan Yumi menghentikan langkah Natan yang baru saja berbalik hendak meninggalkan teras rumahnya.      

"Apakah sampai segitunya kamu membenciku? " Natan berbalik sambil bertanya dengan ekspresi keheranan.      

"Jhonatan Al Vero, bukankah kamu tahu kalau kita ini berasal dari dunia yang berbeda. Kamu ibarat seorang pangeran dari negeri dongeng, sedang aku tidak ada bedanya dengan itik buruk rupa. Jadi, alangkah baiknya jika kita tidak pernah bertemu lagi. " jawab Yumi seraya menggertakan giginya.      

"Apakah cuma itu alasanmu? Atau kanu membenciku karena aku sudah merenggut keperawananmu? "Tanya Natan dengan mata yang berkaca-kaca.      

"Jaga ucapanmu! Kita ada didesa bukan di kota. Disini banyak telinga yang bisa mendengarkan kita. Jadi,sebaiknya kamu tutup mulutmu tentang hal itu." kata Yumi sambil melirik ke kiri dan ke kanan.      

"Maafkan aku! Tapi, jika kamu berubah fikiran maka katakanlah dan aku akan membawamu pergi dari kota ini! "ucap Natan dengan suara yang lantang.      

Mendengar perkataan Natan, Yumi tesenyum pahit seraya berkata, "Mudah sekali kamu bilang begitu? Apa kamu tidak memikirkan akibatnya? Jadi buang angan-angan mustahilmu itu?"      

Setelah mengatakan itu Yumi berbalik, namun yang tidak di sangkanya, Natan malah berlutut sambil mendongak menatapnya dengan ekspresi yang rumit dan disertai air mata yang mengalir di pipinya.     

"Yumi maafkan aku, tolong maafkan aku! Aku hanya ingin pergi dengan tenang tanpa beban dihatiku. Oleh karena itu aku mohon jangan melepasku dengan kebencian dan amarah! "     

Mendengar perkataan Natan yang terdengar begitu sedih, seketika itupun air mata mengalir deras di pipinya.      

Tanpa berbalik melihat Natan yang masih berlutut, Yumi menarik nafas seraya berkata, "Pulanglah, aku ingin istirahat!"     

Setelah mengatakan itu, Yumi masuk lalu mengunci pintunya, di balik pintu iti ia merosot ke lantai, hatinya sesak, air matanya terus mengalir, dia benar-benar merasa tersiksa dengan perasaan cinta yang dia rasakan untuk Natan     

'Natan, aku tidak ingin kamu di keluarkan dari keluargamu jika aku masih terlibat bersamamu, kemarin Papa mu menghubungiku dan memintaku untuk tidak menganggu hidupmu, oleh karena itu pergilah karena ini yang terbaik buat kita.' Batin Yumi dengan terisak.      

Sementara itu di luar, Natan langsung bangun seraya menatap pintu rumah Yumi, sambil menyeka air matanya, dia berbalik lalu masuk ke mobil nya.      

Sesaat kemudian mobil Natan pergi meninggalkan rumah Yumi dan menyibak pekatnya malam di desa itu.      

Keeoskan paginya, Julian keluar dari kamarnya menuju ruang makan.      

"Pagi kak!" sapa Natan yang sedang menikmati sarapannya di meja makan.      

Karena malas pulang ke rumah, Natan pun memilih mendatangi rumah Julian, tepatnya di jam dua malam saat semua orang tertidur pulas, hanya satpam jaga yang tidak tidur sehingga ia bisa masuk ke rumah dan tidur di sopa dengan perasaan yang kacau.      

Namun, ia kembali ceria saat ia terbangun di pagi hari dan langsung duduk di meja makan setelah Bibi Mu mempersilahkannya untuk sarapan.      

Julian menjepit alisnya menatap heran kearah Natan yang sedang sarapan dengan penampilan yang berantakan.      

"Kenapa kamu sarapan disini?" tanya Julian sembari berjalan menghampiri meja makan.     

"Aku tidur disini semalam, makanya aku sarapan duluan disini karena aku sangat lapar. " jawab Natan Sambil menguyah makananya.     

"Jam berapa kamu datang? Kenapa aku tidak tau? " tanya Julian sambil menatap curiga pada adiknya.      

"Jam dua. " jawab Natan.      

Mendengar jawaban Natan, Julian pun hanya menarik nafas dalam.      

"Makanlah pelan-pelan! " Seru Julian yang tidak ingin melanjutkan introgasinya pada Natan, karena ia punya pirasat buruk pada adiknya itu.      

Seperti apapun sang adik tidak menyukainya, namun ia tahu satu hal kalau Natan akan selalu berlari padanya ketika sedang bermasalah dengan orang tuanya.      

"Iya. "Sahut Natan tanpa melihat Julian, karena dia tau betul bagaiaman kemapuan kakaknya dalam menebak ekspresi seseorang.      

'Ada apa dengan bocah ini? Kenapa dia seperti sedang memiliki beban berat? Apakah Papa, memintanya untuk pergi lagi?' Batin Julian dengan ekspresi yang rumit.      

"Oh ya kakak, istrimu mana? "Tanya Natan setelah selesai meminum airnya.      

"Kenapa kamu mencari kakak iparmu itu? Apakah kamu ingin mengajaknya bertengkar lagi? "Tanya Julian balik.      

"Pulanglah ke rumah sebelum Qiara melihatmu. Selain itu, jangan datang ke kampus karena berita tentangmu yang membawa perempuan ke Apartemenmu dan fotomu di club malam sudah menyebar di internet. Tapi, kamu tidak perlu khawatir karena Papa tidak akan memarahimu. Karena hari ini juga aku akan membereskan semuanya. "Kata Julian dengan ekspresi datar.      

Natan menghentikan makannya karena kaget dengan berita yang disampaikan oleh Julian. Dia dari kemarin tidak melihat berita apapun karena terlalu fokus untuk menemukan alamat rumah Yumi.      

"Apa kakak bilang? Berita buruk itu sudah tersebar?" Tanya Natan.      

"Jangan bereaksi berlebihan, sebaiknya kamu cepat pulang dan tenangkan Mama! Karena kamu anak kesayangam Mama, dia pasti syok mendengar berita ini. " Kata Julian lagi sambil menatap Natan penuh arti.      

"Baiklah? "Jawab natan dengan suara yang lemah.      

Setelah itu, Natan pamit dan tidak banyak bicara lagi karena dia tau kalau kakak nya selalu bisa mengatasi semua masalahnya dengan cepat dan mudah.      

Setelah kepergian Natan, Julian pun segera membuat panggilan kepada kakaknya.      

"Julian, kenapa kamu membiarkan berita seperti ini bocor? Apa kamu tidak memikirkan perasaan Mama? Natan itu masih muda, jadi wajar baginya melakukan kesalahan, kamu jangan terlalu keras padanya! "Suara Jasmin terdengar mengerikan dari seberang telpon saat panggilan yang Julian buat tersambung kepada Jasmin.      

"Apakah kakak masih mau marah? " Tanya Julian sebelum ia menyampaikan niatnya.      

"Katakan apa yang harus aku lakukan untuk mengeluarkan adikku dari masalah ini! Tapi, aku akan melakukannya bukan buat Papa melainkan buat Natan dan Mama." Kata Jasmin yang sudah bisa menebak apa yang akan Julian katakan.      

"Kakak tinggal datang ke alamat yang aku kirim ke kakak tadi. Kita ketemu disana dan aku akan jelaskan apa yang harus kakak lalukan! "Jawab Julian.      

"Baiklah! "     

Setelah mengatakan itu Jasmin menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Julian     

"Bibi Mu, tolong layani istriku setelah dia bangun nanti. Karena aku harus ke kantor sebentar untuk menyelesaikan beberapa masalah. Jika dia memcariku, suruhlah dia menelponku. " Kata Julian memberi perintah kepada Bibi Mu yang tidak lain adalah istri dari pelayan Mu.      

"Baik Tuan! " Sahut Bibi Mu dengan patuh.      

Setelah memberi perintah, Julian pun langsung pergi meninggalkan rumah.     

Tidak lama kemudian, Julian pun sampai didepan gedung kantornya yang megah.      

Julian keluar dari Lamorghininya dengan kaki panjang dibalut setelan jas mahal berwarna hitam, rambut nya yang sudah mulai panjang tampak di sisir rapi kebelakang. Bola matanya yang tajam dipadukan dengan wajah yang tegas, Julian tampil bersinar dan berwibawa.     

Tepat saat itu, Andi menyambutnya di depan pintu gedung, lalu mendampinginya untuk masuk ke ruangan nya.     

Setelah sampai di ruangannya, Julian duduk dengan anggun di sofa sedangkan Andi masih berdiri dan mulai melapor tentang kejadian kemarin yang terjadi di kota C.      

"Bos, kejadian di kota C sudah kami selesaikan, dan kami pun sudah menemukan dalang dari kejadian ini!" Kata Andi menjelaskan apa yang sudah terjadi.      

"Benarkah? Lalu, siapa dia? "Sahut Julian dengan ekspresi yang tenang.      

"Ini ulah Manager yang ada di perusahaan cabang di kota C. Dia melakukan itu atas perintah Manager keuangan yang ada di pusat. Dia adalah Bapak Rendi."Jawab Andi dengan tegas.      

"Ohhh ... Jadi, ini ulah dari si tua bangka itu? Sepertinya sudah waktunya dia pensiun. "      

Setelah mengatakan itu, Julian berdiri lalu berjalan keluar untuk menyelesaiakan masalah. Sebagai Presdir ia harus tegas pada orang yang sudah melanggar aturan.      

Andi mengikuti Julian dengan patuh di belakangnya. Tidak lama kemudian, Andi membuka pintu ruangan sang Manager yang bernama Pak Andi itu.      

"Ya ampun ... Presdir Ju, selamat pagi! Maaf, saya tidak menyambut anda dengan cara yang benar karena saya tidak tau kalau anda akan mendatangi saya! "Kata Pak Rendi setelah sadar dari keterkejutannya.      

"Apa kamu tau kenapa aku kesini? " Tanya Julian dengan eskpresi mengintimidasi.      

Pak Rendi langsung gemetar saat ia menyadari tatapan Julian dan Andi.      

"Ampun Presdir Ju! Saya tidak bermaksud memanipulasi keuangan perusahaan yang ada di kantor cabang kota C. Ini juga luar dari perhitungan saya. Selain itu, saya tidak tau kenapa bahan-bahan bangunan yang dipilih adalah yang tidak berkwalitas. Jadi, tolong maafkan kelalaian saya! " kata Pak Rendi seraya merengek meminta ampun pada Julian.      

"Bersihkan mejanya! " Seru Julian pada Andi tanpa ampun.      

"Presdir tolong jangan lalukan ini pada saya! Saya masih punya tanggungan keluarga. " Teriak Pak Rendi pada Julian yang sudah keluar dari ruangannya.      

"Asisten Andi tolong saya! Katakan pada Presdir agar tidak memecat saya! Saya berjanji tidak akan mengulangi ini lagi! "Kata Pak Rendi lagi sambil memohon di depan Andi.      

"Bangunlah pak! Saya akan membantu anda agar tidak repot! " Kata Andi sambil membantu Pak Rendi berdiri.      

"Terimakasih sudah mau mengerti! " Kata Pak Rendi seraya bernafas lega.      

Andi tersenyum lalu membuat panggilan.      

"Datanglah ke ruangan Manager Keuangan sekarang! Bantu dia membersihkan mejanya!" Kata Andi setelah orang yang di seberang telpon mengangkat panggilannya.      

Mendengar apa yang Andi katakan, ekspresi Pak Andi langsung jatuh. Dia baru saja merasa lega karena dia fikir Andi akan membantunya, namun ternyata dia salah.      

"Apa maksudmu meminta orang untuk membantuku membersihkan mejaku? "Tanya Pak Rendi dengan gemetar.      

"Pak Rendi tau kan bagaimana Tuan Ju? Tidak ada ampun bagi yang melakukan kesalahan. Kalau begitu, saya akan pergi sekarang! Permisi! "     

Setelah mengatakan itu, Andi bergegas pergi dari ruangan Pak Rendi.      

Seketika itu Pak Rendi berlutut sambil melonggarkan dasinya dengan frustasi. Dia menyesal melakukannya, dia tau bagaimana cerdasnya Presdir perusahaan tempatnya bekerja, namun ia masih saja tergoda.      

Sementara itu, Andi bergegas menuju ruangan Julian karena masih ada satu hal lagi yang harus mereka bahas.      

"Saya kembali bos! "Ucap Andi setelah ia sampai di depan meja Julian. Sedang Julian sedang sibuk memperhatikan vidio CCTV rumahnya dari ponsel canggih dan mewahnya itu. Di dalam vidio itu, dia bisa mengawasi apapun yang Qiara lakukan di rumah, jika itu bahaya, dia akan menelpon Bibi Mu untuk menjaganya dari hal bahaya itu.      

"Apa kamu sudah melakukan apa yang aku minta? "Tanya Julian tanpa melihat Andi.      

"Sudah Bos! Saya melakukan sesuai perintah anda!" Sahut Andi.      

"Bagaimana dengan istriku? Apakah kamu sudah mengurusnya? " tanya Julian lagi seraya memberi Andi tatapan sinis.      

"Saya sudah memposting pemberitahuan tentang model pendatang baru yang akan menjadi model iklan untuk produk terbaru kita. Ny. Ju dan Tuan muda Natan akan menjadi model terbaru untuk produk parfum terbaru kita! "Jawab Andi dengan penjelasan yang hati-hati karena dia tau bagaimana bosnya sangat menjaga istrinya dari hal-hal yang tidak akan membahayakannya.     

"Apa kamu mengatakan aku yang memilih mereka sendiri? "Tanya Julian lagi.      

Mendengar pertanyaan Julian, Andi terdiam sejenak, begitupun Julian.      

Tidak lama setelah itu, Julian menatap Andi dengan tatapan tajam seketika itu Andi bergidik ngeri dan merasa tidak aman.      

"Begini bos, karena saya menulis bos sendiri yang memilih mereka, para netizen dan wartawan menjadi gila mereka terus menelpon dari kemarin dan meminta konfrensi pers, selain itu, ada penggemar tuan muda yang tidak rela kalau dia di sandingkan dengan model pendatang baru."     

Setelah mengatakan itu, Andi langsung menjulurkan tabnya untuk memperlihatkan kepada Julian semua komentar.      

Melihat komentar itu, Julian tersenyum kecil lalu berkata, "Bagus, kalau begitu, pagi ini juga langsung gelar konfrensi pers di hotel paling terbaik yang kita miliki, buat semegah mungkin. Setelah itu, buat undangan pesta untuk kalangan selebritis terkenal, dan beberapa pejabat di kota A ini. Kita akan mengadakan pesta atas lahirnya produk Parfum terbaru kita untuk tahun ini. "     

"Apakah acara pestanya akan dilaksanakan di Hotel yang sama? "Tanya Andi.      

"Tentu. Buatlah ini seperti acara penghargaaan buat para artis dan aktor berbakat. Karena aku akan menampar dan memastikan kalau wartawan itu akan kehilangan pekerjaannya gara-gara sudah berani menyinggung keluargaku! "Kata Julian lagi.      

Andi tau betul bagaimana cara kerja bosnya yang tidak pernah main-main.Totalitasnya sangat tinggi dan dia tidak kenal ampun buat yang berani membuat masalah dengannya.      

Julian bukanlah seseorang yang sesederhana saat dia bersama Qiara. Tapi, dia tidak ada bedanya dari pengusaha yang dingin dan mengerikan.      

"Tapi Bos ini terlalu mendadak, bagaimana kalau pestanya besok saja, jadi sekarang khusus komprensi Pers saja. "      

Mendengar perkataan Andi, Julian pun langsung memberikannya tatapan sinis.      

"Lalukan dengan cepat, karena aku tidak suka dengan kesalahan! Kalau tidak saya tunggu surat pemunduran dirimu. "Kata Julian dengan aura dingin yang membuat jantung membeku.      

Seketika itu Andi panik mendengar perintah bosnya yang tanpa ampun dan tidak bisa di bantah itu.      

"Ba ... Baik bos, akan saya laksanakan sesegera mungkin. "     

Setelah mengatakan itu, tanpa membuang-buang waktu lagi, Andi pun langsung keluar dari ruangan Julian untuk melaksanakan perintah Julian.      

Setelah Andi meninggalkan ruanganya, Julian pun langsung membuat penggilan ke nomer Qiara untuk mengecek keadaannya.      

Setelah lama menunggu bunyi tut, Qiara pun langsung menerima panggilan dari Julian.      

"Halo? "     

Julian tersenyum saat mendengar suara Qiara yang menurutnya sangat lembut terdengar di telinganya.      

"Halo sayang! Apakah kamu sudah sarapan? " Tanya Julian dengan nada suara yang sangat lembut.      

"Enggak, aku malas sarapan. "Jawab Qiara dengan ketus.      

Julian tersenyum kembali mendengar jawaban Qiara, karena sangat jelas kalau di layar leptopnya, Qiara sedang duduk di meja makan menyantap makanan yang disiapakan oleh Bibi Mu.      

"Ohhh ... Aku fikir kamu sudah sarapan. Kalau begitu apa kamu punya rencana hari ini? " tanya Julian lagi dengan berpura-pura tidak tau kalau Qiara lagi berbohong padanya.      

"Aku akan ke kampus hari ini, sebab sudah lama aku meninggalkan pelajaranku. "Jawab Qiara dengan suara manjanya.      

"Kamu belum sembuh sayang, bagaimana mungkin kamu bisa kuliah? Aku tidak akan mengizinkanmu. " Kata Julian dengan tegas, ia tidak ingin Qiara melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya dan bayinya, selagi dia ada di kampus.      

"Aku bosan ada di rumah melulu, aku ingin bertemu teman-temanku dan ikut belajar. Apa kamu mau melihatku menjadi orang bodoh hah? "Teriak Qiara yang mulai kesal.      

Karena teriakan Qiara cukup kencang, Julian pun sampai menjauhkan ponselnya dari telinga.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.