Istri Kecil Tuan Ju

Memanas-Manasi



Memanas-Manasi

0Ekspresi Natan menjadi gelap. Dia memang lupa siapa kakaknya yang bisa melakukan apapun yang dia inginkan dengan mudah.      

"Jika anda mau ikut saya, maka mobil, dompet dan ponsel anda akan kembali saat ini juga! "Kata Andi sambil memperlihatkan kunci mobil Natan.      

Karena dia memang masih bergantung pada kakaknya dan membutuhkan semua fasilitas itu. Natan pun tidak punya pilihan selain menerima tawaran Andi.      

"Baiklah, aku akan ikut kalian. Tapi, aku akan mengganti pakaianku. "Kata Natan seraya memasuki ruang pakaiannya.      

Andi hanya mengangguk dan memilih menunggu Natan di depan kamarnya.      

'Dia Monster berdarah dingin. Dia hanya menjeltikkan jarinya seketika itu, semua tunduk padanya. Sampai kapan aku harus hidup bersama orang-orang seperti mereka?' Batin Natan sambil menatap cermin dengan geram.      

Natan masih mengingat bagaimana Julian membuat teman-teman yang dia suka harus mendekam di Penjara sebentar. Setelah itu ia tidak memiliki teman hingga ia kembali pulang ke kota A, itupun atas paksaan Julian dan Papanya.      

Sementara itu, Julian sudah kembali ke rumah nya membawa eskrim itu. Tepat saat itu Eka datang lalu keluar dari mobil untuk menyapanya.      

"Pagi Tuan Ju! " Sapa Eka dengan ramah. Bibirnya yang manis menyunggingkan senyuman yang mempertegas betapa cantiknya dia.      

"Pagi! Kamu cepat juga. "Kata Julian tanpa ekspresi.      

"Panggilan anda yang lebih utama buat saya. Terlebih, istri anda adalah pasien saya yang harus segera saya periksa. " Kata Eka.      

"Baiklah, kalau begitu mari kita msuk! " Seru Julian seraya melangkah dengan cepat menuju pintu. Eka pun tersenyum licik seraya mengikuti Julian dari belakang.      

"Arrgg... "      

Mendengar suara teriakan itu. Julian pun segera berbalik dan melihat Eka yang hampir terjatuh dari tangga. Seketika itu Julian langsung menariknya dan terjatuh dalam pelukannya.      

"Apa kamu tidak apa-apa? " Tanya Julian yang dengan panik itu.      

Tepat saat itu, Qiara yang didampingi kepala pelayan itu berdiri tegak di depan pintu yang sudah terbuka lebar itu. Ekspresi Qiara sangat gelap saat melihat Julian memeluk Eka.      

"Saya baik-baik saja kok Tuan, terimakasih sudah membantu saya?"Jawan Eka seraya mempererat pelukannya ketika menyadari Qiara melihat mereka.      

"Tuan? "     

Kepala pelayan merasa frustasi melihat Qiara melihat adegan itu. Ia pun tidak menyangka kenapa Julian bisa melakukan itu didepan pintu.      

Mendengar suara itu, Julian pun segera melepas pelukannya lalu menoleh kearah sumber suara.      

Seketika itu, ia kaget saat melihat Qiara memberikannya tatapan mematikan.      

"Sayang, apa kamu sudah merasa lebih baik? "Tanya Julian sambil tersenyum karena dia merasa apa yang baru saja dia lakukan bukanlah kesalahan.      

'Ayo marah! Katakan kalau kalian mau bercerai! Setelah itu aku akan kembali mendapat kesempatan menjadi Ny. Ju! ' Batin Eka sambil tersenyum licik kepada Qiara.      

"Sayang, kenapa kamu diam? Apa ada yang sakit? Oh iya, kenalkan kalau ini adalah dokter Eka yang sudan merawatmu. " Kata Julian lagi sambil mendekati Qiara yang masih terdiam sambil menatapnya tanpa suara.      

"Aku capek berjalan dari tadi. " Ucap Qiara dengan cemberut.      

"Hehehe ... Baiklah, aku akan menggendongmu kembali ke kamar! "Kata Jululian setelah menarik nafas dalam.      

"Iya." Sahut Qiara sambil merentangkan tangannya dengan manja.      

Julian pun langsung mengangkat tubuh kecil Qiara. Sedang infusnya tetap di bawa oleh sang kepala pelayan.      

'Sial ... Kenapa dia tidak marah? Bukankah dia melihatku memeluk suaminya? Apakah dia menahan amarahnya? Atau, dia memang tidak memiliki rasa cemburu? ' Batin Eka seraya berjalan mengikuti Julian dari belakangnya.      

Sementara itu Qiara melingkarkan kedua tangannya di leher Julian dengan manja. Setelah itu ia melirik kearah Eka sambil tersenyum licik.      

'Kamu fikir aku bodoh? Meskipun nilaiku selalu berada di bagian akhir, tapi aku masih bisa membedakan mana orang licik atau tidak. Kamu ingin merebut hati suamiku dan berharap membuat kami bertengkar lalu cerai? Itu tidak akan terjadi.' Batin Qiara.      

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di kamar. Dengan pelan Julian merebahkan Qiara ditempat tidur.      

"Sayang, bagaimana? Apakah kamu sudah merasa lebih baik? "Tanya Julian sambil membelai wajah Qiara.      

"Umm... Aku segar setelah melihatmu membawakanku eskrim. "Jawab Qiara sambil menganggukkan kepalanya dan mengukir senyum di wajah polosnya itu.      

"Uwahhhh... Apa kamu sudah menunggu lama? Maaf karena aku harus pergi ke tempat yang cukup jauh untuk menemukan eskrim yang enak buatmu. Sekarang aku akan menyuapimu! " Kata Julian sambil mengambil eskrim yang baru saja diletakkan diatas meja oleh kepala pelayan.      

"Terimakasih suamiku! Kamu memang yang terbaik" Ucap Qiara seraya mencium punggung tangan Julian dengan romantis.      

Julian mengerutkan keningnya melihat sikap manis Qiara yang tiba-tiba. Dia fikir, Qiara akan memarahinya setelah melihat dirinya memeluk Eka.      

Tentu saja, Qiara melalukan itu untuk membuat Eka merasa kepanasan di kamar yang hangat itu. Dia fikir dengan cara seperti itu maka Eka akan mengurungkan niatnya untuk mendekati suaminya.      

"Sayang, sepertinya kamu sedang bahagia? Apakah karena aku atau karena Dokter Eka yang sebentar lagi akan melepas infus dari tanganmu? "Tanya Julian setelah membuka tutup eskrimnya.      

"Kamu benar. Karena aku sudah tidak sebar melepas infus ini agar aku bisa melayanimu lagi ditempat tidur dengan leluasa. Hehehe ... " kata Qiara tanpa saringan.      

"Ukhuk... Ukhuk... "      

Julian langsung terbatuk mendengar apa yang Qiara katakan. Sedang kepala pelayan menutup mulutnya yang hampir tertawa lepas melihat ekspresi malu tuannya itu.      

"Khemm... Maaf Tuan Ju! Saya harus segera memeriksa keadaan istri anda, karena saya harus segera kembali ke rumah sakit. " Kata Eka yang sudah mulai tidak tahan dengan sikap Qiara yang manja, ia bisa merasakan kalau Qiara sedang mencoba membuatnya cemburu dan merasa tidak nyaman.      

"Ohhh... Aku sampai lupa. Baiklah, kamu bisa mencabut infsu istriku sekarang, karena dia merasa tidak nyaman dengan infus itu!. " Seru Julian seraya memberi tempat untuk Eka agar bisa memeriksa Qiara dengan leluasa.      

Eka pun segera berjalan menghampiri Qiara. Setelah itu, ia segera melakukan pemeriksaan kepada Qiara.      

Rasanya, dia ingin mengatakan kalau Qiara hamil, namun ia sudah berjanji tidak akan mengatakannya karena itu akan disampaikan sendiri oleh Julian.      

"Bagaimana dengan keadaan istriku? "Tanya Julian ketika melihat Eka sudah selesai memeriksa Qiara.      

Eka pun langsung menoleh kepada Juliam sambil tersenyum, melihat itu Qiara merasa ingin mencongkel dua bola mata Eka yang berani sekali memandang suamimya dengan lancang.      

"Anda tidak perlu khawatir? Istri anda sudah sehat. Dan semuanya dalam kondisi yang baik. Kalau begitu, saya akan melepas infus istri anda sekarang juga, karena dia sudah tidak membutuhkannya lagi! "Jelas Eka dengan profesional.      

Setelah mengatakan itu, Eka pun segera melepas infus dari tangan Qiara dengan hati-hati agar tidak menyakiti Qiara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.